Ryoko's POV
Yuto Nakajima
Ia adalah orang yang kusukai sejak aku masuk kuliah. Ia adalah teman pertamaku, juga teman sebangkuku sejak hari pertama masuk kuliah. Ia tampan, baik, humoris, ah... ia terlihat sangat perfect di mataku.
Sepertinya aku suka dengannya pada pandangan pertamaku. Terlebih ketika aku melihatnya menggunakan kacamatanya, ketampanannya sangat bertambah berkali-kali lipat. Berlebihan bukan? Ya, memang. Aku tahu itu.
Sekarang kita berdua menjadi teman dekat, hingga kemanapun akan berdua. Ke kantin, ke perpustakaan, bahkan mengumpulkan tugas pun berdua. Terkadang pun kita akan menceritakan tentang pribadi kita masing-masing –walaupun aku merasa Yuto masih tertutup denganku. Tapi tak apa, aku tidak akan memaksanya. Mungkin ia masih membutuhkan waktu untuk lebih terbuka denganku.
Tak terasa sudah satu tahun berlalu sejak hari pertamaku masuk kuliah. Aku pun mulai tahu sifat aslinya bagaimana. Walaupun aku bilang ia humoris, tak jarang pula ia menjadi orang yang sangat serius. Di samping itu pula, tidak disangka ia memiliki tingkat kenarsisan yang lumayan tinggi.
Pernah suatu ketika kita sedang berbincang-bincang, dan pada hari itu style rambutnya sedikit berbeda yang membuatnya terlihat lebih tampan. Tanpa sadar aku menatapnya sedikit lama. Ia pun menyadari hal itu dan mulai memunculkan kenarsisannya. Seperti, “Bagaimana? Aku lebih tampan, ya?” dengan tawa cengengesannya sambil memainkan rambutnya. Aku yang mendengar pertanyaannya hanya bisa melengos dan membuang muka akan kenarsisan dirinya. Walaupun dalam hati sebenarnya aku sangat menyetujuinya.
Dan entah kenapa, akhir-akhir ini, aku merasakan ada yang sedikit berbeda dari Yuto. Tidak, bukan style rambut ataupun pakaiannya. Well, aku akan langsung mengetahuinya jika style rambut dan pakaiannya berubah. Hanya saja aku merasa ia sedikit menghindar dariku? Ketika istirahat, ia sering untuk pergi terlebih dahulu dan seakan-akan tidak memperbolehkanku untuk mengikutinya.
Itu tidak hanya terjadi satu ataupun dua kali, namun sudah lebih dari tiga kali. Dan setiap aku bertanya padanya, ia hanya menjawab bukan apa-apa. Karena aku tidak ingin memaksanya, jadi yasudah aku tidak terlalu memikirkannya. Dan aku pun tidak terpikirkan untuk diam-diam mengikutinya ketika ia pergi sendiri. Aku hanya berpikir mungkin Yuto akan memberitahuku jika memang dirasa waktunya sudah tepat.
Aku dan Yuto pun saling berteman juga di twitter. Aku tidak melihat ia seperti mempunyai masalah, karena apa yang ia tulis pun tidak menandakan ada masalah.
Namun, ada satu tulisan terbarunya yang membuatku penasaran.
Everything has changed now
Hm? Apa nih?
Itulah yang pertama kali ada dibenakku. Seketika hatiku pun merasa tidak tenang. Dan seakan ada sinyal-sinyal yang muncul, aku pun melihat bio twitter miliknya.
-20~Thanks for loving me♡-
Dan, ya memang benar.
Hatiku seakan ditusuk-tusuk oleh sesuatu yang sangat tajam. Sakit.
Kenapa Yuto tidak memberitahuku? Dan itukah alasan ia selalu pergi sendiri ketika istirahat? Aku harus menanyakan ini kepada Yuto.
Keesokannya, saat istirahat, aku menariknya keluar kelas.
“Yuto, boleh aku tanya sesuatu?”
“Tanya saja, kau serius sekali Ryochan.”
“Apa kau baru saja berpacaran?” tanyaku dengan to the point. Aku perhatikan ada perubahan ekspresi pada Yuto, seperti ia terkejut ketika aku menanyakan hal ini.
Juga, entah kenapa intonasiku ketika bertanya itu tidak sesuai dengan apa yang kuinginkan sebelumnya, aku ingin menanyakan nya dengan bercanda. Tetapi, apa yang baru saja terjadi terdengar sangat serius dan terlihat sekali aku sedang menginterogasinya.
Bagaimana ini…
Aku tidak ingin Yuto tahu mengenai perasaanku.
“Ha? Apa yang kau bicarakan? Ryoko, kau tidak apa-apa, kan?” ia pura-pura tertawa garing menghindari pertanyaanku.
“Dengan siapa?” masih, aku seperti tidak ingin kalah hingga ia benar-benar menjawab pertanyaanku. Tetapi suaraku seakan tercekat saat menanyakannya.
“Hahaha kau bicara apa sih? Aku tidak pacaran dengan siapapun.”
“Kau tidak ingin memberitahuku?”
Ryoko! Kau harus menghentikan rasa penasaranmu, atau Yuto akan mengetahui rasa sukamu padanya! batinku.
“Sepertinya kau ada salah makan sesuatu pagi ini. Benar?” Yuto masih saja berpura-pura di depanku, yang mana membuatku tidak mood dengan jawaban yang diberikannya.
Tetapi tiba-tiba saja dari arah berlawanan ada seorang perempuan yang memanggil Yuto. Dengan panggilan khususnya.
“Yuttiiii!!”
Yuto yang merasa namanya terpanggil pun menoleh. Ia seakan sudah tahu siapa yang memanggilnya.
“Yuttii, ayo ke kantin!” ajak perempuan itu dengan menggandeng tangan Yuto tanpa permisi dan juga tanpa menghiraukan keberadaanku di sini.
Lihat, benarkan dugaanku? Tanpa Yuto menjawab pun, perempuan ini sudah datang untuk memberi jawaban.
Sesungguhnya aku merasa canggung dan terganggu dengan kedatangan perempuan ini. Dengan mood yang sudah berantakan, aku pun memutuskan untuk meninggalkannya.
“Ah sudahlah”, dan akhirnya aku pun meninggalkan mereka berdua.
..
.
Ketika pulang kuliah, Yuto pamit untuk ke parkiran sepeda terlebih dahulu, dan aku hanya mengiyakan saja. Karena memang moodku belum juga membaik.
Dan ketika aku sudah meninggalkan kelas, aku pun langsung menuju ke parkiran sepeda. Dari jauh aku melihat Yuto sedang tertawa asik dengan perempuan tadi yang bertubuh lebih mungil daripada aku. Yang aku dengar-dengar namanya adalah Chinen Yuri. Dan yah, ternyata orangnya pun tepat seperti yang sudah aku duga selama ini. Karena aku pernah melihatnya beberapa kali Yuto dan Chinen ini sedang berdua di taman kampus ketika tidak ada kelas.
Tidak kusangka pula, ternyata beberapa teman seangkatan sudah tahu mengenai kedekatan mereka.
Saat melihat mereka dari jauh, moodku semakin menurun. Ternyata aku tidak bisa menahan rasa cemburuku ini.
Cih. Memang kau siapanya Yuto, hm?
Seakan aku tidak peduli dengan keberadaan mereka, aku langsung ke sepedaku dan mengambilnya. Aku yang sudah membelakangi Yuto ingin rasanya pergi dari situ secepat mungkin. Tetapi sayangnya Yuto memanggilku.
“Ryoko, kau ingin langsung pulang?” aku merasa Chinen ini ikut melihat punggungku. Namun, karena aku sudah terlanjur terbakar api cemburu, aku tidak mood untuk berbicara dengannya lagi untuk hari ini. Maka dari itu aku tidak menoleh ke arahnya sama sekali.
“Iya” jawab ku singkat.
“Kalau begitu aku akan ke rumahmu setelah ini” kata Yuto masih dengan ketidaktahuannya atas perubahan moodku.
Yap. Aku dan Yuto memang memiliki janji untuk mengerjakan tugas bersama sepulang kuliah. Tetapi karena kejadian istirahat tadi, aku tidak ingin menemuinya dulu.
“Tidak perlu. Aku ingin istirahat hari ini” jawabku lagi yang langsung mengayuh pedal sepedaku, tanpa peduli sahutan-sahutan Yuto yang terlihat bingung akan sikapku.
Dan tanpa disadari air mataku terjatuh setelah meninggalkan Yuto dan Chinen berdua.
Aku pun tidak tahu kenapa tiba-tiba aku menangis. Apakah karena aku sudah mengetahui kedekatan mereka berdua? Atau karena aku sudah menyukainya begitu dalam hingga aku tidak terima jika ia bersama yang lain?
Aku tidak tahu, tapi kurasa keduanya.
Sebegitu menyakitkankah menyukai seseorang? Batinku.
-----
To be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Attack [REMAKE]
FanfictionYuto dan Ryoko sudah berteman sejak hari pertama masuk kuliah. Bak sepasang kekasih, kemanapun mereka pergi hampir selalu bersama. Tetapi tiba-tiba saja Yuto perlahan seperti menghindar dari Ryoko. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana perasaa...