Hai, long time no see,
Aku harap kalian masih mau vote ya:)
I hope you enjoy:)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
S E L A M A T M E M B A C A.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bara mengepalkan kedua tangannya saat melihat Nevan, saudara laki-lakinya. Ia sebenarnya muak dengan ini semua, semua orang selalu membandingkannya dengan lelaki yang disebut-sebut memiliki segudang kepandaian itu. Bara melewati ketiga orang yang berbincang di ruang tamu itu dengan muak, jika bukan karena ancaman Papanya, ia tidak sudi menginjakkan kakinya lagi di rumah ini.
Bara membuang napas lelah kala suara Papanya menginterupsi nya untuk berhenti, "Papa mau bicara sebentar sama kamu."
Bara enggan menatap wajah lelaki paruh baya yang tak lain adalah Ayah kandungnya sendiri, "penting?, Bara nggak ada waktu."
Papanya terkekeh sinis, mengamati penampilan putra bungsunya dengan pandangan meremehkan. Sangat kontras dengan penampilan anak sulungnya yang jauh dari kata berandalan. Tetapi setiap orang memiliki sifat dan watak yang berbeda bukan?, Meski mereka terlahir dari rahim yang sama.
"Orang seperti kamu sibuk akan hal apa?, Masa depan aja mungkin nggak punya" sarkas Mamanya.
Bara menatap wanita yang telah melahirkannya itu dengan tatapan terluka. Anak mana yang tidak merasakan sakit hati jika mendapat perkataan pedas dari ibunya sendiri. Bara mengepalkan tangannya, berusaha menyadarkan diri dan tidak terbawa emosi. "Iya, Bara nggak punya masa depan, bahkan orang tua aja nggak pernah sayang sama aku."
Nevan menatap iba kepada adiknya. Jujur saja, dari lubuk hati yang paling dalam Nevan tidak pernah miliki setitik saja rasa kebencian terhadap adiknya. Nevan sangat menyayangi Bara, namun kedua orang tuanya yang selalu menganak tirikan Bara.
Jika boleh memutar waktu, Nevan ingin dekat lagi dengan adik kecilnya. Mereka dulu selalu bermain bersama bahkan mereka selalu kompak dalam segala hal. Namun semenjak usia mereka menginjak remaja, hal itu seakan sirna ditelan bumi. Bara membencinya karena sesuatu yang ia tak ketahui.
"Duduk dulu, ada yang mau kita bicarakan" tegas Papanya.
"Nggak, aku tau ujung-ujungnya nanti kalian membandingkan aku sama Kak Nevan" sarkas Bara.
"Jika kamu tidak ingin dibandingkan, berusahalah untuk menjadi seperti kakakmu, dia sempurna di segala hal" imbuh Mamanya.
"Ma, Pa, kasihan Bara. Jangan membandingkan aku sama dia terus, semua orang memiliki keunggulan di bidang masing-masing" bela Nevan.
"Dia itu cuma anak pembawa onar dan menyusahkan, beban keluarga" ucapan Papanya memang kelewat keterlaluan. Jika saja Bara tidak memiliki norma dan etika, sudah dipastikan wajah Papanya babak belur detik ini juga.
"Seorang anak nggak pernah berharap dilahirkan ke dunia, justru orang tua yang mengharapkan kehadiran mereka, jadi kenapa kalian seolah-olah selalu menganggap Bara bukan bagian dari keluarga Narendra?" Tanya Nevan. Bara hanya diam, tidak berminat menimbrung percakapan mereka.
"Karena dia nggak akan memberikan apa-apa untuk keluarga Narendra, bahkan Papa tidak yakin jika dia berhak menjadi penerus perusahaan" jawab Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Teen FictionEPHEMERAL Efemeral adalah keadaan yang berlangsung sebentar saja atau tidak kekal. Seperti halnya sebuah kehidupan, tidak ada kehidupan yang kekal di dunia ini. Semua pada akhirnya akan pergi, menyisakan potongan memori yang membekas di hati. Begitu...