.
.
."Pagi princessnya abang." Ucap Arion sambil mencium sebelah pipi adiknya yang tengah memakan sarapannya.
"Hm."
"Ayah sama Bunda mana?"
"Pergi pagi-pagi tadi."
Arion hanya menganggukan kepalanya.
"Yaudah berangkat yuk."
"Nggak mau sarapan dulu?"
"Nanti aja di sekolah."
Mereka lalu bergegas pergi ke sekolah menggunakan motor Arion.
-
Sesampainya di sekolah, banyak pasang mata yang menatap kagum keduanya.
Arion Damian, cowok berparas tampan, otak pintar dengan tubuh atletisnya. Apalagi ia merupakan ketua basket SMA Pancasila.
Lalu adiknya Fannya Naraya atau yang biasa dipanggil Naya. Cewek cantik dengan sifat pendiam dan tidak suka berinteraksi dengan banyak orang.
Naya turun dari motor lalu memberikan helmnya pada Arion.
"Mau abang anterin sampai kelas?"
"Sama aja abang jalan ke kelas sendiri, kelas kita sebelahan."
"Abang ada urusan bentar nih, jadi nggak langsung ke kelas."
Naya menatap malas abangnya.
"Nanti sampai rumah, Nay aduin sama Bunda kalau abang sering bolos."
"Astagfirullah Nay abang cuma mau sarapan di kantin."
"Hm." Gumam Naya berbalik meninggalkan abangnya menuju kelasnya.
Arion masih nangkring diatas motornya menatap punggung Naya yang kian menjauh dengan tatapan tak terbaca. Kemudian bergegas ke rooftop yang mungkin teman-temannya sudah ada disana.
-
Disinilah para most wantednya SMA Pancasila, rooftop. Tempat favorite mereka untuk sekedar beristirahat atau membolos pelajaran seperti saat ini.
Bukan tanpa alasan mereka memilih bolos pelajaran pertama. Mereka tak mempermasalahkan pelajarannya yang menurut siswa rumit dengan banyak rumus. Tapi karena guru yang mengajar lebih sering memberi tugas tanpa materi terlebih dahulu.
Apalagi dengan gaya sok cantik dan modis guru tersebut yang mana malah terlihat lucu didepan para siswa. Mereka memanggilnya Bu Lat, nama aslinya Lathifa. Badannya yang memang berisi membuat mereka merasa cocok dengan panggilan tersebut.
"Eh bang ipar udah datang. Nayayang udah dianterin ke kelas dengan selamat kan, nggak kurang sedikitpun kan?" Sambut Kenzo ceria saat Arion baru saja menutup pintu rooftop.
Kenzo Pranadipa, cowok softboy menurut para siswi itu memiliki sifat ramah dan hiperaktif. Paling muda diantara teman-temannya, makanya sering dipanggil bocil.
"Yayang pala lo, bocil nggak usah bertingkah."
"Eh bang, kita seumuran ya."
"Kita emang seumuran, tapi jiwa lo masih bocah. Kena panas dikit aja langsung lari kejer." Sahut Gavin sambil menonyor pelan kepala Kenzo.
Gavin Zaidan, salah satu anggota basket ini memiliki wajah manis dan kalem. Dia juga ramah dan murah senyum, tak jarang banyak siswi yang menyukainya. Namun ia tak memusingkannya.
"Bukan gitu, kulit gue yang putih mulus tanpa celah ini emang alergi ama panas matahari abang-abangku."
"Nye nye nye."
"Lo kena lemparan bola nggak keras-keras amat juga nangis lo."
"Ampe keluar darah dari hidung masih dibilang nggak keras-keras amat. Nggak papa aku ikhlas, beneran ikhlas." Ucap kenzo dengan senyum manisnya.
"Jadi cowok jangan lembek amat lah cil, minimal bisa lari keliling studion 50 kali putaran."
"Belum genap 10 putaran, auto masuk UGD bang."
"Nah itu gue ikhlas cil, ikhlas banget." Sahut Arion.
Kenzo hanya menanggapi dengan senyuman.
"Mak lo ngidam apa dulu lah Ken. Gue yakin lo baku hantam ama Naya, lo pulang nangis ngadu mami lo." Sambung Arion.
"Dahlah hati ini lelah selalu dinistakan."
"Bacot." Ucap Gibran, cowok yang sedari tadi diam.
Gibran Althair, teman masa kecil Arion ini merupakan kapten futsal. Cowok tampan satu ini tidak banyak tingkah, tidak banyak bicara dan tidak suka ribet.
Krieet
Pintu terbuka menampakkan sosok Alvaro.
Alexander Alvaro, ketua osis sekaligus orang yang paling dikagumi siswi SMA Pancasila. Cowok yang nyaris sempurna ini kelewat cuek pada sekitar. Tak pernah memusingkan hal yang menurutnya tak penting.
"Masuk kelas lo semua." Ucap Alvaro datar didepan pintu rooftop.
"Eh Al, gue udah bohong ama Nay lho supaya bisa kesini. Kok lo malah nyuruh balik sih." Jawab Arion melas.
"Udah banyak bolos lo semua di jam fisika."
"Kali ini aja ya bang. Ini terakhir deh, janji." Ucap Kenzo mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.
"Heem, nanti kita ikhlas kok lo suruh apapun." Sahut Gavin dengan senyum manisnya.
"Biasanya gue yang jadi tumbalnya." Kenzo menatap sinis Gavin.
"Sekarang." Ucap Alvaro penuh penekanan.
Dengan rasa malas, merekapun kembali ke kelas.
.
.
.Tbc
-
Hai semua, ini cerita pertama aku. Mohon maaf bila ada banyak kesalahan ya🙏🏻
Semoga ceritanya nggak ngebosenin.
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVAAYA
Teen Fiction"Aku suka kamu." Cukup lama tak ada jawaban dari Naya. "Kita pacaran mau?" Tanya cowok itu lagi masih menatap berharap Naya. "Kalau kamu mau jatuh cinta sendirian dan sakit hati tiap hari, ayo pacaran." Jawab Naya masih menatap datar kedepan. - "Gem...