Chapter 4

55 8 10
                                    

"Dendam dan rahasia biasanya bersahabat. Orang yang menyimpan dendam, pasti menyimpan rahasia kelam, jauh di dalam hatinya."

.
.
.


Mark bermimpi malam itu, mimpi yang sama yang selalu menghantuinya lagi dan lagi, menyakitinya. Dia bermimpi berteriak untuk mencegah, tetapi semuanya sudah terlambat, dia berteriak-teriak menghampiri Koeun yang terkapar penuh darah... darah itu begitu banyak memenuhi tangannya, bersumber dari kepala Koeun.

Dan ketika kemudian darah itu semakin banyak dan banyak, Mark menyadari bahwa dia sudah tidak punya harapan lagi, bahwa dia sudah kehilangan semuanya. Akhir mimpinya selalu sama, dipenuhi dengan kesedihan dan kehampaan yang menyakitkan.

Dengan panik Mark tergeragap, terenggut paksa dari mimpinya yang lelap. Tubuhnya berkeringat dan napasnya tersengal.

Mimpi itu yang selalu menghantui malam-malamnya dan menyiksanya, seandainya waktu itu dia sadar akan sikap aneh Koeun, seandainya dia bisa menebak dan memberikan sedikit perhatian kepada Koeun untuk mengetahui apa yang berkecamuk di benaknya. Seandainya saja....

Mark mendesah keras, manusia memang hanya bisa berandai-andai ketika sudah dipenuhi penyesalan mendalam.

Seperti malam kemarin. Jantung Mark berdenyut. Dia telah merenggut istrinya dengan kasar. Masih teringat jelas jeritan dan permohonan Mina yang penuh air mata memohon kepadanya agar tersadar, tangisan Mina sejenak membuatnya ragu. Tetapi kemudian dia membayangkan Koeun, Koeun yang menderita, buta dan lumpuh, kehilangan kemampuan otaknya sehingga mengganggu mentalnya. Koeun yang menanggung semua kepedihan sampai tak kuat lagi, dan semua itu gara-gara Mina.

Dan Markpun pada akhirnya bertindak kejam, memperlakukan Mina dengan kejam, untuk memuaskan dendamnya, untuk membuat Mina merasakan apa yang dirasakan oleh Koeun.

Pembalasan dendamnya harus setimpal, sakitnya harus sama. Ini adalah dendam Koeun, dendamnya juga, dan masih akan ada banyak lagi kesakitan yang akan ditimpakan Mark kepada Mina.

Mina harus menerimanya.

Tetapi.... kenapa rasa sakit ini semakin lama semakin menekan perasaannya? Membuatnya sesak dan tidak mampu menahan rasa.

•••

Mina menangis semalaman dengan tubuh sakit dan perih, sampai akhirnya dia tertidur. Ketika bangun, dengan tertatih dia melangkah ke kamar mandi. Tubuhnya sakit, seluruh tubuhnya terasa sakit akibat pemaksaan yang dilakukan oleh Mark kepadanya.

Dia langsung ke kamar mandi dan mencuci tubuhnya dengan bersih, menggosok kulitnya di pancuran kamar mandi sampai terasa sakit. Seolah semua itu bisa menghilangkan sisa penghinaan dan sikap merendahkan yang dilakukan Mark kepadanya. Air matanya sudah terkuras habis, bahkan Mina sudah tidak mampu menangis lagi.

Cukup sudah! Dia sungguh yakin bahwa memang Mark tidak mencintainya dan tidak pernah mencintainya, entah karena apa lelaki itu menikahinya, yang pasti bukan karena cinta.

Mina memakai pakaiannya dan kemudian mulai merapikan pakaiannya di lemari dan memasukkannya ke dalam tas. Perkawinan ini sejak awal memang diperuntukkan untuk membuat Mina menderita. Air matanya menetes, semua yang dilakukan Mark kepadanya, kelembutan itu, kasih sayang dan tatapan mata penuh cinta itu, semuanya adalah kebohongan.

Hati Mina terasa sakit, dia tidak mampu lagi menahan kebencian Mark yang tanpa alasan. Dia harus pergi dari rumah ini, segera.

"Mau kemana?"

Pintu kamarnya terbuka tanpa peringatan, membuat Mina terperanjat kaget dan menyesal kenapa dia tidak terpikir untuk menguncinya.

Mark berdiri di sana, lelaki itu sudah mandi dan bercukur, memakai jas kerjanya siap untuk berangkat kerja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pembunuh Cahaya || Mark Mina [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang