nct mark - cuddle buddy

919 61 0
                                    

!agak rated!

Aku berlari ketika mendengar suara pintu terbuka. Mataku semakin berbinar ketika menyadari "tetangga tapi asik asik" ku sudah sampai. Dia melambaikan tangannya sedangkan tangan lainnya memegang beberapa camilan.

"Pada kemana?" Tanya nya, sadar dua mobil gak ada di garasi.

"Mama Papa ke rumah nenek. Chenle katanya nginep di rumah temen."

"Berdua aja nih?" Tanya nya dengan senyum aneh, aku sudah bisa menebak apa yang ada di pikirannya.

"Gak usah aneh-aneh, ya."

"Gak janji."

Kita duduk di sofa ruang tamu, saling berhadapan. Aku menunggu Mark membuka martabak manis dengan antusias.

"Ini rasa keju, kesukaan lo."

"AAA KEJU."

Aku melahap dua potong dengan rakus sedangkan Mark hanya menatapku sambil tersenyum.

"Jangan diliatin, lo makan juga."

"Makan lo aja, gimana?"

"Sembarangan lo." Kataku sebelum kembali melahap potongan ketiga. Aku berusaha meraih minum dengan martabak manis yang kugigit saja sehingga setengah dari potongan itu masih ada diluar mulut.

Tiba-tiba, Mark mendekati wajahnya kemudian menggigit sisanya. Dia tersenyum dengan wajah tanpa dosanya meninggalkan aku yang masih kaget.

"Kalo makannya gitu, gue mau."

"Pake pocky semangka, yuk?" Tanyaku yang kini antusias.

Tentunya Mark semangat kemudian mengambil satu stick pocky semangka. Aku menggigit stick itu seperti tadi.

Setelahnya, Mark kembali mendekatkan wajahnya. Namun dia gak menjauh begitu pocky nya sudah habis dan wajah kami hampir bertemu.

Aku tau kemana arahnya. Dia melumat benda kenyal milikku dengan intens.

Perlahan, dia mulai mendorong tubuhku sampai aku berbaring di sofa. Tanganku bahkan sudah mengalung nyaman di lehernya.

"Yuk?"

Dia mengelus pinggulku dari balik baju kemudian semakin naik. Sedangkan aku memilih untuk menenggelamkan wajahku pada lehernya.

Kuhirup aroma tubuhnya yang khas, benar-benar aroma yang menenangkan. Aku terlalu asik menikmati wangi itu sampai tak sadar kalau aku sudah mulai meninggalkan bekas di salah satu titik.

Kali ini, Mark menarik tubuhku untuk duduk di pangkuannya. Kami kembali menyatukan bibir lebih intens dari sebelumnya. Tangan Mark bahkan sudah menelusup kembali ke dalam kaosku dan memainkan kaitan disana.

Mark menyentuh rahangku di sela-sela penyatuan kami sampai

"OH FUCK MY EYES."

Teriakan itu membuatku berdiri dengan cepat dari pangkuan Mark. Kami bisa lihat Chenle yang masih menutup matanya di pintu utama.

"Kalian bisa gak sih di kamar aja." Protesnya.

"Ya kan gue kira lo beneran nginep."

"Emang nginep, ini hp gue ketinggalan di kamar."

Dia berlari ke kamar meninggalkan aku dan Mark yang sama-sama menahan tawa. Malunya cuma sedikit tapi reaksi Chenle yang bikin mereka cukup terhibur.

"Gue pergi lagi." Pamitnya. "Oh ya. Mama nyimpen pengaman di kotak obat, jangan di sia-siain. Gue belum siap punya keponakan." Lanjutnya sebelum menutup pintu.

"So?" Tanya Mark setelah menyadari deru mobil Chenle kian menjauh.

"Apa?"

"Lanjut?"

"Di kamar aja, cuddle."

Mark mengangguk kemudian mengemasi barang bawaannya untuk dibawa ke kamarku. Sebelum menaiki tangga, cowok itu mampir ke tempat dimana kotak obatku diletakkan.

"Ngapain?"

"Jaga-jaga aja, siapa tau kepengen masuk."

"Fuck you." Umpatku.

"Right now? Sabar sayang, nanti aja di kamar." Candanya.

Aku meregangkan tubuhku begitu mencapai kasur. Setelahnya, aku bisa merasakan kasur yang bergerak tanda Mark juga sudah terjun ke kasur.

"Gue besok malem kayanya diajak Papa ke luar kota deh." Ucapnya di lekukan leherku sambil memelukku dari belakang.

"Kok gak bilang?"

"Takut kangen ya?"

"Iya."

Mark gak menjawab

"Lo kok degdegan."

"Pake nanya. Gara-gara lo, lah."

Aku berbalik menghadap Mark kemudian menatap netra coklatnya.

Dia keliatan kaget waktu aku buka satu persatu kancing bajunya.

"Stop."

"Kenapa? Katanya mau."

"Berhenti sampe disana atau gue yang nantinya gak bakal berhenti."

"Yaudah jangan berhenti."

Mark menahan nafasnya saat aku mengelus dadanya.

Tak butuh waktu lama, Mark sudah mengukungku dan memegang kendali atas semuanya. Sorot matanya sudah sendu dipenuhi gairah.

Dia membawaku kembali larut dalam penyatuan benda kenyal kami.

"Mark, udah bangun ya?"

"Feel it." Katanya singkat kemudian dengan sengaja semakin merapatkan tubuhnya.

"Ssh fuck."

Sisanya tidak akan aku ceritakan. Hanya saja, kali ini Mark terlihat seperti wild lion bukan baby lion seperti biasanya.


***

Besok paginya...

Besok paginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
time to sleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang