***
Setelah pelatihan teknik dasar badminton, Alam meminta seluruh penghuni aula untuk beristirahat selama 30 menit.
"Wah bro, duit gue tinggal segini," Indra menunjukkan selembar uang kertas bertuliskan 5000 Rupiah. "Lo ada gak?" Tanya nya kembali kepada Sandi—temannya.
"Apalagi gue, nih tinggal dua rebu menang apa coba duit segini?" Sandi menunjukkan uang tersebut.
Mata Indra mengedar ke seluruh ruangan sambil berpikir apa yang harus ia lakukan agar perut mereka dapat terisi makanan. Tak lama dari itu, ia menjentikkan jarinya kemudian berjalan ke arah kumpulan tas di pojok aula.
Misinya pasti berhasil untuk kali ini karena hanya ada mereka berdua di aula.
"Woy, lo mau ngapain hah?" Sandi berlari kecil menghampiri Indra yang sibuk membolak-balikan tas.
"Diem lo, bantuin gue kalo lo masih mau makan enak," ucapnya.
Sebenarnya Sandi sedikit ragu untuk membantu Indra dalam rencana jahat ini, tapi tidak ada pilihan lain. Ia lapar dan ia ingin makan enak. Akhirnya laki-laki itu membantu temannya demi makan enak.
"Anjing! dari tadi gue cuma nemu dua rebu doang, bener-bener ya ni orang-orang, bangsat!!" Sambil menendang tas didepannya.
"Kenapa gak ambil uang kas aja?" Sandi kembali berucap.
"Bener juga, tas si bendahara yang mana? Lo tau?" Indra mencari-cari tas tersebut.
"Yang ini bukan, bro?" Tanya Indra.
Sandi mengangguk mengiyakan pertanyaan Indra. "Udah cepet ambil aja semua, lama amat lo ah," tukasnya.
"Sabar bego," balas Indra yang sudah merapikan tas-tas itu seperti semula. "Bantuin gue napa? Diem mulu lo dari tadi," lanjutnya.
Kemudian Sandi membantunya merapikan tas-tas itu serapi mungkin dan mereka pun segera bergegas pergi dari aula.
***
"Lo mau makan apa?" Tanyanya kepada Sandi yang celingak-celinguk melihat pedagang.
"Bebas," jawabnya. Sandi kemudian duduk di salah satu kursi yang tersedia di kantin, lalu diikuti Indra setelah beberapa menit.
"Gue pesenin batagor," sambil mendaratkan bokong di kursi depan Sandi.
Yang diajak bicara mengangguk tanpa mengeluarkan kata sedikitpun.Orang-orang di kantin tidak curiga sama sekali dengan kedatangan mereka yang terlambat begitu lama atau mungkin mereka masih belum sadar kalau mereka baru sampai di kantin saat menit ke 18.
"Itu sisanya mau diapain?" Tanya Sandi.
"Ya buat foya-foya lah, nanti pulang dari sini kita nongkrong dulu."
"Gila lo ya, bayar kas kagak, tapi lo udah nikmatin hasilnya duluan," tukas Sandi sedikit berbisik.
"Ngaca bego," balasnya.
Sebenarnya Sandi tidak mau melakukan ini, ia takut terkena hukuman setelah kejahatan ini terungkap, ia tidak ingin namanya di cap sebagai siswa yang tidak beretika dan bermoral, tapi jika tidak menurut pada Indra pasti pulang ke rumah dalam keadaan bonyok. Sandi ingin bebas, ia ingin benar-benar terbebas dari makhluk biadab yang ada dihadapannya. Tapi apa yang harus ia lakukan? Apa yang harus ia perbuat? Segala rencana yang dulu ia susun pun tidak ada yang berhasil satu pun. Ia lelah terus diperbudak oleh Indra, tapi jika membangkang? Itu akan lebih membuatnya menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almeera
Teen Fiction"Naik," katanya. Almeera bingung harus menjawab apa karena pikirannya pun tidak merespon suara dengan baik. "Emang boleh?" Laki-laki itu mengangguk dua kali menyetujui pertanyaan Almeera. "Tapi mau ke mana?" "Naik dulu," jawabnya datar membuat Alm...