'Jangan pantengi terus ponselmu. Kau akan terlihat aneh di mata Chaewon. Ingat, akan menjadi sebuah kemajuan pesat kalau Chaewon tertarik pada gadis aneh sepertimu. Tapi jangan benar-benar memperlihatkan sikapmu yang aneh. Kau tidak ingin kan kalau tersebar gosip di sekolah jika kau bercinta dengan sebuah ponsel. Euuw~ Itu lebih menjijikan daripada bercinta dengan hewan. Ngomong-ngomong, kau tidak curiga pada Chaewon?'
"Si kampret ini!" Tanpa berpikir dua kali Minju segera memasukan ponsel ke dalam tasnya. Lebih dalam, di bawah tumpukan buku-buku sekolah. Menenggelamkannya. Meskipun terkesan tidak peduli, kalimat terakhir dari pesan Yuri sukses membuat Minju bertanya-tanya. "Apa maksudnya dengan curiga pada Chaewon?"
Chaewon kenapa memangnya? Apakah dia sindikat penjualan manusia? Kalau benar begitu, berarti Yuri telah menjual dirinya. Barangkali ini alasan kenapa gadis itu tak ikut datang. Sengaja menghindar agar tidak ikut tertangkap.
Oh, Kim Minju, ini bukanlah salah satu peran yang kau mainkan di dunia RP. Sindikat semacam itu terlalu tidak masuk akal untuk dilakukan oleh seorang remaja. Chaewon pemuda normal, dia bukan serial killer seperti Ted Bundy.
"Kau tidak masuk?" Chaewon tengah berada di ambang pintu, menahan pintu berbahan kaca agar tak langsung menutup sebelum gadis di luar sana melangkah masuk.
Minju mendongak, mendapati senyum simpul tersungging di wajah pemuda itu. Benar kan, mana mungkin Chaewon sejenis psikopat. Kan?
"Iya.. aku masuk.."
Suasana di dalam lebih nyaman daripada dugaan Minju sebelumnya. Lampu-lampu gantung di atas sana semakin menambah estetika meski tidak dalam keadaan menyala. Kursi berbahan lembut dan empuk membuat siapa saja yang duduk di atasnya dapat meluapkan rasa penat. Ada beberapa bunga terpajang di sudut-sudut ruangan. Juga tidak terlalu banyak pengunjung, padahal ini waktu sekolah berakhir dan sebentar lagi juga para pekerja kantoran mengakhiri shift mereka. Harusnya di sini ramai, apalagi tempat ini cukup strategis. Berada di pertigaan, dimana banyak kendaraan berlalu lalang. Aksesnya sangat mudah.
Tetapi baguslah, ini sangat cocok untuk kepribadian Minju. Walau bukanlah hal baik jika dibiarkan terlalu lama.
"Mau pesan apa?"
'Kau tidak curiga pada Chaewon?'
Pertanyaan itu berputar di dalam kepala Minju seperti kumpulan nyamuk. Tidak bisa hilang dengan mudah meskipun dia bersikeras untuk menghilangkannya. Padahal bisa saja itu hanya candaan semata. Yuri tidak lebih hanya menggertaknya. Mengerjainya untuk kesekian kali.
"Terserah kau saja."
"Baik, akan ku pilihkan yang terenak di sini~" Chaewon berlalu dengan tampang cerah, seperti biasanya. Mungkin jika masih berada di lingkungan sekolah, akan banyak terdengar sorak-sorai dari para murid yang melabeli diri mereka sebagai penggemar nomor satu dari pemuda yang baru saja pergi memesankan makanan untuknya.
Harusnya Minju senang bukan? Bisa mendapat tempat duduk sangat dekat dengan pemuda yang memiliki ratusan penggemar (kebanyakan dari mereka fanatik). Tentu saja tidak! Dia telah memproklamirkan diri sebagai seorang gadis setia setelah bersama Yujin. Dan merasa senang terhadap pemuda lain adalah tindakan yang penuh kekejian dalam suatu hubungan. Hal semacam ini pasti merambah ke arah lebih intim, berakhir dengan perselingkuhan.
Tidak! Minju tak akan membiarkan siapapun berada di tengah-tengah hubungannya. Baik dari pihak Yujin maupun dia sendiri.
Sayangnya, kini Minju tengah berada dalam posisi tidak bisa mengelak.
Ini semua berkat mulut tidak bisa dijaga Yuri. Dia sendiri yang membuat janji dengan Dennis, dia juga yang kabur tanpa memberi kabar lebih dulu. Seperti hantu. Bahkan kini gadis itu telah membuatnya mati penasaran karena sederet kalimat tidak jelas, terutama pada bagian akhir.
'Ngomong-ngomong kau tidak curiga pada Chaewon?'
Apanya yang perlu dicurigai?
Minju bukannya hanya mampu menduga-duga, dia telah menanyakan hal ini pada si pengirim pesan, beberapa saat yang lalu. Tetapi pesan itu sama sekali diabaikan, tidak mendapat balasan. Minju seolah sedang digantung di puncak menara Eiffel. Ayolah... Mana mungkin dia mengajukan pertanyaan konyol terhadap Chaewon secara langsung. Bisa saja Yuri memang hanya menggertak, membuatnya kebingungan dan tanpa arah. Memanipulasinya, sama seperti yang dia lakukan pada Chaewon.
"Ju.. Minjuu~"
"Huh?" Minju terperanjat dan meyakini bahwa wajahnya tampak seperti orang bodoh sekarang.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Lihat, bahkan Chaewon terang-terangan bertanya. Jenis pertanyaan yang wajar dilontarkan ketika sedang mengkhawatirkan seseorang. Hanya saja Minju tidak siap, dia tak bisa menjawab sejujurnya bukan? Bisa-bisa dia akan ditertawakan dan gosip mengenai dirinya sebagai gadis aneh terdengar. Belum lagi jika dia keceplosan berkata mengenai dunia RP.
Okey, persiapkan dirimu untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia. Karena, jika semua pengandaian itu terwujud maka selesai sudah kehidupan masa SMA nya.
"Hehe bukan apa-apa kok.."
Chaewon mengerutkan dahi, jelas sekali jika dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Minju. "Ya sudah.. Makanlah dulu, ini dessert box paling enak di daerah sini," ucapnya sembari mendorong toples transparan berbentuk kotak ke arah Minju. Chaewon memilih untuk tidak melontarkan segala macam bentuk pertanyaan. Dari mulai pertanyaan mendasar, basa-basi, atau menyindir. Padahal dia jelas bisa melakukannya. Tetapi pemuda itu hanya bertopang dagu sambil tersenyum lembut.
Sejujurnya, Minju cukup nyaman dengan itu. Dia tak perlu mengarang alasan, tidak perlu terlihat seperti orang bodoh hanya untuk menipu pertanyaan Chaewon. Apalagi, selama ini Chaewon tidak pernah benar-benar bersikap seenaknya. Semua kesan negatif muncul begitu saja dalam isi kepala Minju, tanpa alasan jelas. Dia sadar jika mungkin telah menjadi salah satu 'Haters' yang membenci seseorang tanpa alasan kuat. Kebencian yang muncul ketika pertama kali bertemu.
"Bagaimana? Enak?" tanya Chaewon. Bola matanya berbinar-binar ketika melihat satu suapan berhasil masuk ke dalam mulut Minju. Pemuda itu menunggu dengan sangat bersemangat, seperti seekor anjing.
Minju melirik sekilas sebelum kembali menyuapkan satu sendok dessert box rasa cokelat. "Lumayan enak.."
Sebenarnya ini sangat-sangat-sangat enak. Minju rasa dia bisa saja melompat atau menari ditengah jalan untuk mengapresiasi bagaimana enaknya dessert ini. Isian cake di dalamnya sungguh lembut, bahkan ketika Minju baru saja menyendoknya. Lalu terasa meleleh saat masuk ke dalam mulut. Saus cokelat yang berada di atas, sebagai toping, menambah lembut adonan cake. Jenis makanan yang mampu membuatmu tidak bisa berhenti melahapnya terus menerus.
"Hahaha.."
Tawa Chaewon pecah. Ini cukup mengusik Minju dari acara makannya. Gadis itu tidak bertanya karena mulutnya penuh oleh cake, dia hanya memberikan tatapan. 'Ada apa?'
"Aku tahu ini enak," kata Chaewon seraya menarik satu lembar tisu yang tersedia pada kotak tisu di atas meja. "Tapi kau bisa makan pelan-pelan," sambungnya lagi. Lalu, Chaewon menyeka sekitaran mulut Minju dengan tisu itu.
.
.
.
.
.
"Yena."
"Apa? Tumben kau menyebut namaku? Apa kau akan menaikkan gajiku?"
"Bukan itu." Wajah yujin memucat.
"Hey, jangan bilang kau sakit?!"
"Dadaku.." Yujin meremas dada sebelah kiri. "Dadaku terasa sesak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROLEPLAY WORLD | JINJOO ( Yujin x Minju )
FanfictionBagaimana jika pasangan RP kita adalah idol sungguhan? [Warning!] Gender-bender content.