Chapter 1: Tragedi indomaret

13 4 0
                                    

Chapter 1 : tragedi indomaret

Dua orang gadis sedang berdiri berdampingan di depan lemari pendingin minuman. Mereka sedangkan mendebatkan hal-hal random sampai ke topik sekolah yang terkenal di kota ini.

Salah satu dari mereka tersentak teringat sesuatu. "Lo beneran sekolah disana? Emang tante Clara dan om Jovan udah bolehin lo sekolah normal?" Katanya setelah mengambil dua minuman. Lalu ia menyodorkan ke cewek yang memakai hoodie putih? celana jeans dan rambutnya ia kepang asal menjadi satu. Ia adalah Aninditha maheswari.

Anindhita menerima botol minum itu menghela nafas. "Udah ke 6 kali lo ngajuin pertanyaan ini Ran. Apa kurang jelas jawaban gue di chat dan di telfon semalam? Kalau enggak percaya tinggal tunggu aja besok."

"Bukannya nggak percaya Nin, lebih tepatnya kaget aja tiba-tiba tante Clara dan om Jovan ngizinin lo sekolah pada umumnya bukan homeschooling lagi." Kata gadis itu berjalan lebih dulu ke kasir.

"Iya emang diizinin karena gue yang maksa Ran. Masa gue homeschooling mulu. Sumpah gue udah bosen homeschooling mulu. Gue pingin ngerasain punya teman, pingin ngerasain bebas, setelah sejak SMP gue homeschooling." Katanya menyejajarkan langkahnya dengan sepupunya yang bernama Raina paramitha.

"Kalau di pikir-pikir iya sih bakal bosen. Apalagi gue yang anaknya extrovert. Ih bakal bosen. Lo nggak mau beli yang lain? " Kata Raina ketika di depan kasir.

"Enggak ini aja." Anindita memberikan minumannya pada Raina agar di bayar sekalian.

"Lah,anjir!" Umpat Raina ketika kasir sudah menyebutkan nominalnya. Cewek itu merogoh sakunya.

Anindhita yang terkejut menatap Raina heran. "Ada apa? Jangan bilang lo nggak bawa duit?" Anindhita menatap Raina penuh selidik.

Raina terkekeh. Cewek itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dugaan anindhita semakin terbukti. "Kok bisa? Gue juga nggak bawa uang, njir. Mana lagi tadi buru-buru." Kata anindhita agak nyolot.

"Terus ini gimana?" Kata Raina panik. Bahkan cewek itu udah menggigit kukunya.

"Ya, gue nggak tau," Ujar anindhita mengangkat bahunya sembari membuka ponselnya.

Raina sudah panik tingkat akut. Cewek berwajah manis itu mencoba mencari solusi dengan bernegosiasi yang berujung berdebat sama mbak kasirnya. Sedangkan Anindhita memperhatikan perdebatan itu sembari menunggu balasan dari sang adiknya. Dan masalahnya lagi jarak rumah mereka cukup memakan waktu.

Suara deheman membuat mereka kompak menoleh ke arah belakang. Seorang cowok yang memakai hoodie hitam, masker hitam dan bahkan cowok itu memakai tudung hoodienya yang hanya menampakkan sorot matanya yang tajam.

Mereka bergidik ngeri sampai suara cowok itu membuat mereka mematung. "Sekalian punya mereka. " Katanya datar. Lalu pergi meninggalkan mereka yang masih speechless. Bahkan buat makasih aja otaknya masih loading.

"Malaikat penyelamat. " Gumam Raina sembari menatap cowok itu pergi dengan motornya dari kaca indomaret.

"Mbak ini minumannya." Kata kasir itu kembali ramah. Anindhita langsung mengambil minuman itu. Bisa di jamin kalau nunggu Raina bakal lama. Liat aja cewek itu masih menatap ke arah luar.

"Niat pulang enggak? Kalau enggak nginep aja disini gantiin mbak kasirnya kerja. " Kata Anindhita. Raina langsung mendumel. "Malaikat penyelamat memiliki mata tajam. Gitu kan yang lo maksud? Udah, ayo pulang. " Kata anindhita menarik Raina keluar indomaret.


"Ran, Ran." Panggil Anindhita ketika mereka berdiri di depan motor Raina.

Raina hanya berdehem sembari memakai helmnya.

"Kayaknya gue pernah liat cowok itu deh. " Ujar Anindhita.

Raina menatap Anindhita seksama. "Jangan ngaco lo! Lo baru aja tinggal di Jakarta nin. Dan lagian cowok itu pakai masker mana mungkin lo ngenalin." Jawab Raina.

Anindhita hanya mengangguk setuju dengan kalimat Raina.

"Mau kemana?" Tanya Raina ketika anindhita telah naik ke jok motornya.

"Pulang mau kemana lagi? Mau ke mall? Nggak malu apa kejadian tadi?" Sindir Anindhita.

Raina tertawa. "Kalau masih mau gue ajak seperti tadi, " Kata Raina mulai melakukan motornya. "Padahal tadi gue mau ajak jalan-jalan. Eh, malah dompetnya ketinggalan. Ya udah kita muter-muter aja. Gue kenalin dengan ibu kota Jakarta."

"Terserah." Jawab Anindhita pasrah.

***



23-10-2024

Memories of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang