Part 3

1 1 0
                                    

Next🙂

Sekitar pukul 03:30 mama membangunkanku untuk sahur, kami sekeluarga duduk di meja makan dan menyantap hidangan yang di sediakan. Karena kantuk yang sulit kutahan, setelah selesai makan aku segera bergegas ketempat tidur memeluk guling dan memejamkan mata, hingga akhirnya aku kembali ke alam mimpi.

Suara kokokan ayam membangunkan ku dari tidur. Kubuka mata berlahan, cahaya mentari mulai masuk melalui celah jendela kamarku.

"Astaga, aku lupa sholat subuh." gumamku.

Kulipat selimut dan kutata rapi tempat tidur, lalu aku bergegas keluar kamar dan bruuuuukk...

"Aduuh." Kurasakan tubuhku menabrak sesuatu.

"Kau, hmmm jangan muncul tiba-tiba seperti itu, kau membuatku kaget." gerutuku pada hantu itu.

Gadis kecil yang kumarahi itu hanya memasang senyum manisnya, membuatku luluh dan tak bisa melanjutkan ocehanku.

"Kau sangat cantik, senyummu juga sangat manis. Aku yakin kalau besar nanti kau pasti menjadi gadis yang paling cantik, gadis yang diperebutkan banyak laki-laki." Aku menatap wajah gadis itu dengan kagum.

"Eeh tapi, kau kan hantu. Percuma saja kau cantik tak ada yang bisa melihatnya kecuali aku." Aku tertawa terbahak-bahak mengejeknya.

Kulihat bibir gadis itu mengerucut, wajahnya terlihat sangat marah seperti ingin memakanku.

"Eits.. jangan marah! Nanti kecantikanmu itu bisa hilang." Ucapku ditimpali dengan tawa.

Gadis kecil itu bertambah marah, terlihat dari bibirnya yang semakin mengerucut.

"Maaf.. maaf, aku hanya bercanda. Itu balasan karena kau membuatku kaget tadi."

"Sila, kamu bicara dengan siapa?" Mama menatapku bingung.

Aku diam sejenak, memikirkan jawaban yang akan aku katakan pada mama. Aku tak mungkin bilang kalau aku berteman dengan hantu, mama pasti tak percaya dengan ceritaku.

"Bukan siapa-siapa ma, aku hanya bicara sendiri."

"Bicara sendiri?" Mama menatapku curiga dan juga heran.

"Iya, aku sedang menghafal dialog drama yang akan aku praktekkan di sekolah."

Sekolah. ah, aku lupa kalau harus kesekolah, bisa terlambat aku hari ini.

"Ma aku mandi dulu." Segera ku berlari ke arah kamar mandi untuk menghindari mama. Aku tidak ingin mama bertanya lebih banyak lagi. Tadi saja mama terlihat curiga padaku.

Setelah selesai mandi aku bergegas ke kamar untuk mengenakan seragam. Walaupun sekarang sedang bulan romadhon dan seluruh umat menjalankan ibadah puasa, sekolah tidak di liburkan kami tetap   kesekolah seperti biasa.

Saat akan mengambil sepatu tiba-tiba gadis kecil itu muncul dihadapan ku.

"Astaghfirullah, kau selalu saja membuatku kaget. Apa kau ingin membunuhku karena serangan jantung. Aku tidak ingin jadi hantu sepertimu, pergi dan jangan pernah ganggu aku." Aku berbicara tanpa jeda karena kaget dan emosi.

"Maaf kak." Katanya menunduk dan terlihat sedih.

Aku merasa kasihan melihatnya yang menunduk. Bagaimana pun aku sudah berjanji untuk bersahabat denganya. Meski dia hantu, dia tak pernah menyakiti atau menakutiku. Dia hanya selalu membuatku kaget karena kemunculannya yang tiba-tiba. Mungkin dia belum bisa beradaptasi denganku karena status kami yang berbeda, dia hantu dan aku manusia. Wujudnya sering tidak terlihat, mungkin dia sudah muncul dari tadi hanya saja aku tidak menyadarinya.

"Maaf bukan maksudku memarahi mu, aku hanya belum terbiasa bersahabat dengan mu, kemunculan mu sering membuatku kaget." Aku mensejajarkan tubuhku dengannya mengangkat dagunya dan memeluknya.

"Ohiya aku lupa, siapa namamu?

Gadis kecil itu menatapku dan tersenyum. Aku sangat suka senyuman itu.

"Namaku jeni kak." Gadis kecil itu menggenggam tanganku

"Nama yang bagus." Ucapku.

Yah Tuhan, aku lupa harus berangkat ke sekolah.

"Dimana tasku? Aduhh, buku fisikaku di mana? Aaah kacau."

Aku berlari kesana kemari mengatur keperluanku. Kulihat jeni tertawa terkekeh, tapi segera berhenti saat aku menatapnya tajam.

" Jangan hanya tertawa, bantuin sini! Kamu cari tasku! Biar aku yang cari buku fisika. Semalam aku lupa mengatur semuanya." Jeni segera berlalu mencari tasku.

"Aku menemukan tasnya kak." Teriak jeni sambil menunjukan tas yang dipegangnya.

"Bagus, aku juga sudah menemukan buku fisika."

Aku bergegas mengatur semuanya dan segera berangkat ke sekolah.

"Daaa jeni." Kulambaikan tangan ke arah jeni.

Disekolah kami tidak belajar, hanya menuntaskan beberapa mata pelajaran yang tidak tuntas. Hari ini aku akan menuntaskan mata pelajaran fisika, sebab nilai fisikaku begitu rendah. Itu kenapa aku membawa buku fisika tadi.

Setelah semua urusanku di sekolah selesai, aku buru-buru untuk pulang ke rumah.

"Sila kamu udah mau pulang?" Tanya pita sahabatku yang paling cerewet di kelas.

"Iya."

"Tumben pulang cepat? Biasanya kan nongkrong di kelas dulu.

"Hehehe.." aku terkekeh kecil. "Hari ini mamaku masak enak jadi aku ingin cepat pulang." Aku berbohong pada pita.

"Hmmm, boleh ikut?"

Aku diam tak menjawab sedang memikirkan alasan apa yang harus kukatakan pada pita agar dia tidak ikut. Kalau dia ikut dia bisa tau kalau aku sedang berbohong, bahkan aku tak tahu kalau mama masak apa hari ini dan mungkin mama juga belum ada di rumah. Aku ingin pulang cepat karena ingin bertemu dengan jeni. Entah kenapa aku merasa kangen padanya. Tapi kalau aku menolak pita pasti akan curiga.

"Ayo!" Ajakkku

"Tidak tidak aku hanya bercanda." Hari ini aku ada janji dengan pacarku.

"Oh, baiklah. Semoga kencannya lancar." Aku menghela napas lega.

" Makasih untuk doanya." Ucap pita sambil berlalu dari hadapanku.

Aku pun segera menuju motor kesayanganku, memacunya menuju rumah.

"Assalamualaikum." Aku membuka pintu dan melangkah ke arah kamar.

"Waalaikumussalam." Jawab suara dari arah pintu kamarku.

Aku menatap ke arah jeni penuh makna. Untuk pertama kalinya ada yang menjawab salam ku. Selama ini setiap kali pulang sekolah, rumahku selalu sepi, aku selalu sendiri.

Kedua orang tuaku sibuk dengan pekerjaan mereka. Mamaku seorang guru yang selalu berangkat pagi dan pulang sore hari  karena Full day yang diterapkan disekolah tempat Mama mengajar. Sedang papa, dia bekerja di kantor, aku tidak tau pasti jabatannya yang kutahu kami pindah dari kota kelahiran ku ke kota ini karena tuntutan pekerjaan papa yang mengharuskan dia pindah ke kota ini. Radit, dia seharian tidak di rumah, dia menghabiskan waktunya di rumah teman. Jadi setiap hari aku sendirian di rumah. Tapi sekarang aku punya jeni, meskipun dia hantu tapi rasanya begitu nyaman berteman dengannya. Sejak kehadirannya aku merasa tidak kesepian.

"Kau bisa menjawab salam juga yah?" Kataku mengejek.

"Tentu saja, aku kan pernah jadi manusia juga sama seperti kakak, aku sekolah dan beraktivitas seperti biasa." Jawabnya dengan nada sedih.

"Hmmm maaf, aku tidak berniat untuk mengejek." Aku menatap jeni dengan tatapan bersalah.

"Tak apa kak." Jeni tersenyum. "Aku hanya sedih mengingat semuanya, saat bahagia dulu bersama ayah dan ibu. Entah apa salahku? Tuhan merenggut semuanya dariku. Padahal sekarang harusnya aku berkumpul bersama mereka. Bukankah aku juga sudah meninggal seperti mereka. Tapi entah kenapa aku malah berkeliaran sendiri di sini. Apakah belum waktunya aku mati atau mungkin aku belum mati, aaah aku bingung kak."

Jangan lupa vote!🙂






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hantu Kecil yang ImutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang