Part 2: You Make Me Hate This City

23 2 2
                                    

Rutinitasku setiap hari: pergi ke University untuk menghadiri kelas. Kecuali hari Sabtu Minggu, aku biasanya hanya terdiam di rumah saja menonton Netflix. Jungkook biasanya latihan dance setiap hari, mulai jam 1 siang. Di weekend, dia biasanya pergi berkencan dengan Ariana. Yeah, I know. It's sad to know that you are married to someone, but your husband wouldn't even want to spend some time with you. 

He doesn't love me.

Aku tau itu. Namun aku masih bertahan, karena aku mencintainya. 

"Alissa!" Jimin menepuk punggungku dari belakang. Aku menoleh, kemudian tersenyum kepadanya. Aku tetap berjalan, lalu Jimin berlari kecil untuk menyamakan tempo jalannya agar sama denganku. Kami sedang berjalan menuju kelas. Hari ini hari Jumat, Jimin selalu datang di hari Rabu dan Jumat. Universitas kami merupakan Univerasitas Bahasa dan Seni, Jimin hanya mengambil mata kelas Bahasa Inggris saja. "Hi Jimin, how are you today?"

Jimin melepas kaca mata hitam yang dia kenakan. "I'm doing good, you?"

Aku mengangguk. "I'm good as well. I had a good fried rice for breakfast."

"I didn't eat anything. I just woke up when I called you." Balas Jimin sambil tersenyum lebar. "We are going to record a new song today, do you wanna come?" tanya Jimin tiba-tiba.

Aku menghentikan langkahku kemudian menoleh ke arah Jimin. I really wanna come, but I don't know if I should. Jungkook tidak suka aku berada di tempat dia latihan atau di studio. Dia tidak suka staff Hybe melihatku, karena mereka selalu menanyakan siapa diriku. Selama ini kami selalu menjawab bahwa aku teman dekat Jimin yang pergi ke Universitas yang sama. Padahal, aku kenal Jimin dari Jungkook. Tapi Jungkook memang tidak ingin ada orang yang tau bahwa aku adalah teman kecil Jungkook. Apalagi kalau mereka tau bahwa aku adalah istri Jungkook, aku tidak tau apa yang akan Jungkook lakukan. 

"I don't think that's a good idea..." jawabku pelan. 

Jimin melingkarkan tangannya di pundakku, kemudian mengajakku berjalan memasukki kelas. "I'm sure the other members miss you. It's been a while since the last time you came to the studio. You should really come, I wouldn't take no for an answer." 

Aku mengangguk, namun tidak menjawab. I really think it's a bad idea. 

---

I can't believe I'm agreeing with what Park Jimin suggested to me. Kelas sudah berakhir 10 menit lalu, dan sekarang aku sedang berada di dalam mobil bersama Jimin, menuju ke studio recording BTS. 

Aku memainkan jemariku yang berada di atas kedua pahaku. I'm very anxious and I don't know if this is a good idea to go and visit him in the studio. Sebenarnya, jika boleh, aku ingin selalu melihat Jungkook latihan dan rekaman lagu. Aku suka suara Jungkook, begitu juga dengan dance moves-nya. I think he's really talented. Bahkan sejak kecil, aku sudah punya feeling bahwa suatu saat nanti, dunia akan melihat Jungkook karena talents-nya. Aku benar, dia merupakan salah satu member dari boyband yang paling terkenal di dunia saat ini. 

Universitas kami terletak tidak begitu jauh dengan studio Hybe. Sekitar 10 menit jika tidak macet. Itu juga alasan mengapa Jimin bisa mengambil kelas di sini, karena jaraknya tidak terlalu jauh dari studio, jadi jika dia dibutuhkan oleh member untuk latihan, dia bisa langsung menuju studio. 

"Finally here," Jimin membuka seatbelt, membuka pintu mobil, dan berjalan cepat ke sisiku. Dia membukakan pintu mobil untukku. Jimin memang teman yang sangat sweet. Menurutku, memang personality dia sangat friendly dan hangat. Bahkan ke para member, dia juga selalu memperlakukan mereka dengan sangat sweet. 

Aku tersenyum. "Thank you," ucapku sambil ke luar dari mobil. 

"Bye, thanks for driving us here!" Jimin berterima kasih kepada supir yang membawa kami ke studio. Supir mengangguk dan tersenyum, kemudian menyetir ke luar dari building.

Hidden MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang