salah paham.

51 6 0
                                    

¦ r u m a h ¦

Untuk kesekian kalinya gadis itu kembali menggigit bibir bawahnya tak kira kira. Matanya terpejam menahan sakit yang tak henti-hentinya.

"Ah anjir sakit banget" keluhnya bersamaan dengan air mata yang lolos jatuh ke pipinya.

Tangannya mencengkram kuat seprei putih yang melapisi brankar itu. Ia merintih kesakitan ketika tiba-tiba perutnya malah makin mejadi-jadi sakitnya. Tak tahan dengan posisi berbaring, mau tak mau ia memposisikan dirinya untuk duduk dan bersandar pada banatalan brankar dengan sangat hati hati.

"Ini orang-orang mana sih ga ada yg mau jenguk gue apa?" serunya ketika di rasa ia sudah agak baikan.

Hampir sudah sejam ia berada di uks, sendirian. Oh benar-benar tak ada yang datang menjenguknya dari tadi. Tentu saja, semua orang tengah sibuk dengan event yang sekarang sedang berlangsung di sekolahnya ini.

Gadis itu merenung, merutuki dirinya yang bisa-bisanya malah jatuh sakit di saat kegiatan yang sudah ia tunggu-tunggu ini tengah berjalan. Ia adalah anak osis yang menjadi salah satu panitia pada kegiatan ini.

Tapi ia juga bersyukur kerena jatuh sakit saat pembukaan acara telah selesai. Untungnya bagian kerja gadis itu hanya pada pembukaan.

Matanya mengedar mencari ponselnya. Jam 21.10. Iya, acaranya di adakan di malam hari. Gadis itu kembali membaringkan tubuhnya, dengan harapan nyeri di perutnya akan segera hilang.

"Yah bentar lagi konsernya dimulai" resahnya dengan jari yang gencar meng scroll beranda instagram nya.

Tak lama gerakannya terhenti ketika ia merasa ada suara dari brankar yang ada di sebelahnya.

Matanya melotot saat dilihatnya bayangan seseorang yang bahkan duduk di brankar tersebut.

Ia menahan napas, bulu kuduknya seketika berdiri. Pasalnya ini sudah sangat malam, dan dia tengah sendirian disini. Bagaimana ia tidak takut. Perlahan tapi pasti ia turun dari brankarnya, guna memastikan apa yang telah ia liat. Tepat saat ia turun dari brankar tirai yang menjadi penghalang antara brankar tiba-tiba dibuka secepat kilat.

"AAAKKHHHH MPHHH.." teriakannya lantas terhenti, nafasnya makin memburu saat mulutnya dibekap oleh sosok laki laki bertubuh jakung di depannya ini.

"Ssttt.. a elah, berisik banget sih" ucap cowok itu sambil mendorong pelan tubuh gadis dihadapannya agar kembali duduk.

Setelah menetralkan nafas juga jantungnya, gadis itu kembali memekik keras sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Pasalnya, ia baru sadar laki laki di depannya ini sedang tidak memakai baju. Otomatis menampakkan perut bersih dan ekhm.. kotak-kotak itu.

"Pake baju lo! Dih murah banget lo jadi cowo!" tegur gadis itu memekik sembari berdiri hendak menjauh.

Cowok itu lagi lagi membuatnya terduduk dengan menekan kedua bahunya agak kasar. "Diem dulu anjir" Ia menghela nafas berat, menatap gadis di depannya dengan penuh kekesalan. Tangannya masih bertengger di kedua bahu itu.

"Akhhhhh" cowok itu lantas terlonjak kaget melihat gadis dihadapannya malah mengerang kesakitan sambil memegang perutnya erat.

Matanya mengernyit heran. Demi apapun. Dia tak berbuat yang tidak tidak, hanya memegang bahunya.

"Heh kenapa lo? Jangan main main ya!" tanyanya dengan gelagak panik.

"Perut gue sakit! Diem lo!"

"Lah terus gue harus ngapain?!" balasnya makin panik.

"Ambilin obat itu"

Segera ia menuruti permintaan gadis itu dan membukakan obat yang ada di atas meja.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang