Part 04

4.3K 159 2
                                    

* * * * *

Apa yang terjadi? Bagaimana Kakek Brian tau, kalau Brian melakukan kesalahan yang sulit dimaafkan?

Sebelumnya, dikediaman rumah Gufron Mukti Wibowo.

Raihan, Ibunya, lalu kedua Kakak perempuannya, mereka tinggal di rumah megah milik Kakek-nya. Hanya Brian yang memilih untuk tinggal sendirian di apartemen, dibandingkan hidup bersama dengan Ibu tirinya, para Kakak-nya, dan Kakek-nya. Ayah-nya sudah lama meninggal.

Raihan yang baru saja selesai menelpon dengan Brian, berniat akan pergi, tapi dirinya malah kepergok oleh Kakek-nya.

Gufron mendesak Raihan untuk berbicara jujur, walau awalnya Raihan berbohong. Namun, karena desakkan dari Gufron, akhirnya Raihan mengatakan yang sejujurnya tentang apa yang dialami Brian semalam.

Raihan mengatakan kalau Brian dijebak oleh seorang gadis, membuat Brian tidak mampu mengendalikan dirinya, dan akhirnya semua itu terjadi.

Padahal semua itu adalah bagian dari rencana Raihan, dia tau Brian tidak akan membiarkan orang yang tidak bersalah, dituduh tanpa sebab. Raihan memang ingin menghacurkan Brian. Jujur, dia merasa iri terhadap Brian, padahal Brian hanya anak dari selingkuhan Ayah-nya, tapi kenapa Brian yang mendapatkan  warisan cukup banyak dari Kakek-nya?

Kini dia bisa tersenyum puas, menatap Brian yang berada di ambang kehacuran, menurutnya.

______

"Jadi kamu?! Gadis jal*ng yang membuat cucu saya, Brian, melakukan perbuatan hina itu?!" bentak Gufron yang terlihat begitu marah.

Alya hanya terdiam membisu sambil menundukkan kepalanya, dia sama sekali tidak berani menjawabnya, bahkan menatap ke arah Gufron, tangannya tidak henti-hentinya memainkan jari-jemarinya, karena rasa takut. Meskipun dia korbannya, tapi dia juga tidak berani membela dirinya.

"Kamu pasti mau uang, 'kan? Sebutkan saja berapa yang kamu mau. Saya pasti akan kasih berapa yang kamu mau, dengan syarat kamu harus menghilang dari kehidupan cucu saya, Brian," ucap Gufron dengan penuh penekanan.

Alya memberanikan dirinya, menatap ke arah Gufron, sudah cukup dirinya direndahkan, dia bukanlah wanita yang bisa dibeli dengan uang, bahkan bukan wanita yang gila harta.

"Maafkan saya, Tuan. Tidak semuanya bisa dibeli dengan uang. Saya memang miskin, tapi bukan berarti saya tidak punya harga diri. Saya juga tidak tau semua ini akan terjadi, tapi yang jelas di sini saya korbannya," ucap Alya dengan berani, meskipun jantungnya terasa ingin copot, tapi ia tidak boleh terlihat lemah di depan musuhnya.

"Ayah, lihatlah gadis jal*ng itu. Dia sama sekali tidak memiliki sopan santun," ucap Sinta---Ibunya tirinya Brian, memiliki sifat yang sulit dijelaskan.

Gufron yang tersulut emosi, berjalan menghampiri Alya. "Bukankah kau melakukan semua ini demi uang, hah?! Lalu berkata, kau masih memiliki harga diri. Dasar wanita jal*ng!"

Plak!

Tamparan mendarat mulus di pipi kiri Alya, membuat tubuhnya terduduk di atas lantai, sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Kakek! Hentikan!" bentak Brian yang sedari tadi hanya diam.

"Kau baru saja membentakku?" tanya Gufron dengan gelagapan.

"Iya. Gadis itu sama sekali tidak bersalah. Semua ini salahku, jadi, aku akan menikahinya,"  jawab Brian dengan tatapan tajamnya.

"Apa kau bilang? Kau akan menikahinya? Pikirkan, Brian! Kau ini seorang pewaris, jika orang-orang perusahaan tau kau menikahi gadis seperti dia. Apa yang akan mereka katakan? Mau ditaruh di mana wajah Kakek-mu ini?" tanya Gufron dengan nafas turun-naik.

