9. Rumah Ibu, Rumah Pelarian
"Apa kau menyukaiku?"
"Tentu saja."
Peluk...
Bak disambar petir di siang bolong bagi Jongin ketika melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain. Dia meremat gagang rantang yang dia bawa agar tidak terjatuh.
Tanpa bersuara, dia pergi meninggalkan ruangan itu.
Air mata berlinang membasahi wajahnya yang cantik. Jongin menangis dalam diam, mengabaikan beberapa orang yang menatapnya keheranan."Tapi itu dulu." Sehun berkata, seraya melepaskan (sedikit memaksa) pelukan Seulgi dari tubuhnya. "Aku sudah mencintai Jongin sekarang. Aku punya keluarga dan kau hanyalah masa lalu bagiku."
"Sehun."
"Maafkan aku, Seulgi." Katanya. "Kau akan menikah suatu saat nanti. Kau cantik dan pintar, kau pasti akan menemukan lelaki yang sepadan denganmu."
Seulgi menunduk dalam-dalam, tak percaya jika perasaannya ditolak oleh Oh Sehun.
...
Sehun pulang ke rumah agak telat malam ini. Dia harus bekerja begitu ekstra karena Seulgi yang terlanjur bawa perasaan atas kejadian saat makan siang. Wanita itu seperti enggan bekerjasama dengannya. Dan malah meminta Sehun untuk mengerjakannya sendiri.
Keadaan apartemen sangat sepi. Gelap seperti tak ada satupun penghuninya. Sehun memeriksa ponselnya, tak ada satupun pesan dari istrinya yang mengabarkan akan pergi kemana dia dan anak-anak.
"Jongin." Serunya, seraya menekan saklar lampu—menyalakan lampu ruangan.
Dia berjalan ke dapur, dan secarik kertas tertempel di badan kulkas.
"Rumah Ibu, Ingin merenung. Kita butuh waktu untuk berpikir atas apa yang telah terjadi tadi siang di ruanganmu bersama Seulgi, anak-anak ikut aku—Kim Jongin."
"Sial." Gumam Sehun, meremas erat-erat secarik kertas itu hingga menggumpal tak beraturan.
Benci ayah, itulah pikir Haowen ketika melihat ibunya yang cantik menangis dalam diam.
Ibu terus memeluknya dan Taeoh dalam tidurnya.Haowen mencuri dengar pembicaraan ibu dan nenek. Dimana ibu bilang ayah pelukan dan menyukai bibi Seulgi. Hal yang membuat Haowen tidak akan pernah mau memaafkan ayahnya lagi.
"Hao?"
Haowen berbalik dan mendapati ibunya terbangun.
"Kenapa tidak tidur? Rindu ayah, ya?"
"Tidak. Hao benci ayah."
"Kenapa?"
"Ayah buat ibu sedih. Pokoknya Hao benci."
Jongin mengulum senyum tipis. Dia dengan sabar menjelaskan jika dia tak apa-apa. Mereka hanya menginap beberapa waktu saja. Apalagi Haowen juga sedang liburan. Tetapi Haowen tahu ibu bohong. Dia tak bisa marah, karena dia sayang ibu. Dan dia cukup dewasa untuk mengerti mengapa ibu berbohong dan menutupi perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER ENOUGH (HUNKAI TRILOGI)
FanfictionPerjuangan mereka masih berlanjut. anak-anak mereka dan usaha kecil yang tengah mereka rintis. semula Jongin sangat bangga dengan pencapaian Sehun. Tetapi jalan tidak akan pernah mulus-mulus saja, bukan? *** Jangan lupa vote dan komentar nya, ya♥️...