14. Skorsing

1K 192 22
                                    

Pagi memang merupakan awal yang merepotkan. Belum lagi jika kita masuk di sekolah jadwal pagi hari. Semua akan terasa seperti sebuah kesengsaraan. Belum lagi jika tugas dan pr yang menumpuk parah di meja belajar.

[Name] berjalan santai. Mendengarkan sebuah lagu. Biasanya dipakai dalan soundtrack film azab. Ketika Hana bertanya kenapa selalu pasang lagu itu, [Name] akan menjawab, ' biar tobat' tapi ujung ujungnya dia tetap menjelajahi burung biru di aplikasi ponselnya. Untunglah Miya hanya tau akun normalnya.

Gadis itu bersenandung ria sambil berjalan ke kelas. Dia sendang bahagia karena Miya menelponnya pagi ini dan berbicara santai dengannya tadi pagi. Hingga dia melihat sesuatu. Sebuah keranjang sampah sedang ada di atas meja milik nya.

Kakinya dengan sangat sopan, Naik keatas meja dan menendang kotak sampah kearah depan. Hingga semua isinya berhamburan keluar. Ditambah dengan tatapan sinis dan senyumannya yang aneh itu membuat sang pelaku sedikit merasa ngeri melihatnya.

Langsung saja gadis itu mengeluarkan tisu dari tas nya, lalu mengelap meja yang sedikit basah karena sampah. Lalu menyemprotkan parfum miliknya ke meja. Dan mengelapnya lagi.

Tak masalah jika hanya sekali, pikirnya.

Namun, berbeda dengan apa yang terjadi. Ada banyak sekali kertas dan plastik sampah, juga beberapa potongan kain pel sedang terletak di laci mejanya dengan banyak air yang menetes ke lantai.

"Haah.. emang niat bikin gua emosi pagi pagi."

Sebuah kaki dengan santainya menendang meja miliknya kedepan. Buku dan sampah di dalam laci mejanya berhamburan keluar serta tergesernya meja meja di depan.

"Kalian mancing emosi gua pas gada Miya ya? Pinter bat anak ajg."

Gadis itu menarik secarik kertas yang tertulis kata kata hina di dalamnya. Dengan cepat melihat sekeliling dan menemukan Yebi yang menatapnya malas.

[Name] maju. Berjalan kearah Yebi dengan menatapnya sendu.

"Yebi maaf.. gua bakal balikin Miya ke elu kokk.. maaf ya?" Gadis itu menunduk dan menurunkan punggungnya sembilan puluh derajat.

Yebi tertawa puas. Dia dan teman temannya sedang mentertawakan [Name] saat ini. Hingga gadis yang sedang memohon itu melayangkan sebuah tendangan ke kepala Yebi.

Diikuti dengan sorak serta beberapa orang yang terkejut dengan gerakan gesit milik [Name]. Jangan tanya dia tau gerakan itu dari mana, dialah pelatih Hana. Kakak tingkat Hana di karate sejak SD.

[Name] menahan dirinya karena dia berjanji pada Miya untuk tidak membuat kerusuhan lagi selama sekolah, setelah raport nya ditahan oleh guru karena dengan sengaja menendang seorang pembully di kelasnya.

Tidak separah itu sebenarnya, hanya saja kedua orang tua sang pembully meminta pertanggungjawaban atas luka yang disebabkan [Name] dan mereka berurusan dengan polisi. Padahal anak merekalah yang memulai segalanya.

Dia berjanji tidak membuat kerusuhan, bukan berarti dia akan diam saja saat semua orang sedang bertindak semaunya seperti sekarang. Terlebih lagi Miya sedang tidak ada, jadi dia bisa dengan bebas mengeluarkan emosinya.

"Itu yang lu harapkan dari gua? Hahah! Ngotak dong. Nomor lu aja bahkan di blokir sama Miya."

Gadis yang terduduk itu mengelap bibirnya yang berdarah. Sepertinya terbentur sudut lantai kelas. Menatap tajam [Name] yang tersenyum kearahnya.

"Mau ngebully gua? Lu salah orang, Yebi."

"Gua baik dan cuma ngelawan lu lewat kata kata, bukan berarti gua gabisa lawan lu lewat fisik. Bahkan soal fisik, gua tau kekuatan fisik gua lebih unggul daripada lu."

𝙽𝚊𝚣𝚎 𝙼𝚒𝚢𝚊? || 𝙼𝚒𝚢𝚊 𝚌𝚑𝚒𝚗𝚎𝚗 𝚡 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛𝚜✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang