5

798 95 3
                                    

Satu Minggu berlalu hati ini hari yang sudah sangat di tunggu seungcheol, ia sudah rapi dengan bajunya dan bergegas menuju makan sang mertua dengan satu ikat mawar putih, jihoon hanya memandangi wajah bahagia seungcheol.

Chan juga sama karena dia orang itu tengah duduk di sofa ruang keluarga dengan nyaman.

"Eomma"panggil Chan
"Iya ada apa?"sahut jihoon
"Cheol samchoon mau pergi kemana?"
"Ke tempat yang sama seperti tempat halmeoni"
"Chan jadi rindu halmeoni eomma"
"Ingin mengunjungi halmeoni?"
"Heum, tapi kesana dengan apa? Seok samchoon sedang tak ada di rumah, harabeoji pergi memancing dengan teman harabeoji"
"Kita naik taxi saja bagaimana"
"Heum...Chan tunggu disini eomma akan ganti baju dulu"

Jihoon pergi menuju kamarnya ia perlu ganti baju dan membawa perlengkapan Chan untuk pergi meski hanya ke makan jihoon tak pernah bisa membiarkan Chan lapar.

Sepeninggal jihoon di kamar Chan hanya duduk diam sebari menunggu jihoon turun dengan baju rapi dan membawa sepatu miliknya.

"Kau sendiri?"tanya soonyoung duduk disamping Chan
"Samchoon lihat ada orang tidak di samping Chan?"ujar Chan
"Tidak"
"Ya berarti Chan sendiri samchoon"
"Kemana eomma mu?"
"Sedang ganti baju"
"Kau mau pergi?"
"Heum mengunjungi halmeoni"
"Hanya berdua saja?"
"Iya memangnya samchoon mau antar"
"Memangnya kau mau"
"Tentu saja dari pada Chan dan eomma harus naik taxi"
"Boleh, tunggu sebentar samchoon ambil kunci mobil dulu"

Soonyoung bergegas mengambil kunci mobil dan jaket untuk ia pakai dan kembali duduk disamping Chan tak lama jihoon turun sudah dengan baju rapi dan sepatu milik Chan.

Jihoon cukup terkejut saat mendapati soonyoung dan Chan sedang mengobrol bersama bahkan bercanda bersama.

"Eomma nanti soon samchoon yang akan antar"ujar Chan membuat jihoon terkejut
"Apa tidak merepotkan?"tanya jihoon
"Tentu saja tidak, aku juga ingin keluar"sahut soonyoung
"Terimakasih sudah mau mengantar, ayo Chan pakai sepatu mu"

Chan bergegas memakai sepatu walau masih di bantu jihoon sungguh soonyoung bingung dengan dirinya sendiri kenapa bisa nyaman sekali setiap memandang Chan dan bicara dengan Chan.

Mereka bergegas pergi meninggalkan rumah dan pergi menuju makan yang menjadi tempat tujuan jihoon dan Chan.

Di lain tempat seungcheol berjalan dengan tenang menuju tempat dimana hampir setiap tahu ia datangi hanya untuk berkunjung saja namun setelah sampai langkah seungcheol terhenti saat melihat perempuan dan seorang anak laki-laki berdiri di depan makam sang ayah mertua.

Jihoon tak bohong mengenai hal ini namun entah mengapa seungcheol tak memiliki kekuatan hanya untuk sekedar memanggil nama itu.

"Jeonghan-ie"lirih seungcheol

Perempuan itu menolehkan kepala dan mendapati orang yang dulu pernah menyakitinya berdiri dihadapannya dengan bunga mawar putih di tangannya.

Yoon Jeonghan atau ohayashi Hana merupakan istri sah dari seungcheol yang menghilang setelah satu tahun menikah.

"Choi...."lirih jeonghan
"Ku kira kau lupa dengan appa"ujar seungcheol berjalan mendekati makan dan meletakan bunga pada makan tersebut.
"..."
"Appa lebih suka mawar putih, kau lupa?"
"Kenapa kau ada disini?"
"Setiap tahun aku kemari ya tidak setiap tahun sih tapi setiap empat bulan sekali untuk bercerita...ohayashi ryoto benar?"

Bocah laki-laki yang berdiri disamping jeonghan itu hanya mengangguk dan menatap seungcheol bingung.

"Senang bisa melihat mu, kau sangat tampan...tapi apa boleh aku bicara berdua dengan eomma mu?"tanya seungcheol pada ryoto
"Tentu...seunghan panggil aku seunghan nama korea ku seunghan"sahut seunghan
"Baik seunghan, kita bisa makan siang di cafe dekat sini, tapi aku harus berdoa dulu untuk appa"

Jeonghan mengajak seunghan menjauh dan membiarkan seungcheol berdoa lebih dulu sebelum mengajak jeonghan dan seunghan pergi.

Berbeda tempat dengan seungcheol kini jihoon dan chan berjalan dengan riang menuju salah satu tempat peristirahatan ternyaman milik eomma Lee yang tak lain eomma dari seokmin dan eomma angkat jihoon.

"Eomma jihoon dan Chan datang, maaf baru bisa mengunjungi eomma sekarang"ujar jihoon
"Halmeoni hari ini Chan sudah bisa membaca halmeoni harus datang ke mimpi Chan ya untuk hadiah"

Nyonya Lee tiada saat Chan berumur dua tahun karena sakit meski hanya sebentar mengenang eomma seokmin jihoon sangat bersyukur jika keluarganya saat ini adalah keluarga yang menyayanginya dengan tulus dan menyayangi Chan seperti keluarga sendiri.

Satu jam sibuk mendengar bercerita jihoon dan Chan menghampiri soonyoung yang tengah duduk sebari bermain ponsel miliknya melihat Chan dan jihoon sudah selesai soonyoung memilih untuk memasukan ponselnya.

"Sudah selesai?"tanya soonyoung
"Sudah, ku kira kau akan pergi dulu"sahut jihoon
"Ani...aku menunggu kalian, ikut dengan ku sekalian ada hal yang harus ku tangani dulu"ujar soonyoung
"Eomma Chan lapar"ujar Chan sebari memeluk kaki jihoon
"Kita akan makan dulu kalau begitu...Chan ingin makan apa?"tanya soonyoung berjongkok di hadapan Chan
"Apa saja yang penting enak"sahut Chan
"Ayo kita berangkat kalau begitu"

Soonyoung menggendong Chan dan menuju mobilnya di ikuti oleh jihoon yang berjalan di belakang mereka berdua, sungguh jihoon di buat bingung oleh soonyoung yang tiba-tiba jadi seperti ini padahal sebelumnya soonyoung Selakau tak peduli.
.
.
.
Malam tiba jihoon sampai di rumah dengan selamat dan menggendong Chan menuju kamar kerena Chan tertidur selama perjalanan pulang harusnya jihoon tak mengiyakan ajakan soonyoung jika berakhir sampai pulang malam begini.

Bukan karena tak mau atau bagaimana jika sudah begini Chan akan kelelahan dan berakhir demam apa lagi udara malam ini begitu dingin.

Melihat jihoon yang buru-buru tentu saja membuat bingung soonyoung yang berjalan di belakangnya bahkan soonyoung sampai mengikuti jihoon, setelah mengganti baju yang Chan gunakan dengan baju hangat jihoon bergegas turun ke dan mendapati Shin ajungma yang sedang ada di dapur.

"Ji sedang cari apa?"tanya Shin ajungma
"Termometer ajungma"sahut jihoon
"Untuk apa?"
"Badan Chan sedikit hangat aku takut nanti malam malah semakin panas makannya aku siapkan semuanya dulu"
"Biar ajungma Carikan"

Jihoon kembali ke kamar dengan barang-barang yang ia perlukan dan benar saja Chan benar-benar demam bahkan suhu badannya meningkat.

Jihoon meletakan kompres pada dahi Chan agar panasnya turun jika tidak terpaksa ia harus membawa Chan ke rumah sakit, Chan akan selalu demam jika ia kelelahan apalagi di ubah dengan suhu udara yang dingin.

"Eomma kepala Chan pusing"ujar chan lirih
"Biar eomma pijat ya sayang, setalah ini Chan harus makan dan minum obat dulu"sahut jihoon
"Tidak mau obat...pahit"
"Obatnya manis sayang rasa jeruk dari dokter Hao"
"Manis?"
"Iya manis...eomma harus buat bubur untuk Chan dulu"
"Mau ikut eomma"

Jika sudah begini jihoon hanya bisa menggendong Chan sebari membuatkan bubur untuk Chan, Chan akan sangat manja dan rewel jika sedang sakit seperti ini.

Soonyoung yang melihat jihoon turun sebari menggendong Chan jadi bingung sendiri karena setahu soonyoung Chan tadi tak apa-apa.

"Chan kenapa ji?"tanya Jisoo yang keluar dari arah dapur
"Demam eonni dan sekarang rewel tak mau lepas"sahut jihoon
"Sudah di beri obat?"
"Ini mau buat bubur dulu biar bisa minum obatnya"
"Aku rasa aku punya plester demam tinggi sebentar"
"Aku di dapur eonni"

Jisoo pergi meninggalkan jihoon sedangkan jihoon bergegas menuju dapur untuk membuat bubur untuk Chan berdoa saja Chan tak banyak gerak.

"Kau mau apa?"tanya soonyoung yang entah datang dari mana
"Membuat bubur untuk Chan"sahut jihoon
"Chan kenapa?"
"Demam, anak ini akan demam kalau kelelahan"
"Berikan Chan pada ku kau masak saja buburnya"
"Terimakasih maaf kalau merepotkan"
"Tak apa"

Jihoon fokus membuat bubur untuk Chan sedangkan soonyoung tengah mencoba membuat Chan tenang kerena terus menangis bahkan saat Jisoo menempelkan plester penurun demam pada dahi Chan.

"Ji ambil tas mu, jaket milik Chan juga kita ke rumah sakit demam Chan semakin tinggi"ujar soonyoung membuat jihoon langsung menghentikan pekerjaannya.

Jihoon langsung melesat ke dalam kamar mengambil tas, dompet dan baju hangat untuk Chan dan menyusul soonyoung yang sudah siap keluar dengan Chan dalam gendongannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

InsiemeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang