(C)akra

191 44 38
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, gue nggak nyangka kalau kita ditakdirkan menjadi satu kelas." Jenggala menatap Binar mengejek, sedangkan Binar hanya tersenyum singkat membalasnya.

Ini adalah semester dua, setiap semester, sekolah akan mengadakan kelas acak. Jadi, setiap semesternya, Binar akan mengenal orang-orang baru. Tapi sialnya, mengapa harus ada Jenggala?

Jenggala semakin terobsesi membuat Binar terpojokkan, "Setelah diselingkuhi, lo sekarang menjadi pendiam."

Diam-diam, Binar mengepalkan kedua tangannya. "Bisa nggak lo mengucapkan kata-kata yang lebih bermanfaat?" tanya Binar sinis.

Jenggala tersenyum penuh kemenangan, ia lalu berjalan melewati Binar. Tetapi dengan sengaja, bahunya menabrak bahu Binar lumayan keras.

"Aish!" Binar menahan umpatan di bibirnya.

Jenggala berhenti sejenak, ia lalu menoleh ke arah Binar. "Jelas-jelas gue mau lewat, malah nggak menghindar!" sentak Jenggala tak tahu malu.

Tetapi tanpa Jenggala duga, Binar menampar Jenggala lumayan keras. Hal itu sukses membuat Jenggala menatap terkejut gadis itu, "Kok lo nampar gue, sih?!" bentaknya.

"Jelas-jelas gue tampar, kenapa lo nggak menghindar?" Ucapan savage dari Binar, sukses membungkam bibir Jenggala. Binar langsung berlalu begitu saja, untuk memilih tempat duduknya.

Saat sudah mendudukkan pantatnya, Binar meraih sebuah ganci boneka beruang yang ia pasang di tasnya. Naresh berada di dalamnya, malaikat itu bersemayam di sana. Naresh bilang, dia bisa bersemayam di mana pun, di benda hidup atau mati.

Binar yang mendengarnya, awalnya tidak percaya. Tetapi saat Naresh menunjukkannya, Binar benar-benar dibuat ternganga. Menjadi malaikat ternyata sangat menyenangkan, mengapa dia tidak terlahir menjadi malaikat saja?

"Naresh, apa menurut lo yang dilakukan Jenggala ke gue itu benar?" adu Binar kesal.

"Salah."

"Terus, kenapa lo diam aja? Lo kan malaikat, seharusnya lo hukum dia!" Binar menatap tak terima ke arah kedua mata hitam beruang tersebut.

"Itu bukan tugas saya."

"Aish, jadi ini adalah tugas gue." Binar menahan kesal. Sedetik kemudian, ia dibuat tersentak. Ketika seorang laki-laki dengan percaya dirinya, duduk di samping Binar.

Semua orang di kelas yang melihat itu, saling berbisik. Ini mustahil, ada seseorang yang mau dekat dengan Binar. Seluruh murid di sini tahu, bagaimana watak buruk Binar hingga membuat banyak murid menjauhinya.

Maleficent SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang