01. Hari Pertama Sekolah

30 4 2
                                    

"Sepatu udah."

"tas udah. "

"Hp udah. "

"Buku sama alat tulis juga udah. "

"rambut udah diikat."

"Susu melonnya juga udah. "

"saatnya sarapan sama minta uang kesemua orang supaya Bianca jadi kaya raya!"

Bianca. Gadis berpipi chubby berkelakuan abstrak pecinta buah setrawberry tapi tidak suka susu rasa strawberry. Anaknya papa Bryan dan mama Agnes yang kaya raya. Jadi jangan tanya kenapa Bianca suka membeli susu di supermarket satu kardus.  Jangan bandingkan dengan kita yang beli satu saja mikirnya sampai dua jam tapi endingnya tidak jadi beli. 

Pagi ini adalah hari pertama Bianca masuk SMA.  Senang dong pastinya.  Soalnya kata kakaknya dia bisa ketemu banyak kakak kelas ganteng di SMA mirip idol korea. iya kakak ketiga Bianca yang bilang begitu,  tapi habis itu keningnya merah karena lemparan sandal dari kakak sulungnya karena kasus penghasutan bayi keluarga William yang polos dan lucu. 

Bianca acuh saja saat itu dan menertawakan nasib kakak ketiganya yang malang. Tapi malamnya gadis yang sudah terkena hasutan sayton itu menemui kakak ketiganya dikamarnya.  Wawancara dadakan untuk mencari tahu kumpulan cogan di SMA sunflower yang akhirnya membuat Bianca tidak sabar masuk SMA. 

Kata Kevin, "kapan lagi kan ketemu wajah idol versi geratis dan penuh kemudahan! "

Makanya pagi ini semangat sekali Bianca.  Apalagi iming-iming uang saku banyak saat sudah masuk SMA dari papanya mengingat Bianca yang dulu SMP suka iri sama uang saku kakaknya yang lebih banyak.  Padahal cuma beda dua juta aja tiap bulan. 

Jangan kaget,  mereka anak sultan. Uang saku mereka sebulanya 10juta. Tidak sebanyak anak sultan lain sih,  tapi 10juta loh ini.  Cuma buat jajan!  Belum lagi jika ada saudara berkunjung,  tambah banyak uang jajan mereka.

"Selamat pagi keluarga Bianca yang sangat Bianca sayangi dan Bianca Cintai!"

Kevin mendengus melihat tingkah adik bungsunya walau tak urung ia membalas juga.

"Pagi bakpao. "

"Pagi dek. "

"Pagi Sayang. "

"Pagi kecil! "

Iya begitulah panggilan Bianca di keluarga ini.  Sayang dari orang tuanya pastinya,  Dek dari kakak sulungnya, dan dua tersisa adalah panggilan dari musuh Bianca dirumah ini.  Oh tidak,  terkadang mereka juga menjadi partner Bianca dibeberapa bidang termasuk menguras uang papa dan mama. 

"Mau roti apa nasi nak?"

Bianca menunjuk nasi goreng dan telur dadar serta sosis favoritnya.  Mamapun mengambilkan makanan untuk putri bungsunya itu.  Sudah menjadi kebiasaan mama padahal anak anaknya suka takut mamanya capek tapi mamanya tetap memaksa jadi yasudah. 

"Papa,  janjinya jadi kan? " tanya Biamca disela makanya. 

Papa mengangkat alisnya tanda tak tahu. 

"Itu loh katanya kalau udah masuk SMA uang saku tambah.  Jadi dong harusnya.  Jadilah masa engga.  Gaboleh ingkar sama ucapan sendiri nanti dosa. "

Papa mendengus pelan.  Pagi-pagi sudah bahas uang aja anaknya ini,"Iya nanti papa tambahin dua ribu buat beli cilok depan rumah. "

"Ihh cilok dua ribu cuma dapet 4 loh."

"Yaudah bearti masih dapet kan,  jadi gapapa dong masih bisa jajan. "

"Mana kenyang papa.  Adek tuh lagi ngumpulin duit juga.  Kalau tambahnya dua ribu ntar abis buat cilok terus adek ngumpulin duit dari mana? "

"Gegayaan ngumpulin duit,  liat es krim melon aja udah langsung diborong,"Kevin berucap santai.

"Apa sih nyaut aja kaya petasan."

Mama menggeleng heran melihat kelakuan putra putrinya yang selalu ramai setiap hari. Tapi disisi lain mama senang.  Rumahnya tidak sepi dan keluarganya saling menyayangi. 

"Udah udah sarapan dulu nanti kalian terlambat.  Nanti adek pasti tambah kok uang sakunya asal belajar yang pinter,  okey? " ucap mama menengahi.  Kalau tidak bisa makin panjang urusanya. 

Bianca tersenyum cerah,  mamanya memang paling pengertian, "Sayang mama banyak banyak. "

---

Suasana SMA sunflower tampak sudah ramai.  Tentu saja ini sudah hampir jam tujuh. Meskipun SMA ini sekolah bersistem internasional tetapi Jam masuk SMA ini tetap pukul 7.15 dan pulangnya pukul 15.00.

Kevin baru saja sampai di parkiran langsung tebar pesona.  Anak ini memang yang paling tengil diantara keempat bersaudara itu.  Tapi sekali marah,  marahnya bisa mengalahkan Kenan yang terkenal dingin dan kejam.

Sementara Bianca yang baru saja turun dari mobil papanya mendengus melihat tingkah kakaknya.  Mana pakai kaca mata hitam pula.  Dikira mau jadi tukang pijit apa. 

"Papa Bianca masuk dulu ya,  papa hati hati dan kerja yang rajin biar bisa beliin Bianca pulau pribadi, okey! "

Papa mencubit pipi gembul putrinya gemas.  Bukanya harusnya dia yang ngasih wejangan buat anaknya yang baru masuk SMA ini?  Kenapa malah terbalik begini.  Anak siapa sih ini.

"Harusnya Papa yang ngomong gitu bayi!  Kamutuh sekolah yang rajin jangan ngikutin jejak sesat kakak kamu itu.  Pokoknya kamu harus bisa menjadi manusia berpendidikan.  Jangan nilai bagus tapi attitude nol. Inget ya papa gamau punya anak yang tidak punya etika,  okey? "

Bianca mengangguk mendengar nasihat dari papanya yang sudah sangat sering Bianca dengar. Papa dan mamanya memang tak pernah marah dengan nilai anak anaknya yang turun,  tapi mereka akan marah jika mereka berbuat hal buruk dan negatif.  Contohnya merokok atau beli minuman keras.

"Siap Papa,  Bianca masuk dulu ya,"ucap Bianca menyalimi tangan papanya dan dibalas ciuman di kening gadis itu. 

"Kalau ada apa apa bilang kakak,  gitu gitu dia bisa diandalkan buat nyelesaiin masalah. "

Bianca mengangguk lalu berjalan menuju tempat kakaknya masih tebar pesona.  Dengan bersusah payah Bianca merangkul pundak Kevin dan mencium pipi pemuda itu membuat pekikan keras terdengar setelahnya. 

Iri kan kalian semua, haha!

"Kakanda,  mari antarkan adik tercintamu ini kekelasnya.  Adikmu yang sangat cantik dan menggemaskan ini tidak tahu dimana kelasnya. Bagamana nanti jika diculik? "

Kevin mendengus. Mengganggu saja adiknya ini.  Padahal ia tadi sudah hampir berhasil membuat seluruh anak SMA ini terpesona. 

"Siapa juga yang mau culik,  ogah kali mereka nyulik kamu dek.  Makanya aja banyak banget.  Yang ada bukanya untung malah rugi mereka. "

Bianca menggembungkan pipinya kesal,  tanganya melepas rangkulan pada kakaknya, "gini gini Bianca cantik tahu,  pasti abis ini banyak yang terpesona sama Bianca. "

"Dih! "

"ihh kak,  ayo anterin Bianca kekelas.  Bianca gatau kelasnya dimana."

"Cari aja sendiri,  bye bye kakak mau kekelas dulu mau ngerjain tugas fisika. Cari sendiri ya adekku sayang,  salah sendiri kemarin sakit jadi gaikut ospek kan," jawab Kevin santai sambil melenggang pergi meninggalkan adiknya yang menggerutu. 

"Kalau kak Kevin lupa ini baru masuk sekolah mana ada tugas dan lagi kak Kevin jurusan ips, mana ada mapel Fisika!"

Bianca menhentakkan kakinya kesal dengan pipi yang menggembung lucu.  Tidak sadar ulahnya itu berhasil membuat siswa yang ada disekitarnya memekik gemas.  Pipinya mau tumpah woi! 

"Terus gimana ini Bianca nyari kelasnya."


Bianca and Her MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang