"Jangan simpan lukamu sendirian jika masih ada aku di sisimu."
~Alam
"Mau makan apa?" Tanya Alam. Kini mereka sedang duduk di kursi warteg yang agak sepi. Yang ditanya hanya diam tak merespon sedikitpun membuat si penanya mengembuskan napas panjang. Tanpa meminta persetujuan dari Almeera, Alam memesankan satu piring nasi dengan telur mata sapi dan ayam goreng juga satu gelas air putih. (Air bening sih)
Beberapa menit menunggu, makanan tersebut datang dan mulai ditata di meja mereka oleh pelayan warteg.
"Silakan Mas," kata pelayan perempuan itu kepada Alam dengan pakaian ketat dan rambut dikuncir.
Alam tidak memperdulikan ucapan perempuan itu lalu menyodorkan piring berisi nasi dan lauk pauk kepada Almeera.
"Makan!" Almeera yang sedari tadi melamun pun tersentak mendengar suara Alam yang sedikit dikeraskan.
"Aku?" gadis itu menunjuk dirinya sendiri. Laki-laki di depannya pun mengangguk mengiyakan pertanyaan gadis cantik di depannya.
"Kenapa?" Almeera mengerutkan dahinya.
"Mau gue suapin atau makan sendiri?" Itu membuat Almeera segera meraih piring yang Alam sodorkan kemudian gadis berkerudung putih itu mengambil sendok yang tersusun rapi di tempat penyimpanan sendok di atas meja.
Saat ia akan menyuapkan nasi pertama, Alam seketika mencegahnya dengan menyodorkan gelas berisi air putih. Tanpa diperjelas pun Almeera mengerti dengan tindakan Alam yang tiba-tiba. Kemudian ia meneguk tiga kali dengan diawali basmallah dan diakhiri hamdalah lalu mulai melakukan aktivitasnya yang tadi sempat terhenti.
Satu suap, dua suap, tiga suap nasi berhasil masuk ke dalam perut gadis cantik itu, namun tidak untuk suapan yang ke empat. Almeera tiba-tiba saja berdiri kemudian berlari menjauhi meja makan sambil membekap mulutnya sendiri.
Alam terkejut dengan pergerakan Almeera yang tiba-tiba kemudian menyusul gadis itu takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
Ternyata gadisnya berlari menuju toilet dan Alam hanya menunggunya dari balik pintu yang tertutup. Sebenarnya ia paham dengan apa yang gadis itu alami akhir-akhir ini, tapi ia tidak bisa melakukan apapun untuk gadisnya. Maksudnya untuk gadis itu, Almeera.Almeera keluar toilet lagi-lagi dengan wajah merah dan bibir pucat serta tatapan sendu yang membuat hati Alam tergores seketika melihat gadis di depannya menderita.
"Ke rumah sakit aja, ya?" Alam lirih dan terlihat begitu khawatir. Yang ditanya hanya menggeleng lesu tidak ingin merepotkan siapapun.
"Aku gapapa kok, antar aku pulang aja, ya..." Ucap Almeera dengan senyum kecilnya yang nampak dipaksakan. "Aku cuma butuh istirahat," lanjutnya. Tanpa sepatah katapun, Alam langsung meninggalkan Almeera yang berdiri lunglai bertopang pada dinding.
"Bu, tolong nasinya dibungkus aja." Kemudian berjalan menuju meja pembayaran dan kembali menuju arah toilet menjemput Almeera. Gadis itu berusaha berjalan dengan sekuat tenaga namun kepalanya terasa pening dan berputar-putar.
"Mau gue bantu?" Gelengan kepala membuat Alam mengerti dan memposisikan dirinya di belakang Almeera, mengikuti setiap langkah kecil gadis itu dengan sabar. Beberapa langkah lagi menuju pintu keluar, kepala Almeera semakin terasa berat dan berputar-putar hingga ia pun meremas kepalanya dengan kedua tangan dan berjongkok dengan perlahan. Rasa sakit itu begitu bertubi hingga telinganya pun berdengung, matanya yang sayu dengan perlahan tertutup rapat hingga hanya kegelapan yang mendominasi.
Ia akhirnya tumbang dipangkuan Alam yang dengan sigap menangkap tubuh mungil gadis itu lalu membopongnya menuju jalanan mencari taxi.
Selama perjalanan ke klinik terdekat, Alam tak henti-hentinya melafalkan doa untuk keselamatan gadis di pangkuannya."Kamu kenapa sih, Al?" Ungkapnya dalam hati, ia cemas. Bahkan pikirannya melambung terlalu jauh membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Almeera.
Belum sampai ke tempat tujuan, mata indah Almeera terbuka dengan perlahan lalu mengerjap beberapa kali. Ia mengontrol sekelilingnya, mencari informasi keberadaan dirinya sekarang.
"Alam..." lirihnya sambil memegang kepala dengan satu tangan, ia kaget melihat dirinya tertidur di paha Alam, dengan cepat ia bangun membuat sangat empu terkejut sekaligus merasa lega karena gadisnya sudah baik-baik saja, mungkin.
Alam tersenyum tipis, manis banget tapi woyy.
"Alhamdulillah..." Ucapnya pelan namun masih bisa terdengar.
"Ini mau kemana?" Almeera bingung mengapa sekarang ia ada di dalam taxi, yang ia ingat tadi mereka sedang di warteg. Kepala itu kembali berdenyut membuatnya spontan memegang dengan kedua tangan.
"Kita ke klinik dulu sebelum pulang," Alam menjawab dengan pandangan lurus ke depan menatap kendaraan yang lalu-lalang. Gadis itu menggeleng keras, "nggak ah, mau pulang aja!" kemudian menatap jalanan di sampingnya.
"Kalo gak dianterin pulang aku marah." Ancamnya membuat Alam terpaksa menuruti permintaan Almeera. Alam menatap gadis itu sebentar kemudian pandangannya kembali lurus ke depan.
"Pak, puter balik aja!" Pak supir pun mangut-mangut sambil tersenyum ramah "baik, Mas." katanya.Dering ponsel milik Almeera menyeruak ke seluruh penjuru mobil, sang empu mencarinya namun tak kunjung ditemukan. Alam menyodorkan ponsel yang diambil dari saku hoodienya. "Angkat aja," ucap Almeera pada Alam yang mengerutkan dahinya bingung kemudian segera menekan tombol hijau di layar ponsel dan mengaktifkan speaker agar Almeera dapat mendengar percakapan mereka.
"Halo Assalamu'alaikum Ma, ini Alam."
"Waalaikumusalam, Almeera nya dimana? Kok belum pulang? Lagi sama kamu, ya?"
"Iya. Tadi Almeera sempat ping__" Almeera menarik hoodie Alam sehingga ucapannya terhenti lalu mencondongkan badannya ke arah handphone yang sedang Alam pegang.
"Halo Ma, ini Mira lagi di jalan kok bentar lagi sampai."
"Yasudah, Hati-hati, Assalamu'alaikum."
"Waalaikumusalam..." ucap mereka berbarengan kemudian telpon pun terputus.
"Jangan bilang ke Mama." Gadis itu menunduk dan matanya mulai berkaca-kaca, lalu ia mendongak agar air matanya tak turun saat ini. "Kenapa?" Almeera menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Alam. Alam mengerti.
Lan, gue berhasil jatuh hati sama dia. Tapi gue belum berhasil buat dapetin hati dia seperti yang lo dapetin dulu. Gue janji, gue janji akan terus jagain dia selagi gue bisa, sesuai permintaan lo waktu itu. Gue harap lo bahagia, gue kangen sama lo, Alan.
"Alam!" Ia terkejut, tempat yang dituju sudah di depan mata. Alam melihat Almeera merogoh saku roknya. "Saya aja yang bayar, Pak." Sang supir mengangguk kemudian tersenyum.
"Gue cuma bisa anter lo sampai depan rumah," Almeera mengangguk seraya mengucapkan terimakasih kemudian membuka pintu mobil tersebut dan melambaikan tangan setelah mobil itu hampir hilang dari pandangan.
Ia tersadar bahwa tas yang ia kenakan tertinggal di warteg tadi. Lalu gadis itu merogoh saku rok mencari keberadaan ponselnya bertujuan untuk mengabari Alam dan bertanya mengenai tasnya. Lagi-lagi ia tersadar bahwa ponselnya terbawa oleh Alam setelah tadi Mamanya menelpon.
Hari ini moodnya benar-benar hancur setelah semalaman ia membangunnya dengan sepenuh hati. Ia lelah, lelah menghadapi dirinya yang terus menerus seperti ini. Jujur saja, Ameera tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang lain apalagi orang tersebut justru merasa kasihan. Almeera tidak suka dikasihani.
Rabu, 01 Juni 2022
Gimana nih ceritanya???
See u next part
(Instagram: ka.ska_)
KAMU SEDANG MEMBACA
Almeera
Teen Fiction"Naik," katanya. Almeera bingung harus menjawab apa karena pikirannya pun tidak merespon suara dengan baik. "Emang boleh?" Laki-laki itu mengangguk dua kali menyetujui pertanyaan Almeera. "Tapi mau ke mana?" "Naik dulu," jawabnya datar membuat Alm...