"Kakek bisa mencoretku dari pewaris. Aku sama sekali tidak membutuhkan itu semua. Bukankah Kakek masih memiliki tiga cucu lainnya, mungkin Kakek bisa menjadikan salah satu dari mereka, menjadi pewaris perusahaan," ujar Brian dengan tersenyum, jelas dia sedang menyindir Raihan.

"Beraninya kau, Brian!" ucap Gufron sambil memegang tengkuk lehernya yang mendadak berat.

"Ayah! Kakek!" ucap Sinta dan Raihan secara bersamaan.

"Mulai hari ini, kamu bukan lagi pewaris dari perusahaan GMW, dan kamu bukan lagi cucu dari Gufron Mukti Wibowo," ucap Gufron dengan penuh penekanan.

"Baik," jawab Brian dengan tenang.

"Percayalah, tanpa diriku kau bukan apa-apa. Aku yakin tidak lama lagi, kau akan mengemis-ngemis meminta bantuanku," ucap Gufron dengan tatapan tajamnya.

Brian hanya diam, bukan dia takut akan ancaman Kakek-nya, melainkan dia malas berdebat.

"Dasar anak tidak tau diri. Kau sama saja dengan Ibumu," ujar Sinta dengan tatapan sinisnya.

"Ayo, Ayah!" ajak Sinta, memapah Gufron berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

"Sudah kuduga, kau tidak akan mengecewakan aku," ucap Raihan dengan menunjukkan sisi dirinya sebenarnya, tersenyum penuh kemenangan. Ternyata perjuangannya untuk menjadi pewaris, tidak sia-sia.

Brian memilih untuk diam, membiarkan apa kata Ibu dan Kakak-nya. Selama ini dia juga sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti itu. Mereka hanya terlihat baik di depannya, karena dia seorang cucu kesayangan, tapi kini tidak lagi.

Namun, Brian sama sekali tidak merasa sedih. Meskipun dia bukan lagi seorang pewaris, tapi dia akan memulai dari awal, membuktikan dirinya bisa tanpa mereka.

Brian menghampiri Alya yang masih terduduk lemas di atas lantai. Brian memapah Alya berjalan menuju sofa, dia tau Alya cukup syok setelah kejadian baru saja.

Brian berjalan pergi meninggalkan Alya di sofa, kembali menghampiri Alya dengan kotak P3K. Brian mengeluarkan kapas, menyirami dengan sedikit air alkohol, lalu dengan perlahan membersihkan luka yang berada di sudut bibir Alya.

Alya sama sekali tidak meringis kesakitan. Jujur, kejadian tadi membuat dia cukup syok.

"Maafkan aku. Aku tau kamu cukup syok dengan kejadian tadi, tapi percayalah, aku akan tetap bertanggung jawab apapun yang terjadi," ucap Brian, memecah kesunyian antara mereka berdua.

"Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Alya, menatap bola coklat milik Brian.

"Melakukan apa?" jawab Brian balik bertanya.

"Karena diriku, kamu harus kehilangan sesuatu yang berharga. Kamu tidak lagi seorang pewaris, kamu juga dibuang oleh keluargamu. Kenapa kamu mempertahankan aku? Gadis miskin, yang tidak tau diri," jelas Alya berterus terang, dia sama sekali tidak suka berbasa-basi dalam berkata.

"Mereka bukan keluargaku. Aku sama sekali tidak merasa sedih, melainkan aku merasa sangat bahagia. Kakek menyayangiku, karena aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh cucu-cucunya yang lain," ucap Brian dengan tersenyum.

"Apa itu?" tanya Alya, penasaran.

"Kecerdasan," jawab Brian sambil mengetuk kepalanya, dengan jari telunjuknya.

"Alasan Kakek-ku bersikeras ingin menjadikan aku pewarisnya, karena ia yakin aku mampu membuat perusahaannya maju," lanjut Brian dengan percaya diri.

"Oh," balas Alya mengaguk-angguk.

"Kamu tidak percaya? Mungkin saat ini kamu fikir aku seorang pria miskin, tapi kamu jangan khawatir. Aku masih memiliki sedikit saham di suatu tempat," ucap Brian dengan sombongnya.

"Aku sama sekali tidak menginginkan hartamu. Kamu sudah mau bertanggung jawab, itu sudah cukup bagiku," ujar Alya disertai senyuman.

Alya sebenarnya gadis ceria, hanya saja dia akan terlihat pendiam jika di dekat orang baru. Akan tetapi kalau sudah akrab, maka akan muncul sikap yang tidak terduga.

Bersambung ....

Istri Kesayangan CEO Dingin (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang