Sebelum membaca di haruskan klik tanda ⭐ untuk membayar kerja keras penulis.
Happy reading!••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"Kita pisah!" suara teriakan disertai nafas tersenggal menggema dalam ruang keluarga.
"Oke jika itu kemauanmu, aku turuti! Fine!"
"Mama, papa," salah seorang gadis berdiri cengo menatap sekeliling ruang yang di penuhi oleh pecahan kaca serta barang lainnya.
Perlahan gadis itu mendekat melewati beberapa serpihan yang berserakan, menatap satu persatu orang tuanya lalu memegang kedua tangan masing-masing.
"Aku harap ucapan mama tadi adalah candaan." tuturnya lalu menyeka air mata.
"Itu kenyataan, mama dan papa akan bercerai secepat mungkin Jane,"
"Katakan pada Jane apa yang membuat kalian memilih berpisah,"
"Karena mama tidak mau tinggal satu atap dengan pengkhianat."
Gadis bernama Jane menatap sang ayah meminta kebenaran ucapan ibunya. Dari sorot manik cokelat itu seperti mengatakan sesuatu namun tidak bisa di ucapkan oleh bibir.
"Apa itu benar pah?"
"Ya, tapi papah memiliki alasan kenapa papah selingkuh." pria paruh baya itu langsung menunduk lalu kembali mengadahkan kepala menatap manik cokelat putrinya.
Dia mengelus puncak kepala sang putri dengan pelan hingga tanpa sadar buliran air mata menetes.
"Karena mama kamu lebih mementingkan karir dari pada keluarga."
"Cih! Itu alasan koyol! Dari dulu kau tidak pernah keberatan dengan karirku! kenapa sekarang dijadikan alasan!"
"Cukup!" teriak Jane frustasi.
"Mah, pah," Jane menggenggam kedua tangan orang tuanya menatapnya sendu.
"Apa kalian tidak bisa mempertahankan pernikahan? Setidaknya demi Jane."
"Engga Jane, kelak saat kamu menikah nanti kamu akan mengerti kenapa mama milih bercerai dari pada bertahan tapi tekanan batin!"
"Tapi Jane sudah cukup dewasa untuk menilai mah, dimata Jane kalian berdua sama-sama salah."
Kedua orang tua Jane diam saling pandangan satu sama lain.
"Mama salah karena terlalu fokus pada karir hingga melupakan kodrat mama sebagai istri dan ibu, dan papa! Papa juga salah, tidak seharusnya papa lari ke pelukan perempuan lain saat rumah tangganya dalam masalah."
Seperti tersihir oleh perkataan putrinya, kedua orang tua Jane langsung diam seribu bahasa hanya bisa mendengar dan mencerna ucapan pedas dari putrinya.
"Jane tidak bisa memilih salah satu diantara kalian."
Jane berlari menuju lantai dua untuk menenangkan fikirannya yang kacau setelah mendengar pertengkaran orang tuanya.
Brak...
Pintu kamar di buka keras menimbulkan dobrakan yang memekikan telinga. Ia merebahkan tubuh di atas ranjang mengistirahatkan tubuh dan fikiran.
Suara pecahan kaca serta teriakan ibunya selalu terngiang-ngiang di telinga membuat Jane menutup telinga menggunakan aerophone menyalakan musik dengan keras.
Matanya dipaksa terpejam agar nanti saat terbangun masalah yang membelitnya hilang terbawa mimpi.
"Ah shit!" Jane mengumpat karena matanya tidak juga terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome Romance
General FictionWarning 🚫 !!! Area khusus dewasa! 🔞 "Ungghhhhh, kau masih virgin?" ucap Kevin memejamkan mata menikmati kenikmatan dunia. "Yeeaahh... lakukan saja tugasmu tuan jangan banyak bicara!" hardik Janeta Kevin langsung menambah tempo kecepatan mendeng...