Prolog
Langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Bahkan matahari tak mau menemukan dirinya. Padahal kalau di liat ini masih menunjukkan pukul 11.00 siang.
Seorang gadis yang baru aja menginjakkan kaki di kota ini selama beberapa menit lalu mendongak, menatap langit yang mulai menghitam. Raut wajahnya yang tadinya tenang berubah gusar. Deru napasnya sudah tak beraturan lagi beriringan suara Gentur yang menggelegar.Gadis itu mencoba mengatur deru napas agar tetap rileks. "Jangan hujan dulu please... " Gumamnya pelan. Tanpa sadar gadis itu udah memegang kursi besi halte yang ia duduki.
Masalahnya ia tidak tau alamat keluarganya. Kalau udah tau dari tadi gadis itu udah nyuruh supir taksi buat ke rumahnya langsung sehabis dari terminal tadi.
Satu persatu rintikan hujan mulai membasahi kota ini membuatnya semakin gusar. Keringat dingin sudah lebih dulu membasahi tubuhnya. Tubuhnya semakin gemetar kala mendengar suara guntur yang begitu keras daripada yang pertama tadi.
"Bun, ayah... Anin takut. " Katanya sangat pelan, menatap kendaraan yang berlalu lalang.
Lagi-lagi suara guntur membuatnya semakin takut. Bayangan masa kelamnya dulu hampir menghampirinya sebelum suara musik yang bergenre hip-hop mulai terdengar dari telinga sebelah kiri. Ia menoleh sembari memegang earphone yang sudah terpasang di telinga kirinya. Deru napasnya perlahan mulai sedikit normal.
Pemilik earphone itu tersenyum tipis dan pergi menerobos derasnya hujan. Sebelum pergi cowok itu memegang tangannya memberikan MP3 Player yang masih tersambung di earphone yang berada di telinganya.
Ia menatap MP3 Player itu tepat ketika cowok itu sudah menghilang. Ia baru menyadari ada kertas juga di tangannya tadi. Dengan perasaan penasaran ia membuka kertas itu. Ia menemukan sebuah tulisan.
Sorry lancang
Gadis itu masih speechless menatap tulisan itu dan menatap lurus ke arah jalanan yang dimana cowok itu pergi meninggalkannya, lebih tepatnya meninggalkan MP3 Player miliknya. sampai suara seorang perempuan menyadarkannya dali lamunan.
"Sayang, kamu gak papa kan?" Tanya wanita itu yang baru aja turun dari mobil innova putih. Nadanya terdengar khawatir. Perempuan itu langsung memeluknya. "Maaf Bunda telat." Kata bundanya menatap lekat kedua maniknya dengan rasa khawatir yang berlebihan.
Gadis itu hanya tersenyum simpul sebagai jawabannya.
***
22-10-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Rain
FanfictionKepindahan ke kota ini salah satu hal yang gue tentang. Sebab gue selalu teringat akan kenangan sekaligus sebuah tragedi yang membuat gue trauma. Bukan cuma itu saja alasan gue menentang pindah ke kota ini. Jikalau pindah pasti sekolah gue juga iku...