Part 1

31 2 0
                                    

Selamat membaca☘

Dantae Avio Sagara begitulah nama yang tertulis pada name tag seorang remaja lelaki yang sedang berjalan dengan santai memasuki perkarangan sekolah yang sudah ramai dipadati siswa -siswi.

Langkahnya berjalan dengan santai sembari sesekali menebar senyum pada setiap orang yang ia sapa. Netra gelap dan senyum manis itu berhasil menarik banyak pasang mata  menatapnya kagum.

Tae itulah nama panggilannya. Cowok yang terkenal dengan kepiawayannya dibidang musik itu bersikap acuh pada setiap gadis yang berusaha menggodanya. Bukannya tuli. Tetapi hanya sekedar menutup telinga untuk tidak mendengar kalimat-kalimat rayuan yang dilontarkan oleh beberapa gadis yang sedari tadi ia lewati.

Entah apa alasannya. Dulu, ia senang mendengar banyak gadis yang berusaha mendekati nya. Namun semakin lama, ia mulai risih karna tak sedikit dari gadis itu meneror hidupnya. Seperti menelpon nya berkali kali atau bahkan sampai mendatangi rumahnya setiap hari.

Dantae menggeleng pelan mengingatnya. Berharap hal seperti itu tak akan terjadi lagi.

"Pagi sayang!"  Tae menoleh saat seorang gadis menyapa-nya dari kejauhan

Senyum manis terbit dikedua sudut bibirnya kala melihat siapa yang menyapanya.

Shireen Ayudia Amandhita Namanya. Seorang gadis cantik yang menyandang status sebagai pacar Dantae Avio Sagara sejak dua bulan lalu.

Shireen duduk dikelas 11 adik kelas dantae tepatnya. Gadis itu adalah anak pindahan di Shilla High School dulunya. Dan sejak itulah dantae terpikat dan menaruh hati pada gadis bernama shireen itu.

Langkahnya menghampiri shireen yang berdiri tak jauh darinya.

"Pagi," balasnya lalu mengacak rambut gadisnya pelan sehingga membuat shireen berdecak sebal akibat ulah pacarnya.

Hal tersebut tentu saja tak luput dari pasang mata yang menatap tak suka pada keduanya. Tidak. lebih tepatnya tatapan tak suka itu tertuju pada shireen. Gadis yang kini sudah berada sebelah dantae.

Bukannya tak menyadari. Ia hanya bersikap masa bodoh. Shireen tak perduli dengan tatapan orang-orang padanya. Ia menarik lengan dantae kemudian berlalu dari sana.

Ada apa dengan orang-orang? Bukankah mereka pasangan yang sangat cocok?
Dantae Tampan, Shireen cantik. Lalu apa yang salah?

***
Terlihat seorang gadis berjalan mondar- mandir bak setrika di depan sebuah lorong sepi yang bersebelahan langsung dengan laboraturium kimia.

Mendengar laboraturium kimia ingatan nya memutar pada film ber genre horor yang kemarin ditonton-nya bersama cowok menyebalkan yang menerobos masuk kekamarnya dan memaksa untuk ditemani menonton film yang sama sekali tak ia sukai itu.

Haruskah ia melewati lorong ini? Apa tak ada jalan lain untuk sampai di koridor kelas 12 ?
Tentu saja ada. Tapi ia harus memutar jauh untuk itu sedangkan sebentar lagi bel akan berbunyi.

Gadis itu menggerutu dalam hati. Mengapa sekolahnya harus membedakan kelas berdasarkan jurusan dan angkatan. Dan sialnya kelas 12 ipa berdekatan dengan laboraturium kimia. Tempat yang sangat jarang di lalui oleh siswa.

Gadis yang mengenakan bet kelas 11 itu menghadap lorong yang akan ia lalui. Matanya mengukur jarak yang harus ia lewati. Baiklah jaraknya tak begitu jauh lagi pula ia harus tiba di kelas 12 ipa sebelum bel masuk berbunyi. Jika tidak ia akan tertinggal pelajaran ketika kembali kekelasnya nanti.

Masa bodoh dengan laboraturium kimia berhantu. Karna yang penting sekarang ialah laporan yang sedari tadi digengamnya itu harus segera berada ditangan seseorang yang beberapa menit lalu memintanya.

Gadis itu menyiapkan posisi lalu berlari secepat kemampuannya.

"Hah," sentakan nafas yang  keluar menandakan bahwa dia sedang mengatur nafas yang tak normal akibat berlari.

Akhirnya, setelah banyak drama gadis itu sampai di koridor kelas 12, langkah nya menuju kelas 12 ipa 2.

Mendongak sebentar setelah dirasa benar gadis itu mengetuk pintu. hingga makhluk didalamnya menoleh serentak kearahnya.
Tak terkecuali sekelompok siswa yang berada disudut ruangan yang tengah asik mengobrol
Sembari sesekali tertawa renyah menandakan bahwa mereka sedang membicarakan hal yang menarik.

Gadis itu memicing kala matanya tak sengaja melihat salah satu diantara mereka yang tengah tersenyum sembari melambaikan tangan kearahnya.

"Cari siapa?" Gadis itu menoleh ketika salah satu siswa menegurnya dari arah belakang. sehingga membuatnya sedikit tersentak kaget.

"Eoh, Kak vido nya ada?" Tanyanya to the point. Siswa itu menoleh kearah teman sekelasnya.

"Do, dicari adek kelas nih," seketika kelas menjadi riuh mendengar kalimat yang baru di ucapkan oleh siswa itu. Entah apa alasannya ia pun tak tahu.

Lelaki yang merasa namanya terpanggil itu menoleh kearah pintu, kemudian tersenyum setelah mengetahui siapa adek kelas yang dimaksud oleh teman-nya.

Langkahnya menghampiri gadis yang masih berdiri didepan pintu itu "Ada apa na?" Tanya lelaki yang bername tag Davido Anggara itu.

"Nih," tanpa basa basi gadis yang dipanggil "na" itu menyerahkan lembaran kertas yang bertuliskan laporan.

Vido menatap lembaran itu lalu mengambilnya sembari mengecek sebentar. Dirasa cukup ia kembali menoleh pada adik kelasnya. Senyumnya merekah lalu berucap "Ouh, thank you ya,"

Gadis itu mengangguk, "Gue balik kelas kak,"  vido mengangguk sebagai tanggapan atas ucapan gadis itu.

Sebelum benar-benar melangkah gadis itu sempat menoleh kedalam kelas. Melihat kembali kearah salah satu diantara mereka yang sedang tertawa renyah.

***
"Sabrina Anindya Faradhilla," panggil seorang guru dengan selembar kertas digenggamannya.

Merasa namanya terpanggil. Sang empu nama melangkah maju menuju sang guru yang tadi memanggilnya.

"Seperti biasa, nilai kamu selalu sempurna," puji sang guru pada gadis yang bernama sabrina itu. Lalu dibalas senyum tipis dan ucapan terima kasih oleh sabrina setelah itu ia kembali ketempat duduknya.

"Kadang gue heran, otak lo terbuat dari apa ya na?" Gerutu teman sebangkunya itu membuat sabrina yang baru saja mendudukan diri ikut menoleh kearah temanya.

Sabrina Anindya ia menggeleng pelan menanggapi ocehan gadis yang duduk disebelahnya.
"Coba lo tanya bu anya, otak manusia dulunya terbuat dari apa?"
Tuturnya dengan menyebutkan salah satu guru sejarah mereka. Dan sontak saja gadis di sebelahnya semakin menggerutu mendengar penuturan sabrina.

"Ye, bisa-bisa dipentok gue," gerutu teman sebangkunya itu. Namun tak dibalas lagi oleh sabrina. Karna ia sudah fokus pada guru yang mulai bersuara.

"Oke anak-anak, nilai ulangan bulanan sudah saya bagikan. Jadi kita mulai kelasnya sekarang." Titah guru yang bernama Ayu itu. Beliau adalah seorang Guru matematika yang sedang berdiri didepan sana. Manusia yang membuat seisi kelas menghela nafas kasar karna titahnya.

Kelas sudah dimulai, bu ayu menjelaskan materi hari ini.
Tak ada yang berani mengeluarkan suara, semua hening. jika tidak lapanganlah tempat untuk mereka yang bersuara.

Semua mendengarkan dengan seksama. Entah memang paham atau tidak. tapi semuanya akan mengangguk ketika bu ayu bertanya "paham?,"
Namun, akan diam seribu bahasa jika disuruh mengerjakan soal kedepan.

___

Maaf atas typo...

Jangan lupa ninggalin jejak oke

Salam GL☘

TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang