Semua orang berkumpul di ruang tamu, mereka bersama-sama memakan martabak manis yang Fiola bawa, Neira melihat satu persatu wajah temannya itu, rasanya ia ingin selalu berada di posisi sekarang ini, berada di sekitar orang-orang yang menyayanginya dan memberinya kehangatan layak nya seorang keluarga, Neira berharap dan berdoa kepada Tuhan agar dirinya selalu berada di sekitar orang-orang yang baik.
“lo kalo soal martabak rakus bener nei, serius dah” ucap Fiola
“opwoonso”
“habisin dulu makanannya” sahut Arien
“tau tuh, yang lainnya masih satu, lo udah ngabisin dua” Fiola mengambil tissue lalu memberikan kepada sahabatnya. Neira membersihkan sisa cokelat yang ada di sekitar bibirnya itu.
“awal gue ketemu Neira, ngiranya dia cuek bin jutek” kata Raka
“eh ternyata...ckck” lanjutnya, mendengar itu sontak Neira melampar bantal sofa ke kepala Raka.
“NEIRA!” pekik Fiola
“APAAA?!” teriak Neira yang tak mau kalah
“jangan gitu dong, kasian Raka nya gue” ujar Fiola sembari mengelus kepala Raka
“bukan temen gue” rasanya menggelikan bagi Neira melihat tingkah sahabatnya itu.
“gue kapan ye bucin kaya kalian” sahut Ardit tiba-tiba lalu menopang dagunya
“cari cewe sono gih” balas Neira
“ngapain nyari cewe kalo lo ada disini” Ardit mengacak pelan rambut Neira
“woe rambut gue” Neira merapikan rambutnya
“lo becandanya bikin gue merinding tau ga, ngeri lo bilang kaya gitu” lanjut Neira terkekeh.
Arien hanya menyimak percakapan mereka, melihat Neira dengan Ardit membuatnya sedikit panas, perasaan cemburunya tak bisa ia tahan, Arien memilih untuk pergi ke kamarnya lebih dulu.“gue mau ke kamar” ujar Arien lalu bangun dari duduknya
“dih ngapain ke kamar? Udah disini aja” balas Neira
“ngantuk”
“eh iya udah mau jam 11 nih gue pulang ya” kata Fiola yang baru saja melihat jam tangannya.
“yaudah ayo by ayo kita pulang” lanjutnya
“gamau nginep?” tanya Neira
“next time deh” Fiola berdiri lalu memegang tangan Neira, berniat untuk membantu sahabatnya pergi kamarnya itu.
“udah pulang aja sono” Neira menepis pelan tangan Fiola
“gue bisa jalan ke kamar sendi-” lanjut gadis itu
“tenang aja la, gue ntar yang bantu dia” sahut Ardit
“oh iya gue lupa kalo neira punya dua bodyguard, yaudah deh kalo gitu” Fiola mengangguk paham sembari terkekeh
“hati-hati bro di jalan” Arien menepuk-nepuk sekilas bahu Raka
“yoi”
Setelah Fiola pulang dengan Raka, ketika Neira berusaha jalan ke kamarnya, tapi tiba-tiba gadis itu tersandung dengan kakinya sendiri, dengan cepat tangan Arien memegang lengan kanan Neira, di sisi kiri Ardit melakukan hal serupa.
“nei lo gapapa?” tanya Arien
“gue baik-baik aja kok, gue bisa sendi-...eh“ ucapan Neira terpotong karena tiba-tiba Ardit menggendong nya ala bridal style.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Gelang Takdir
Teen FictionNeira Zeo Airishly, gadis yang ingin bertemu kembali dengan seseorang yang pernah memberikan benda yang sangat spesial di dalam hidupnya. Arien David Gevandra, cowok yang sangat merindukan seseorang yang pernah hadir di dalam hidupnya, walau pertemu...