Along With The Darkness (1)

1 1 0
                                    

Tok! Tok!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok! Tok!

Erick mengetuk pintu rumah Melody, Kekasihnya. Rumah petakan kecil tempat tinggal Melody merupakan rumah sewa yang dibayar setiap tahun. Anak SMA itu memang sudah mandiri sejak lama, jauh dari orang tua demi mengejar pendidikan yang lebih baik dan memutuskan melanjutkan sekolah ke Kota.

Erick mengunjunginya malam ini setelah beberapa malam kemarin tidak bisa datang akibat tugas kuliahnya yang menumpuk. Banyak hal yang mereka lakukan di sepanjang malam. Belajar bersama, bermain game, bermain gitar, bahkan Melody sering kali mengajak Erick menari. Gadis mungil dengan wajah lucu dan menggemaskan itu sangat pandai dalam hal menari, ia juga acap mengikuti kejuaraan tari sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Kebanyakan orang di luar sana menyebut Melody sebagai Gadis jelmaan Bidadari karena parasnya yang cantik, hidungnya yang kecil, manik perak yang indah,bibir plum kemerahan serta kulit yang seputih susu. Dia begitu sempurna. Seperti itulah kekaguman seorang Erick pada Kekasih yang sudah ia pacari sejak satu tahun terakhir.

"Baby? Ody?" Seru Erick memanggil nama singkat kekasihnya dengan sebutan Ody. Namun tidak ada respon dari dalam kendati Erick sudah beberapa kali mengetuk pintu.

Melody seringkali melayangkan protes saat Erick memanggilnya Baby, karena katanya dia bukan bayi. Namun Erick tak menggubris tentang keberatan yang di layangkan Melody. Karena jarak umur mereka yang beda tiga tahun, sehingga bagi Erick, Melody tetaplah bayi-besarnya.

Hening.

Tidak ada sahutan ataupun suara yang terdengar dari dalam rumah sederhana itu. Erick kemudian mendorong pelan daun pintu yang ada dihadapannya.

Kreeekkk!!

Rintihan engsel pintu terdengar nyaring diantara malam yang sepi.

Malam ini sedikit berbeda dari sebelumnya, jauh lebih dingin dan sedikit gelap, tidak ada satu bintang pun yang tersenyum seperti biasa.

"Kenapa tidak di kunci? " guman Erick lirih.

Suasana komplek perumahan disana pun terasa begitu senyap. Ketika malam tiba, orang-orang akan langsung beristirahat dan berdiam diri dirumah setelah sibuk beraktifitas seharian

"Sayang.. " Erick memanggil Melody untuk kesekian kalinya.

Karena masih tidak mendapatkan sahutan dari Melody, Erick pun memutuskan untuk menyelinap ke dalam kamar milik kekasihnya.

"Kenapa lampu kamar tidak dinyalakan?". Katanya lagi seraya menekan saklar lampu yang tak jauh dari ambang pintu tempat ia berdiri sekarang.

Erick mendapati Melody yang tengah duduk meringkuk memeluk kedua kakinya diatas tempat tidur. Wajahnya menunduk memperhatikan ujung-ujung jari kakinya yang bergerak acak.

"Kau sakit? " tanya Erick, ia langsung menghampiri gadis mungil itu yang belum mengeluarkan suara sejak kedatangannya.

Sedetik kemudian Senyum hambar Melody mulai terlihat saat Erick mengangkat pelan dagu bulat telur miliknya.

Kepalanya menggeleng pelan.

"Sukurlah kalau tidak sakit". Erick mengelus dada lega.

Fokus Erick kemudian teralihkan pada kondisi kamar Melody yang mirip kapal pecah. Buku-buku berserakan, beberapa Pena dan Pensil terhambur diatas meja belajar, dan keadaan tempat tidur yang juga acak-acakan.

Erick mengabsen satu persatu keanehan di kamar kekasihnya. Melody tidak pernah seperti ini sebelumnya, dia sangat anti dengan kata kotor dan berantakan. Namun keadaan saat ini justru sebaliknya.

"Ada apa de ... " Erick tak sempat melanjutkan pertanyaan karena dengan cepat Melody bangkit dan memagut lembut belah bibir Erick.

Erick merasakan sensasi dingin dari cumbuan kekasignya. Ia nyaris turut membeku saat mengimbangi ciuman tersebut.

"Ssssstttt.. " Melody melepaskan diri dari cumbuannya lalu menyeka bibir Erick yang sudah basah oleh saliva.

"Bagaimana kalau malam ini kita menari?" Lirihnya merdu.

Hal yang selalu membuat Erick luluh adalah saat Melody melebarkan senyum dan membuat kedua matanya berkilau.

"Dengan senang hati." Erick mengusap surai hitam yang menutupi sebagian wajah Melody.

Saat itu juga Erick langsung menepis segala gusar yang sempat singgah dalam benaknya.

Pria berotot dengan tinggi mencapai 180 sentimeter itu berdiri dan menangkup kedua pipi Melody lalu mendaratkan kecupan lembut.

Melody menenagadah memejamkan mata, merasakan cintanya yang semakin bersemi.

"Menarilah bersamaku sepanjang malam". Pinta Melody seraya mangalungkan kedua tangannya pada leher jenjang milik Erick.

"Mari lakukan apapun yang kau mau". Erick memeluk pinggang ramping perempuan-nya.

Instrumen Biola dari lagu Spring Day milik salah satu Boyband terkenal asal negeri gingseng tersebutmengalun syahdu membaur bersama orkestra jangkrik yang terdengar sangat harmoni.

Melody enggan melepaskan tautan tangannya, sedangkan Erick semakin memperdalam cumbuan saat keduanya bergerak kesana kemari mengayunkan kaki dan badan mengikuti irama lagu dan hentakan musik.

"Malam ini sangat indah". Deru nafas Melody tak teratur setelah melepaskan pagutan bibirnya.

"Seindah wajah mu yang bercahaya". Erick menambahkan pujian tulus saat membelai wajah cantik Melody.

Walau di luar sana tampak gelap tanpa cahaya bintang atau pun bulan. Tetapi Erick tetap mendapatkan sinar paling terang di setiap gulitanya dari gadis teristimewa. Melody Sakya.

***

Outstanding Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang