-;2

90 11 0
                                    

Suara ibu dari dapur seperti biasa berhasil membangunkan Taehyung. Matanya yang terasa sangat berat dia paksa untuk terbuka. Menyambut akhir pekan yang sudah menunggunya. Mandi air hangat sebelum tidur memang terbaik. Pegal-pegal di tubuhnya terasa sedikit berkurang.

Pagi ini, Taehyung tidak perlu terburu-buru memesan kopi untuk manajernya di kantor. Tidak perlu pula repot mencatat pesanan dari kawan-kawannya yang selalu heboh. Bisa dia lihat dari balik tirai jendela di kamar, matahari sedang nyaman berada di peraduannya. Cukup siang agaknya.

"Apa yang harus aku lakukan hari ini?"

"Entahlah."

Kepala Taehyung menoleh secepat lidah cicak menyambar nyamuk ke arah suara yang menjawab pertanyaannya. Apa?!

Habis sudah persediaan kata di otak Taehyung. Mereka semua terbuang oleh fakta bahwa sosok di hadapannya memang ada. Bahwa cahaya seperti kilat, laki-laki tampan yang mengaku sebagai peri penjaga dan aroma jeruk malam tadi bukan hanya mimpi.

"Aku Yoongi," dengan santainya Yoongi berbicara. Setelah itu mengecap jeruk yang sudah dikupas selagi menanti manusia-nya bangun dari pingsan semalaman. Oh? Apakah manusia mungkin untuk mengalami pingsan sepanjang malam? Atau sebenarnya mereka pingsan kemudian tertidur? Entahlah, mungkin Yoongi akan mencari tahunya nanti. Hal paling penting saat ini adalah menjelaskan dirinya pada Taehyung dan jangan lupakan pipi Yoongi yang mulai bersemu merah. Sebabnya? Taehyung. Wajah bantal Taehyung begitu menggemaskan meskipun rambutnya sedang kacau.

Kata demi kata keluar dari mulut Yoongi. Suara itu, intonasi itu, sekali lagi Taehyung akui sangat akrab dengan dirinya. Tapi sayang, otak Taehyung masih disfungsi. Ya, sedikit lebih baik sebenarnya, karena Taehyung bisa mengangguk dan tidak jatuh pingsan lagi setelah mendengarkan semua pemaparan Yoongi.

Sambil menyantap sarapannya yang kesiangan, Taehyung tidak bisa berhenti memikirkan kembali setiap kalimat Yoongi. Peri penjaga yang dimaksud tidak nampak wujudnya, entah dimana Taehyung tidak peduli. Butuh waktu bagi dirinya untuk memroses peristiwa ini. Rentetan kisah Yoongi terdengar begitu meyakinkan, tapi bagi Taehyung masih tidak masuk akal. Bahkan setelah Yoongi memberinya bukti bahwa dirinya seorang peri penjaga, Taehyung masih tidak percaya.

Yoongi melakukan hal yang paling sederhana untuk membuktikan ke-peri-annya. Sebuah hal yang semua peri bisa lakukan, karena memang sangat mudah bagi mereka, yaitu menerbangkan benda-benda tanpa menyentuhnya. Yoongi cukup menatap gelas di nakas Taehyung, kemudian gelas itu terangkat dengan perlahan-lahan. Melayang hingga ke genggaman Taehyung, tanpa ada sedikitpun air keluar dari tempatnya. Gila, bukan? Gelas berisi air mineral itu diterima Taehyung bersamaan dengan kedipan nakal dari si peri penjaga.

Kehadiran Yoongi sebagai peri penjaga Taehyung yang begitu tiba-tiba memang sulit untuk Taehyung terima. Keraguan pada logikanya beradu dengan rungu yang begitu mengenali suara Yoongi. Begitu akrab dengan nada dan cara bicara Yoongi. Seolah mereka memang sering mengobrol.

Faktanya, mereka memang sering berdialog. Yoongi menjelaskan, jika Taehyung mengenali Yoongi dari suaranya, itu wajar. Karena selama ini dia tidak menampakkan dirinya di depan Taehyung. Hanya suaranya yang dibiarkan mengudara agar ditangkap indra Taehyung. Yoongi tidak diijinkan untuk menampakkan diri di depan manusia-nya, "Mengapa?"

Si peri penjaga sempat terdiam. Namun kemudian terus mengoceh tentang dirinya yang hanya boleh menghadirkan suaranya setiap kali Taehyung menggumam pertanyaan pada dirinya sendiri, atau saat ada kemungkinan Taehyung sedang dalam keadaan terdesak, lebih buruknya lagi jika Taehyung sedang dalam bahaya; mengabaikan pertanyaan Taehyung yang kemudian diabaikan sendiri oleh si penanya. Terlalu larut pada setiap detail informasi yang diberikan Yoongi; berharap bisa membuat Taehyung percaya.

Yoongi menceritakan hal-hal di luar nalar yang Taehyung alami selama ini. Menceritakan cara-cara Yoongi yang mustahil untuk Taehyung mengerti bahwa hasilnya bisa sangat berguna untuk si manusia.

"Hari itu kau bertugas untuk memresentasikan proyek terbaru tim. Sebelum berangkat ke kantor, kau ragu, apa kau melupakan sesuatu, maka sudah menjadi tugasku untuk membantumu menemukan jawabannya."

Benar, hampir saja Taehyung meninggalkan barang paling penting sedunia hari itu. Flashdisk berisi dokumen proyeknya. Tapi Taehyung tidak pernah menyangka bahwa anjuran untuk sekali lagi mengecek tasnya hari itu, datang dari Yoongi. Bukan dari dirinya sendiri.

"Ah, yang paling kuingat adalah saat itu. Kau dipaksa memilih nomor kamar ketika kalian sedang liburan akhir semester keluar kota bersama. Dengan lagakmu yang seolah mencemooh kehadiran peri penjaga, kau bertanya sambil mengangkat tanganmu, sangat menyebalkan. Sudah kesal aku dibuatnya, hampir saja aku mengabaikanmu."

Bohong. Mana mungkin Yoongi membiarkan Taehyung terlibat dalam masalah sekecil apapun? Sangat bukan Yoongi.

Hati kecil Yoongi tidak akan pernah rela melihat manusianya susah. Apalagi dalam bahaya. Sebanyak apapun pertanyaan Taehyung, seberapa besarpun energi yang harus dikeluarkan untuk menolong Taehyung, Yoongi akan melakukannya. Mengingat Taehyung yang selalu gegabah dalam berbagai hal—kau menyebutnya ceroboh? Yoongi menyebutnya, "Manusia-ku hanya sedang terburu-buru," Yoongi tidak peduli. Hal yang dipedulikannya hanya kebaikan Taehyung.

"Kau memilih nomor dua dan membuatku tidur sendirian," Taehyung juga mengingat dengan jelas peristiwa itu. Wajahnya tertekuk ke dalam. Bagaimana tidak, pilihan nomor dua membuat Taehyung tidur dengan dirinya sendiri selama liburan. Sedangkan kamar lain ditempati masing-masing oleh dua orang temannya. Taehyung sangat kesal ketika itu. Mengapa dia harus tidur sendirian ketika ini liburan? Hei, waktunya untuk bersenang-senang, bukan?

Ada ratusan rencana yang sudah Taehyung susun. Ratusan rencana untuk menyelinap ke kamar teman lainnya agar dia bisa menikmati liburan. Tidak terjebak sendirian sampai larut di dalam kamar, tapi nyali Taehyung menciut entah kenapa; terlalu takut untuk melanggar peraturan.

Kalimat yang keluar dari mulut Yoongi setelahnya membuat Taehyung terkesiap. Taehyung tidak tahu Yoongi bisa menjadi sangat protektif terhadap dirinya, dan agaknya dia sedikit bersyukur akan bantuan Yoongi saat itu. Jika tidak, cerita ini tidak akan dibuat. Bukan, maksudku, jika saja saat itu Taehyung tidak berada di kamar nomor dua, Taehyung akan terkena masalah. Bukan hanya sekedar omelan karena menyelinap dari kamar. Ini lebih besar dari itu.

Kiranya, inilah yang terjadi saat itu; teman-teman Taehyung berencana untuk mengonsumsi—umh, kau tahu sesuatu yang dilarang. Hal terburuk yang terjadi adalah, mereka semua mengonsumsinya di kamar masing-masing; mereka berbagi, dan di akhir kegiatan salah satu dari mereka terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Dari sana semua kamar digeledah, dan hanya Taehyung yang bebas dari masalah. Taehyung baru mengetahui semua kebenarannya dari Yoongi hari ini.

Karena saat liburan, dia tidak bisa menghilangkan gerutunya tentang tidur sendirian. Bahkan tidak begitu peduli dan abai akan apa yang sedang terjadi ketika salah satu dosen datang menginspeksi kamarnya.

Taehyung tidak tahu harus merasa bagaimana. Melihat berbagai kisah hidupnya dari perspektif Yoongi, kehadiran Yoongi sebagai peri penjaganya selama ini; semua terasa baru dan tiba-tiba. Yoongi terasa asing tapi dekat di hati dalam skala yang membingungkan bagi Taehyung. Terlebih, wajah Yoongi yang sangat tampan dan tidak manusiawi itu, membuatnya— lupakan.

"Ugh, bagaimana caranya agar tidak memikirkan wajah pucatnya itu?"

"Kalau kau melihatnya, kau akan berhenti memikirkan wajahnya."

Taehyung terbatuk. Makanan yang sedang dikunyah dengan khidmat mendadak masuk ke saluran pernafasannya. Peri penjaga menyebalkan.

Taehyung tidak bisa berhenti memicingkan matanya setiap kali Yoongi mengekor kemanapun dirinya pergi—kecuali ke kamar mandi. Beberapa kali terkaget ketika peri penjaga itu tiba-tiba muncul di belakangnya. Senyum miring di wajah Yoongi tidak pernah luntur. Ingin rasanya Taehyung mencubit pipi bakpau peri penjaganya yang begitu menggemaskan. Tapi harga diri Taehyung terlalu tinggi. Terlalu tinggi untuk sekedar berinteraksi, atau murni memang belum terbiasa dengan kehadiran Yoongi. Entahlah.

FOR YOUR EYES ONLY • TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang