-;1

163 17 1
                                    

♡♡♡ 

Tubuh Taehyung teronggok pasrah di meja makan. Lelah menggerogoti seluruh jiwa raganya. Beberapa minggu ini sangat banyak kegiatan yang harus diikuti. Sebagai mahasiswa semester akhir,sekaligus seorang pegawai magang di sebuah perusahaan digital, membuatnya ingin menyerah saja. Erangan demi erangan dia lepaskan. Sekedar ingin meluapkan kesal; berharap dengan mengerang, persendian di tubuhnya bisa lebih relax. 

"Paling tidak kau tidak membuat masalah sedikit pun, bukan begitu?" 

"Hampir! Aku selalu hampir membuat masalah, Ibu." 

Rengekan Taehyung lolos di hadapan ibunya. Memang benar, Taehyung tidak membuat satu masalah pun seperti yang biasa dia lakukan. Tapi masalah selalu hampir menghampirinya, hampir. Hampir melupakan file presentasi proyek. Hampir membuang proposal kegiatan. Hampir tertinggal bus. Hampir melupakan pesanan kopi manajernya yang sangat pemarah. Ugh. Bagian itu sungguh mengesalkan. Karena dia sudah berusaha mencatat di telepon genggamnya minuman apa saja yang dipesan, namun kau tahu apa?Taehyung malah pergi ke kedai kopi tanpa membawa telepon genggamnya. Pintar sekali. 

"Berterimakasihlah pada peri penjagamu. Ibu yakin dia yang selama ini membantumu agar terhindar dari masalah." 

Sebuah desahan kesal keluar dari mulut Taehyung. Selalu saja ibunya menyebut peri penjaga-peri penjaga. Padahal sudah sering Taehyung memproklamasikan bahwa dia tidak percaya dengan keberadaan peri penjaga. Itu hanya dongeng. Dongeng yang diceritakan secara turun temurun, termasuk dari Nenek ke Ibu, kemudian Ibu ke Taehyung. 

Nenek dan Ibu atau kalian semua boleh percaya pada keberadaan peri penjaga, tapi tolong, peri penjaga hanya sebuah lelucon bagi Taehyung. Jangan berani-berani memaksanya untuk percaya. Lagi pula, tidak ada banyak waktu tersisa jika masih harus memikirkan kemungkinan peri penjaga membantunya, kemudian berterima kasih padanya, kemudian mengagung-agungkan mereka, kemudian kau akan berharap peri penjaga selalu membantumu, kemudian– apa? Entah. 

Taehyung sudah payah dan bosan dengan topik ini. Daripada dia harus berdebat dengan ibunya tentang itu, lebih baik Taehyung segera mandi dan beristirahat. Besok adalah akhir pekan. Waktu senggang. Taehyung sudah tidak sabar untuk tidak melakukan apa-apa sepanjang akhir pekan. 

Sudah lewat tengah malam ketika Taehyung mendadak terbangun. Mata yang tertutup lelap menangkap sesuatu yang berkilat. Begitu menyilaukan di tengah kegelapan kamarnya. Bau jeruk segar menguar; terhirup masuk ke dalam parunya. Taehyung tidak pernah menyukai aroma parfum dengan referensi buah-buahan, baginya wewangian itu terlalu menyengat. Tapi semerbak sitrun kali ini begitu lembut. Taehyung pikir ini hanya mimpi. Kemudian besok, dia akan terbangun dari suara ibu memanggil namanya dari dapur. 

Tangannya menarik selimut menutupi kepala. Berusaha mengembalikan kegelapan yang dia butuhkan untuk tidur. Taehyung hanya ingin tidur nyenyak di akhir pekan yang tenang dan melegakan. 

Tetapi, sinar yang menerangi kamarnya tidak kunjung hilang. Seberapa keras dia memaksa matanya memejam, Taehyung tidak kunjung tenggelam ke alam bawah sadarnya. Harapannya untuk segera kembali tidur tak terwujud. Ada yang tidak beres. Sontak Taehyung terduduk. Barulah dia menyadari, ini bukan mimpi. Netranya menangkap sesosok lelaki berdiri di tengah pendar cahaya yang gilap itu. Tubuhnya tegap. Taehyung tidak bisa menilik wajah figur didepannya. Ini bukan mimpi! 

"Siapa kau?!" Tangannya masih menggenggam selimut kuat-kuat. Berharap selimut itu bisa melindunginya jika bahaya datang. Matanya berpendar melihat sekeliling kamarnya; sekali lagi memastikan bahwa dia sedang berada di tempatnya pergi tidur semalam. Sekaligus mencari telepon genggamnya yang– sial, dimana telepon genggamku? 

Taehyung semakin panik. Lelaki di hadapannya berjalanmendekat ke arah Taehyung. "Siapa kau?! Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" Tubuhnya dibawa semakin merapat ke kepala tempat tidurnya. Lelaki itu terus mengikis jarak. Hal aneh yang kemudian terjadi, perlahan cahaya yang menyinari kamarnya memudar. Cahaya itu hanya cukup menyinari tubuh lelaki di hadapannya. Bak di sebuah panggung teater, sorot lampu hanya menyinari tokoh utama, hingga akhirnya Taehyung bisa menangkap fitur sosok di depannya denganjelas yang rupanya– oh. Sangat tampan. 

Keheningan merentang. Mereka berdua hanya saling bertukar tatap. Mata lelaki yang melengkung indah seperti milik kucing beradu dengan mata bulat Taehyung yang membelalak. Isi kepala Taehyung berkecamuk dan tangannya sedikit gemetar. Tatkala lelaki itu mengambil tempat di pinggir kasur, nafas Taehyung tercekat. Bersiap dengan segala hal buruk yang bisa terjadi padanya. Tapi, tidak ada. 

Lelaki itu hanya duduk. Mengangkat satu kakinya yang dilipat ke atas kasur. Kemudian tersenyum miring, "apa aku menakutimu?" 

Jika bola mata bisa lepas dengan mudah, milik Taehyung kini mestinya sudah menggelinding tak kenal arah. Taehyung begitu terkejut mendengar suara lelaki di depannya. Bukan hanya berat, suara itu secara ganjil terasa sangat familiar. Sangat-sangat familiar. Rungunya seakan mengenal dengan baik suara itu. 

"Siapa kau?" Pertanyaan yang terus diulang, tapi tidak juga mendapat jawaban. Lelaki di depannya menunduk sambil tertawa kecil. Tangan pucatnya menggaruk lehernya yang tidak gatal. Merasa agak canggung jika harus menjelaskan siapa dirinya pada Taehyung. Membayangkan reaksi yang mungkin Taehyung tunjukkan jika mengetahui siapa lelaki itu sebenarnya. 

Lelaki itu sedikit gugup mendapat tatapan yang intens dari manusia di depannya. Tenggorokannya tiba-tiba sedikit gatal. qBerdehem beberapa kali mungkin membuatnya lebih baik. "Aku,"sekali lagi dia berusaha melegakan tenggorokannya, "peri penjagamu." 

Hening. Tidak ada tawa lepas yang lolos dari bibir Taehyung. Tidak ada pula mata membulat karena terkejut. Tidak ada respon yang berarti. Tidak ada tanggapan yang sudah diekspektasikan oleh si peri penjaga itu. Mata yang terbuka lebar dan ekspresi ketakutan yang sebelumnya nampak di wajah Taehyung, lenyap seketika. Hanya Taehyung yang menatap dengan enggan, kemudian menguap diserang kantuknya. 

"Aku yakin aku masih bermimpi, tolong bangunkan aku, cubit, sini." 

Lengannya yang penuh dengan rambut tipis disodorkan pada lelaki yang mengaku sebagai peri penjaga itu. Taehyung benar-benar tidak tahan dengan mimpi anehnya yang terasa sangat nyata ini. Taehyung hanya berharap dia segera memberi makan rasa lelahnya qdengan tidur. Sepertinya Taehyung sedang termakan omongan ibu yang terlalu banyak bicara mengenai peri penjaga akhir-akhir ini. Taehyung tidak percaya–

"Akh! Aw! Kau mencubitku! Sakit!" 

"Kau yang memintanya, Taehyung. Ini bukan mimpi." 

Barulah Taehyung melongo. Mata dan mulutnya terbuka maksimal. Tangannya mengelus bekas cubitan lelaki di hadapannya. Benar. Sakit– mata Taehyung kembali mengedar ke sekelilingnya. Kamarnya masih sama. Remang, hanya ada cahaya dari tubuh lelaki didepannya. Hidungnya mengendus dengan kuat, aroma jeruk yang sama masih ada. Semuanya tiba-tiba menjadi masuk akal. Kehadiran tiba-tiba lelaki yang penuh dengan cahaya di tengah malam. Bagaimana dia bisa masuk? Kamar Taehyung di lantai dua dan tidak memiliki beranda yang dapat dipanjat dari luar. Aroma jeruk yang entah dari mana datangnya, dan– dan kulit pucat, wajah tampan, serta mata berbinar itu, sungguh tidak manusiawi. 

"Kau benar-benar peri penjaga?!" 

Belum sempat lelaki di hadapannya membuka mulut, Taehyung sudah kehilangan kesadarannya.

FOR YOUR EYES ONLY • TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang