First Time

1.5K 193 11
                                    


⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gemuruh kilat menggema. Hujan jatuh semakin deras di luar sana. Di sebuah ruang kamar tidur luas. Dengan remang-remang pencahayaan, berasal dari lampu kecil yang menempel di dinding.

(Name) mengeringkan rambut Sanzu. Di atas ranjang berukuran king size. Lelaki bersurai merah muda itu hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggang.

Pipi merona kemerahan berhasil tertutupi oleh minimnya pencahayaan. (Name) tak pernah menyangka ketahuan mendapati Sanzu membunuh orang dan nekat menghampirinya.

Kini berakhir di atas ranjang yang sama. Walau belum melakukan apa-apa.

Sanzu membawa (Name) dengan alasan untuk mengeringkan rambut. Konyol memang, tapi (Name) terlanjur menyukainya.

"(Name)." Sanzu menggenggam pergelangan tangan pemilik nama.

"Ya?"

Sanzu berbalik. Mendorong (Name) hingga berbaring di bawahnya. Kemeja putih kebesaran miliknya menutupi tubuh menggoda (Name).

(Name) menyukai netra biru milik lelaki ini. Bulu mata lentik yang kalah jauh dari miliknya. Bekas luka di sudut kedua bibir, serta surai merah muda lembut yang mulai agak lembap.

Ini gila. (Name) tak bisa menahan diri lagi. Kedua lengan mengalun di leher Sanzu. Saling mempertemukan bibir untuk yang kedua kalinya.

(Name) melumat liar, menggigit bibir bawah Sanzu. Membalikkan keadaan dengan cepat. Kali ini dirinya berada di atas.

Handuk yang menutupi bagian bawah Sanzu terlepas. Sesuatu mengeras dapat dirasakan menggesek paha (Name).

Sanzu menuntun tangan (Name), bergerak turun mengelus juniornya yang sudah mengeras.

(Name) memerah malu. Ini kali pertamanya dia memegang milik laki-laki. Terasa hangat dan kokoh di tangan mungilnya.

"Puaskan dia dengan tanganmu." Sanzu menjilati daun telinga (Name).

(Name) yang masih polos tapi bohong menuruti permintaan Sanzu. Dengan lihai dan lembut (Name) mengoral benda itu hingga semakin membesar.

Sanzu membuka satu persatu kancing kemeja. Buah dada sintal nan ranum terpampang jelas. Mainannya ini masih fresh rupanya.

Sanzu menelusup masuk membuka cepat kaitan bra hitam yang menganggu. Memandangi penuh gairah tubuh menggoda (Name).

Lidah tak bertulang menjilati nipple merah muda yang menegang nan sensitif. Sebelum memasukkannya ke dalam mulut, sementara area yang kosong dikuasai oleh tangan nakalnya. Meremas penuh kelembutan. Sesekali di mainkan gemas.

(Name) melenguh tak tertahankan. Bagian bawahnya bahkan sudah sangat basah.

Jemari Sanzu turun ke bawah menyentuh labia kewanitaan rapat yang terasa basah. Seringai timbul kala menyadari (Name) turut menikmati.

***

Sekalipun wanodya tak pernah menyesal memberikan mahkota berharganya pada sang tuan pemilik hati.

Semalam masih terasa jejak sentuhan-sentuhan kasar menyentuh tiap inchi kulit. Pipi merona tak tertahankan.

Taruna tertidur lelap. Bulu mata lentik terpejam erat. Labium dengan bekas luka di kedua sudut bibir sedikit memberi celah.

Diusapnya lembut surai merah muda. Selarik senyum terpatri. Pemandangan bangun tidur yang sangat indah.

Lengan sang adam semakin posesif melingkari pinggangnya. Kelopak mata perlahan membuka. Sorot tajam mengintimidasi.

(Name) tersenyum hangat. "Selamat pagi, Sanzu."

Sang pemilik nama tak menjawab sapaan. Melainkan bangun melangkah ke kamar mandi. Tanpa peduli pada eksistensi wanita yang semalam ia tiduri.

(Name) menggembungkan pipi, agak kesal akan tingkah laku menyebalkan Sanzu. Lantas menaikkan selimut menutupi sebagian wajahnya. Hawa dingin seakan menusuk raga polosnya.

Tak lama suara riuh rintikkan shower terdengar.

Sanzu terdiam membiarkan air hangat mengalir membasahi raga. Pikirannya berkeliaran liar. Curiga akan keberadaan perempuan aneh di atas ranjangnya.

Beberapa menit berlalu.

Taruna keluar mengenakan jubah mandi hitam. Embun menetes di surai merah mudanya. Dada bidang terlihat tampak menggoda untuk disentuh.

(Name) meneguk saliva susah payah. Sanzu sangat seksi. Rasa ingin menyerang lelaki itu semakin meningkat, tapi segera diurungkannya.

"Sanzu mau ke mana?" tanya (Name). Ia bersandar di kepala ranjang seraya memerhatikan tiap pergerakan taruna.

Sanzu mengambil setelan jas dari lemari. "Aku sibuk hari ini. Kau bisa pulang sendiri 'kan," balasnya tanpa balik memandangi (Name).

"Apa aku boleh menunggumu di sini?"

Pertanyaan (Name) berhasil mengambil alih atensi Sanzu. Langkah kaki mengarah ke ranjang. Di mana wanodya menatapnya biasa saja, seolah pengaruh intimidasi yang diberikan Sanzu tak mempan.

Sanzu mengkabedon (Name). Berbisik tepat di daun telinga. Netra biru melempar tatapan tajam.

"Dengar baik-baik, kau ada di sini hanya untuk menghangatkan ranjangku. Selebihnya kau tidak punya hak apa pun. Mengerti?"

(Name) memang sudah kehilangan akal sehatnya mengangguk patuh. Sanzu menyeringai. Mainan baru yang penurut ini, apa bisa lebih memuaskannya seperti semalam?

"Bagus." Sanzu mengelus surai hitam (Name).

Kelereng tak serupa saling bertubrukan. Perlahan jemari (Name) mengusap bekas luka di sudut bibir sang adam. Selain menyukai netra biru Sanzu, ia paling suka bekas luka ini.

"Sanzu, mau jadi kekasihku? Kalau kau tidak mau, biar aku saja yang jadi kekasihmu. Bagaimana?" Rupanya tawaran gila (Name) kemarin malam masih berlaku.

***

Favorite Crime || SanzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang