Jangan lupa Vote! Komen! Share!
Cuek, pintar, kaya, dan tidak mudah bergaul. Satu lagi, tampan. Ini adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan seorang Win, mahasiswa di salah satu universitas Thailand.
Win mendapatkan beasiswa full karena kecerdasaannya. Dia sangat pandai di bidang hitung menghitung. Di kampus, Win hanya menghabiskan waktunya diempat tempat.
Yang pertama, dia akan menghabiskan waktunya di kelas untuk belajar.
Yang kedua, dia akan menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk belajar dan membaca buku.
Yang ketiga, dia akan menghabiskan waktunya di tribun untuk membaca buku.
Yang keempat, dia akan menghabiskan waktunya di kantin untuk makan.Meskipun banyak gadis yang menyukainya, tapi win tidak pernah memperdulikan mereka. Dia tetap berpegang pada prinsipnya, ke kampus hanya untuk belajar dan makan.
Win tidak pernah bermasalah dengan siapapun. Bagaimana dia bisa bermasalah? Nama teman-temannya saja dia tidak mengetahuinya.
Mulutnya yang sering terkunci membuat banyak orang menganggapnya sebagai orang aneh. Win hanya berbicara seperlunya. Ditanya menjawab, tidak ditanya diam.
Win melirik jam tangannya, bentar lagi kelas matematika ini akan selesai. Ia menggerutu dalam hatinya. Kenapa matkul ini cepat sekali berlalu?
"That's all for today's meeting, see you soon!" Dosen keluar dari kelas.
Hari ini tidak ada tugas yang harus dikerjakan dan ini matkul terakhir. Win belum mau pulang kerumah. Rasanya ia masih ingin berlama-lama disini.
Setelah mengemasi bukunya, Win memutuskan ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku dan setelahnya mungkin dia akan ke tribun untuk sekedar melihat orang bermain bola atau melanjutkan bacaan komiknya.
Win duduk di tempat biasanya. Dia memilih untuk melanjutkan bacaan komiknya. Klub bola sedang latihan, jadi kondisi lapangan sedikit ramai dan berisik.
Jam sudah menunjukkan pukul enam sore dan hari sudah mulai gelap. Win memasukkan komiknya kedalam tas dan beranjak dari duduknya. Win berjalan di pinggir lapangan sembari mencari tong sampah untuk membuang sampah minumannya.
Sebuah bola kaki yang menggelinding dan berhenti tepat di depannya membuat dia harus mengentikan langkah. "Hei! Tolong tendang bola itu kesini!" Pinta salah satunya.
Win hanya menoleh kearah sumber suara dan melanjutkan langkahnya. "Sialan!" Umpat orang itu.
"Sesulit itukah menendang bola?" Seseorang berdiri di depannya. Win melihat orang itu dengan tatapan tanpa arti.
"Jika menurut Anda itu tidak sulit, lakukanlah!"
"Wow!" Tawa pria itu sangat meremehkan Win.
"Minggir, Saya harus pergi!"
"Aku nggak akan ngebiarin kamu pergi semudah itu!" Pria itu mendekatkan wajahnya pada Win.
"Bersikaplah dengan sopan!" Win mundur beberapa langkah.
Pria itu maju dan mengambil botol minuman yang ada di tangan Win. "Sampah itu dibuang," Ia melemparkannya ke tong sampah, "bukan dibawa-bawa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jersey 27
Teen FictionHOMOPHOBIC DON'T COME HERE⚠️ Aku bahkan belum mengetahui namanya. Tapi, dia telah berhenti menggangguku. Secepat itukah dia menyerah? Ia terus mengedarkan pandangannya ke lapangan bola kaki. Mencari si jersey nomor 27 yang terus mengganggunya. Awaln...