* * * * *
"Eughk ... Ahh ...," lenguh pria tampan itu, ia baru saja terbangun dari tidurnya.
Dia? Brian Ardiansyah, pria yang sudah merenggut kehormatan Alya Febrianti Angraini.Brian memegang kepalanya yang terasa sakit, matanya menatap langit-langit kamarnya, pandangannya terlihat sedikit buram sebelum menjadi jelas.
"Eughk ...," lenguhan Alya membuat Brian terkejut.
Brian ragu-ragu menoleh ke sampingnya, matanya membulat dengan sempurna saat melihat gadis yang sama sekali tidak ia kenal. Ia sedikit mengakat selimutnya, dan baru menyadari dirinya tanpa busana.
"Apa yang terjadi?" Brian mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.
Sebelum kejadian ....
Brian ingat, kalau semalam Kakak tirinya datang ke apartemennya, mereka mengobrol santai. Tiba-tiba Brian ingin pergi ke toilet, saat kembali dia tidak lagi menemukan Kakak-nya di ruang utama.Brian sama sekali tidak merasa curiga, dia kembali duduk di sofa, melanjutkan menonton film-nya. Lalu dia tiba-tiba mendapatkan pesan dari Kakak-nya, mengatakan bahwa Kakak-nya ada urusan mendesak. Jadi, harus pergi begitu saja.
Brian meminum minuman anggurnya, belum beberapa menit setelah meminumnya, dia tiba-tiba merasakan panas, gerah dan sesuatu yang aneh, dirinya bagaikan sedang ter**ang.
Pada saat itu Alya datang mengantarkan pesanan. Brian yang sudah tidak mampu mengendalikan dirinya, akhirnya melampiaskan hasratnya terhadap gadis yang sama sekali tidak ia kenal, Alya.
"Si*l! Apa semua ini karena, Kak Rai?" guman Brian dengan tertawa miris.
Brian bangun dari tidurnya, matanya beralih menatap Alya yang masih tertidur pulas di sampingnya.
'Apa yang harus aku lakukan terhadap gadis ini? Bertanggung jawab? Apa ... jangan-jangan ini jebakan? Jika, Kakek mengetahui ini, otomatis Kakek akan mencoretku menjadi pewarisnya? Lalu Kak Rai yang akan menjadi pewarisnya,' batin Brian, ia memiliki begitu banyak pertanyaan di dalam otaknya.
Brian lebih memilih untuk tidak memikirkannya, saat ini dia harus menenangkan dirinya. Ia menepiskan selimut dari tubuhnya, memunggut pakaiannya, lalu memakai kembali, dan berjalan menuju kamar mandi.
Brian membiarkan air mengalir mengguyur seluruh tubuhnya. Dia yakin kalau semua ini adalah bagian rencana dari Kakak tirinya, dari awal mereka memang tidak suka Brian menjadi pewarisnya. Namun, mereka masih berpura-pura baik-baik saja di depannya, ternyata dibalik sikap mereka yang tenang, dirinya malah dijebak.
Alya membuka matanya dengan perlahan, menatap langit-langit kamar dengan samar-samar, berharap semua itu adalah mimpi buruk.
"Apakah aku masih bermimpi buruk?" guman Alya dengan suara khas orang baru bangun tidur.
Ceklek!
Alya menoleh ke arah suara, melihat Brian baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai baju handuk, tangan yang mengacak-acak rambutnya dengan handuk kecil.
"Tidak. Ini pasti mimpi. Aku pasti sedang bermimpi ...," lirih Alya disertai buliran bening mengalir di sudut matanya. Dia masih belum bisa menerima kenyataan, bahwa dirinya bukan lagi gadis yang suci.
"Hentikan dramamu itu. Aku tau kalau kamu bekerja sama dengan Kakak-ku, Raihan," ucap Brian dengan dinginnya.
Alya menoleh ke arah Brian, lalu berkata, "Apa katamu? Drama?!"
"Hmm. Kamu pasti sengaja, 'kan? Dibayar berapa kamu sama Raihan, hah?!" tanya Brian dengan nada membentak.
Alya bangun dari tidurnya, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal itu. Berjalan mendekati Brian dengan nafas turun-naik, matanya mengisyaratkan kemarahan teramat dalam.
"Setelah apa yang kau lakukan terhadapku? Lalu sekarang kau bilang aku me-drama? Bekerja sama dengan Kakak-mu? Apa maksudmu, hah?! Siapa, Raihan?! Jelas-jelas di sini aku korbannya!" jawab Alya yang balik membentak.
"Korban? Ha-ha-ha, jelas-jelas aku korbannya! Aku tau kamu pasti orang suruhan Raihan, 'kan? Kamu pasti disuruh untuk menghacurkan aku, bukan?!" tanya Brian.
"Hei! Aku ke sini cuma mengantarkan pesananmu! Dan sekarang lihatlah!" Alya menunjuk noda darah yang berada di atas seprai.
"Kau sudah menghacurkan masa depanku. Jelas-jelas di sini aku korbannya, tapi kenapa kau yang malah bersikap seperti korbannya? Apa salahku? Kenapa kau lakukan ini padaku?" lanjut Alya, tubuhnya mendadak lemas, ia menangis tersedu-sedu di atas lantai, buliran bening tidak henti-hentinya mengalir di pipinya.
Brian mulai berfikir jika Alya juga korbannya, tapi ia juga harus memastikannya terlebih dahulu. Dia tidak boleh percaya begitu saja, dia akan menyelidiki siapa gadis itu sebenarnya.
"Baiklah. Aku akan bertanggung jawab. Jadi, sebaiknya kau hentikan tangisan itu, tidak ada guna juga kau menangis, semuanya sudah terjadi," ucap Brian tanpa menatap ke Alya.
"Apa aku bisa mempercayai kata-katamu?" tanya Alya dengan mendongakkan kepalanya, menatap pria yang sedang berdiri di depannya.
"Kalau kau tidak percaya, kau bisa tinggal di sini mulai sekarang," jawab Brian menatap sekilas ke arah Alya.
Alya tiba-tiba tertawa mendengar perkataan Brian, benar-benar tidak terpikirkan olehnya. Bertemu dengan pria seperti Brian.
"Kau pikir semua ini lucu? Karenamu, mungkin aku akan kehilangan sesuatu yang berharga. Lagian, aku sebenarnya tidak ingin berhubungan denganmu, jika bukan karena seseorang sudah memasukkan sesuatu ke dalam minumanku," ucap Brian tidak terima, padahal dia sudah mau bertanggung jawab.
"Terserahmu!" Alya bangun dari duduknya, berjalan pergi meninggalkan Brian dengan perasaan marah bercampur kecewa.
Alya tidak punya pilihan selain mengikuti perkataan Brian, ada bagusnya kalau Brian mau bertanggung jawab, dia tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya.
Alya menutup pintu kamar mandi, menyadarkan punggungnya ke pintu, tanpa sadar tubuhnya merosot ke lantai. Dia masih kecewa terhadap dirinya, kehormatan yang selama ini selalu ia jaga, direnggut begitu saja oleh pria yang sekali tidak ia kenal.
Brian masih bisa mendengarkan suara tangisan Alya dari luar. Tanpa sadar ia menghela nafas kasarnya. Dia melihat jaket Alya berada di lantai, ia melihat sesuatu di bahu tersebut.
Brian memunggut jaket tersebut, membuka lebar dan melihat nama restoran, nomor telpon di tempat Alya bekerja.
[Restoran Bibi Caca. +6282386217111.]
Brian berjalan keluar dari dalam kamarnya, TV-nya saja masih menyala, gelas minumannya masih tergeletak di atas meja. Dia menemukan ponselnya di atas meja, mengambil ponselnya, lalu menekan nomor seseorang di layarnya.
"Bagas, bantu aku selidiki seseorang. Aku baru saja dijebak oleh Raihan. Aku mau kamu menyelidiki gadis yang bekerja di Restoran Bibi Caca. Dia bernama, Alya Febrianti Angraini."
Brian mengetahui nama Alya, dari jaket yang digunakan Alya, memiliki tanda pengenal agar memudahkan konsumen mengetahui siapa Alya.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kesayangan CEO Dingin (Sudah Diterbitkan)
RomanceKisah mereka akan dijelaskan di part-part selanjutnya. Terlalu banyak yang plagiat di Facebook, jadi, pindahkan ke akun Wattpap. Selamat membaca ....