-;4

80 13 0
                                    

Sejak malam itu, Yoongi tidak lagi mengikuti kemanapun Taehyung pergi jika bukan manusia itu sendiri yang memintanya. Yoongi menata hati dan pikirannya agar lebih bersyukur. Karena paling tidak, mereka bisa saling mengenal. Meskipun sebatas hubungan peri penjaga dan manusianya.

Sejak malam itu pula, Yoongi diijinkan untuk tidur di sofa kamar Taehyung. Sesekali Yoongi mengokupasi kasur Taehyung jika pemiliknya pulang terlalu larut atau bahkan tidak nampak batang hidungnya sampai pagi hari.

Pertanyaan demi pertanyaan, Yoongi jawab dengan sepenuh hati. Dengan sabar menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi setiap kali kembali bertemu dengan manusianya. Pertolongan demi pertolongan, Yoongi berikan dengan sepenuh tenaga. Meskipun pada akhirnya membuat si peri penjaga harus meringkuk tertidur lebih banyak agar energinya pulih.

Semua akan dilakukan Yoongi demi manusia yang harus dijaganya itu. Keselamatan Taehyung adalah sumpahnya. Tapi tidak ada yang pernah memperingatkan Yoongi tentang resiko yang harus dihadapi ketika menjadi peri penjaga; jatuh cinta pada manusia.

"Kau menyesal sekarang?"

"Aku, tidak tahu."

Kepala peri penjaga itu tertunduk. Wajah pucatnya nampak semakin pucat dengan kerutan penuh tanya di wajahnya. Jemarinya bertaut cemas di hadapan Kim Seokjin.

Kim Seokjin adalah peri yang mengakomodasi peri penjaga, termasuk Yoongi. Datang sore ini menemui Yoongi yang sedang gelisah. Boleh saja Yoongi tersenyum penuh afeksi di depan Taehyung, tapi isi kepalanya saling tumpang tindih. Sudah menjadi tugas Kim Seokjin untuk memastikan peri penjaganya tetap melaksanakan tugas, dalam keadaan baik.

"Jika kau ingin sayapmu, aku bisa membicarakannya lagi dengan Yang Lain,"

"Wujud manusiaku saja membuat Taehyung tidak nyaman. Apalagi dengan sayap?" Kalimat itu keluar dari mulut Yoongi dengan netranya yang nanar menatap sayap agung nan lembut penuh bulu berwarna putih milik Kim Seokjin. Indah, namun tidak seperti miliknya. Yoongi berusaha semaksimal mungkin untuk memanusiakan penampilannya. Untuk apa lagi jika bukan memenuhi keinginannya agar menerima validasi Taehyung? Manusia tidak memiliki sayap, maka Yoongi-pun rela mengorbankannya demi Taehyung, atau sebenarnya demi egonya sendiri?

"Bukan begitu, ingat kesepakatannya, jika sayapmu kembali, Taehyung tidak akan bisa melihatmu lagi."

"Tidak," dengan tegas Yoongi menyatakan penolakannya pada peri tampan di depannya. Keputusan Yoongi agar kehadirannya dapat dilihat Taehyung sudah bulat. Dengan kehadirannya di hadapan Taehyung, Yoongi bisa membuat Taehyung percaya bahwa ada yang akan menolong Taehyung, ada sosok yang siap membantu Taehyung, jadi Taehyung tidak perlu lagi khawatir dalam bertindak, karena Yoongi ada untuknya. Selain itu, ada harapan lain yang tidak bisa Yoongi elukan di hadapan Kim Seokjin. Terlalu takut, malu, dan sangat ironis.

"Sayapku, aku tidak membutuhkannya—"

Seketika Kim Seokjin menghilang. Tepat sebelum pintu kamar terbuka, menampakkan wajah memesona manusia bernama Taehyung. Dengan jas yang terselampir di pundaknya, dan kemeja putih polos yang tiga kancing atasnya tak terpasang. Ekspresinya tegas dengan sorot yang lurus ke arah manik milik Yoongi.

"Kau berpikir selama ini aku tidak nyaman dengan kehadiranmu?"

Yoongi terbelalak, sejak kapan Taehyung ada di sana? Apa dia mendengar semuanya? Apa dia mendengar Kim Seokjin?

"Maaf jika aku membuatmu berpikiran begitu, aku— err, aku tidak pandai dalam mengekspresikan perasaanku, tapi sungguh, aku tidak masalah dengan kehadiranmu,"

Manusia itu sudah mengambil tempat di samping Yoongi. Begitu dekat, dan ini adalah momen pertama mereka sedekat ini.

Bahkan sisa wewangian khas dari tubuh Taehyung yang sudah seharian beraktivitas masih dapat ditangkap oleh indra Yoongi. Bercampur sempurna dengan aroma jeruk yang menguar dari tubuh si peri penjaga.

"Aku hanya, merasa gugup setiap menyadari bahwa ada kau di dekatku, entahlah."

Yoongi tidak salah melihat, ada rona semu di pipi Taehyung meskipun wajahnya tidak mengarah pada Yoongi. Yoongi melihat pipi merah itu. Netranya bahkan seperti sengaja menghindar agar tidak bertemu dengan milik Yoongi.

"Maaf jika aku tidak mengijinkanmu pergi bersamaku, aku hanya," Taehyung bergerak, mengubah posisi tubuhnya agar saling berhadapan dengan Yoongi. Lucunya, manusia itu menundukkan kepala. Nampak seperti anak-anak yang tengah dimarahi oleh ibu karena perbuatannya. Menggemaskan sekali.

"Aku hanya tidak ingin ada orang lain yang melihatmu, ya meskipun aku tahu itu tidak mungkin, tapi tidak ada yang benar-benar tidak mungkin, dan membayangkan ada orang lain yang menginginkanmu membuatku khawatir."

Yoongi seakan dibawa terbang melintasi cakrawala, penuh dengan gumpalan awan putih yang dia rindukan, kicauan burung burung, dan pemandangan bumi yang begitu megah tatkala mendengar kalimat terakhir Taehyung.

"Aku menyukaimu."

Harapannya yang tidak tahu kapan dapat bersemi tiba-tiba semuanya bermekaran. Perut Yoongi penuh dengan kupu-kupu kecil yang menggelitik. Yoongi begitu bahagia sampai menitikkan air mata. Segala keraguan dan ketakutan yang selama ini menghantuinya sirna. Bibit-bibit penyesalan yang semakin hari semakin banyak kini habis. Apa ini mungkin? Ini nyata?

Tanpa berpikir terlalu lama, Yoongi segera melingkarkan lengannya di tubuh Taehyung. Membawa manusia itu dalam dekapannya. Hangat tubuh Taehyung tersalur sempurna dalam setiap lekuk tubuh mereka yang bertemu. Mungkin ini yang setiap manusia rasakan ketika mereka jatuh cinta, ketika perasaan terdalamnya berbalas, ketika orang spesialnya mengungkapkan perasaan yang sama. Apakah ini artinya kita akan berkencan—tunggu!

Dengan cepat Yoongi keluar dari pelukan nyaman yang dibaginya dengan Taehyung, "Kau berkencan dengan orang lain tapi kau bilang menyukaiku?"

"Aku berkencan? Kau bercanda?"

"Lalu, lalu malam itu? Saat kau mengenakan scarf? Kau begitu khawatir dengan penampilanmu, karena kau akan berkencan dengan seseorang yang spesial, 'kan?"

"Yoongi, Pak Joon memintaku untuk menjadi pembawa acara dalam jamuan makan malam bersama para manajer dan petinggi lain di kantor. Tentu saja aku harus terlihat rapi, tampan, dan meyakinkan. Makanya aku sangat gugup dan butuh masukan mengenai penampilanku. Tapi untunglah semua berjalan lancar."

"Lalu mengapa kau pulang sampai larut sekali? Kau bahkan berkali-kali menginap di tempat lain, di tempat kekasihmu 'kan?"

Gelak tawa kemudian menggema di kamar Taehyung. Bukan Yoongi yang tertawa, tapi manusia satu itu. Tertawa karena peri penjaganya sangat jelas sedang cemburu. Tapi si peri penjaga terus mengelak, bahkan melipat kedua tangannya di depan dada. Mulutnya mencebik kesal menerima ledekan dari Taehyung. Yang akhirnya luluh juga ketika ganti lengan Taehyung yang melingkar nyaman di perawakan Yoongi. Menenggelamkan wajah tampannya di ceruk leher si peri penjaga.

Kalimat sanggahan terdengar di telinga si peri penjaga. Taehyung tidak berkencan dengan siapapun. Malam-malam dia menghilang dari kamar sebatas Taehyung terlalu mabuk untuk pulang, atau memang acara yang dihadirinya selesai terlampau larut. Tak ingin mengganggu peri penjaganya yang mungkin sedang lelap di sudut kamarnya.

"Sayapmu, kau menukarnya agar aku bisa melihatmu?" Sebuah anggukan Yoongi beri pada Taehyung. Lengannya Yoongi eratkan di tubuh Taehyung ketika manusia itu mengucap maaf sekali lagi. Maaf karena Yoongi menukar sayap berharganya demi Taehyung. Maaf karena Taehyung selalu merepotkan. Maaf karena Taehyung membuat Yoongi merasa buruk, membuatnya cemburu, bahkan membiarkannya tidur di ruang tengah. Taehyung sungguh menyesal.

"Hei, dengarkan aku," Yoongi menangkup wajah Taehyung dengan kedua tangannya, "sayap memang segalanya bagi peri. Sebuah kebanggaan, sebuah pelindung, dan sumber kekuatan. Tapi bagiku, menukarkan sayap tidak ada artinya jika itu untukmu. Aku tidak butuh perlindungan. Aku hanya membutuhkan kau, dengan keadaan baik dan utuh. Bahkan jika aku harus menukar eksistensiku hanya demi menyelamatkanmu, aku akan melakukannya. Oh, dan satu lagi, kau tidak perlu khawatir, tidak akan ada manusia lain yang dapat melihatku, aku hanya dapat dilihat oleh matamu, hanya untukmu." 


"Now you know me

For your eyes only"

If I Could Fly by One Direction


— E N D —

FOR YOUR EYES ONLY • TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang