Angkasa malam redup kala tiap tetes air hujan luruh mengguyur buana. Dalam kegelapan, merebak jerit kesakitan menyayat hati. Beribu-ribu lontaran memohon ampunan tak dihiraukan sang iblis kematian.
Bagian menyenangkan saat mencabut nyawa sampah tak berguna. Tawa menggema di sela-sela pekikan aktivitas merenggut nyawa.
Refleksi dari balik redupnya lampu-lampu jalanan, menampilkan sesosok lelaki dengan katana berlumuran cairan pekat kemerahan. Meninggalkan jejak yang sama, hampir di sekujur durja tampan dan pakaian yang dikenakan.
Sorot dingin dari balik bulu mata lentik menemukan eksistensi orang lain. Ketika netra bersinggungan, terpaku beberapa detik, saling mengunci.
Surai hitam sebahu agak basah disebabkan rinai hujan. Paras cantik natural, labium merah muda lembap sedikit terbuka--- seakan menggoda untuk dinikmati.
Ada sesuatu dibalik sang pemilik manik coklat. Bukan, bukan pandangan takut yang diberikan, melainkan tatapan kekaguman.
"Kau melihatnya?"
Anggukan kecil diperoleh sebagai jawaban. Kekehan pelan meluncur dari pemilik bekas luka di kedua sudut bibir.
Katana berayun hingga berhenti tepat di leher jenjang sang puan. Luka gores tercipta menimbulkan darah yang mengalir.
Raga memang tremor hebat. Berbanding terbalik reaksi yang di dapatkan. Manik coklat menyorot penuh kagum. Kedua tangan mengepal erat. Labium bawah digigit kuat. Deru napas memburu tak karuan.
Kerutan tercipta di dahi. Raut dingin perlahan berubah. Ditariknya benda tajam itu kembali ke tempat semula.
Tubuh sang puan mendadak terjatuh. Dengan sigap tanpa sengaja taruna mengulurkan daksa guna memberi bantuan. Netra berbeda manik berpandangan.
Degup jantung berdetak lebih cepat. Tangan sang puan bergerak mengelusi bercak darah di pipi taruna. Menyusuri lembut rahang kokoh yang membingkai durja rupawan. Kesekian kalinya terpikat jatuh dalam pesona seorang Sanzu Haruchiyo.
"Sanzu," lirihnya sembari mengecup lembut bibir sang pemilik nama.
Manis.
Netra biru tak menutupi kelopak mata. Menilik jelas paras cantik yang lancang menyentuh bibirnya. Sapuan lembut diberikan, bersamaan dengan remasan-remasan kecil pada surai merah mudanya.
Sekon kemudian, Sanzu mengambil alih. Digigitnya bibir bawah sekuat mungkin, hingga berdarah. Lantas menyesapnya. Menelusupkan lidah mengeksplorasi mulut bagian dalam sang puan.
Ciuman liar tak terkendali di bawah derasnya hujan yang menerpa.
Sanzu melepaskan tautan. Beralih ke leher jenjang sang puan. Menjilati luka bekas dari goresan katananya.
"Dari mana kau tahu namaku?" Sanzu menengadah.
Sorot dingin tajam nan mematikan, justru tak membuatnya takut. Melainkan ... ah bergairah. Ya, dirinya terobsesi pada orang nomor dua Bonten itu.
"Aku suka kau, mau menjadikanku milikmu?" Tawaran gila yang selama ini mengendap di pikiran akhirnya tersampaikan.
"Huh? Kau bercanda? Kita bahkan baru bertemu."
"Tak masalah, aku menyukaimu dari lama."
"Kau stalker?"
Dengan bangganya dia mengangguk. "Ya, aku selalu tahu kapan dan di mana kau membunuh."
Seringai tercipta. Perempuan aneh ini sungguh menarik bila di jadikan mainan. Mungkin bisa dipakai dulu lalu dibuang. Menyenangkan.
"Kau tidak takut?"
"Tidak. Aku menyukaimu. Segala hal tentangmu, baik atau pun buruknya. Aku sangat menyukaimu."
Perempuan langka yang mudah di manipulasi oleh perasaan. Selain aneh juga gila. Ini yang sang adam inginkan dari lama.
Seringai kian melebar. Sanzu menemukan mainan baru.
"Siapa namamu?"
"(Name), Kambe (Name)."
Sanzu melepaskan dekapan. (Name) mencoba berdiri normal. Dia mengeluarkan sapu tangan berwarna merah muda dari saku celana.
Sanzu bergeming. Membiarkan (Name) membersihkan darah yang masih meninggalkan jejak.
"Nah, kalau seperti ini kau terlihat sangat tampan." (Name) menangkup kedua pipi Sanzu. Senyuman terukir hingga sudut mata menyipit.
Sanzu melepas tangan yang menurutnya mengganggu. Berpindah menggenggam erat pergelangan tangan (Name).
"Ikut aku ke markas."
(Name) membelalak. "Eh, apa? Tunggu dulu Sanzu .... "
Sanzu tidak mengidahkan celotehan menolak yang keluar dari bibir (Name). Perempuan ini yang meminta, Sanzu mengabulkannya dengan senang hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Crime || Sanzu
Fanfic[ H I A T U S ] ╰─Ƭσχιc Rєℓαтισηѕнιρ Sєяιєѕ ─╯ • • • • • Sɑnzu Hɑruchiyo • • • • • ▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓ ━━ Sulit memendam hasrat yang menggebu kala netra saling beradu. ━━ ▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓ Disclɑiɱeɾ: ...