Why You So Obsessed With Me?

1.4K 170 9
                                    

Pakaian semalam masih berserakan di lantai.

Sang puan terbangun dalam kondisi selimut hangat menyelimuti tubuh polos wanodya. Bersandar di kepala ranjang pandangi sekitar.

Rupanya Sanzu sudah pergi tanpa menaruh pesan barang sedikit pun. Tittle kekasih dalam kamus Sanzu Haruchiyo adalah sebagai penghangat ranjangnya.

Tak ada kesedihan dalam netra. Ruang kosong perlahan terisi semenjak bertemu kembali dengan taruna pemilik hati.

(Name) tak terlalu peduli pada perasaannya. Entah obsesi sudah berevolusi menjadi cinta atau obsesi malah kian membesar.

Desahan napas menyapa rungu. Sebelum beranjak dalam keadaan tanpa busana. Toh, di ruangan ini hanya ada dirinya. Tak mempermasalahkan kalau Sanzu melihatnya.

Rintik-rintik air menjamah raga. Beri kerileksan pada tubuh akibat aktivitas panas semalam. Pejamkan mata cukup menikmati pancuran derasnya air hangat.

Menit berlalu.

(Name) keluar dengan handuk putih tipis menutupi tubuh sintalnya. Dibuka satu lemari besar dari beberapa lemari yang berjejer. Mengambil asal sebuah kemeja hitam dan celana bokser milik lelakinya.

Cukup kebesaran di tubuh mungil (Name). Ia memutar di depan refleksi diri dalam kaca. Kemeja hitam menutupi sampai ke lutut.

Bosan akan kegiatannya, ia menunduk memungut semua pakaian. Berniat membersihkannya, sekaligus sprai dan selimut tempat tidur diganti, karena agak berantakan. Mungkin karena aktivitas panas semalam.

Setelahnya masuk ke dapur, mencari sesuatu yang bisa dimakan. Apartement pribadi milik kekasihnya, sangat luas dan mewah, tapi kulkas besarnya hanya berisi telur dan sayur-sayuran.

Netra coklat melirik jam di ponsel. Sudah sore sekitar pukul tiga, sedikit lagi jarum pendek mendekati angka empat.

Ada banyak notifikasi diabaikan, kecuali dari Sanzu. Namun, (Name) belum kunjung mendapat notifikasi dari Sanzu.

Kebiasaannya akhir-akhir ini memang suka bangun hampir sore. Sanzu tak membiarkan (Name) rehat barang sebentar.

(Name) senang, Sanzu punya waktu banyak untuknya. Walaupun dihabiskan di atas ranjang.

Sanzu lebih tampan ketika berada di atasnya. Saat keringat membanjiri dahi lelakinya. Dada bidang dan roti sobek hampir tiap kali ia jamah. Labium merah mudah terasa manis seperti permen.

Membayangkannya saja hampir membuat (Name) gila. Padahal hampir tiap kali ia melakukannya.

***

Menunggu detik dentang jam hingga nyaris larut malam. Taruna bahkan belum pulang. Meski sering pulang larut malam. Diri tetap menyimpan rasa khawatir berlebihan.

Entah siapa duluan yang memulai. (Name) memilih tinggal bersama Sanzu, sementara taruna tipikal acuh asal jelita tak menganggu urusannya.

Sebagai kekasih, (Name) cukup patuh dan penurut. Sanzu kadang bosan, (Name) terlalu baik menurutinya dengan mudah. Kadang taruna memaksa jelita menolak sesekali.

Sekali bersikap menyebalkan, (Name) mendapat hukuman berupa cambukan di punggung. Bekas luka masih tersisa. (Name) enggan menghilangkannya. Ia menganggap itu hadiah dari Sanzu.

Pemikiran tak waras. Pantas Ran menjuluki (Name), perempuan gila tak punya malu.

(Name) tidak menghiraukan ejekan Ran. Malah membalasnya berkali-kali lipat. Dengan menyakiti sang adik tentunya.

Rindou pernah berakhir di rumah sakit, karena (Name) menusuk area vital di perut menggunakan pisau lipat. Ran hampir membunuh (Name), kalau saja Sanzu tak segera melerainya.

(Name) meminta maaf dengan santainya. Haitani bersaudara menganggap (Name) iblis, perempuan gila, dan berbagai macam perkataan kotor. Kebencian ditutup rapi dengan perdamaian.

Haitani bersaudara tak berani mengusik (Name). Sebab tak ada yang tahu sampai mana batas kegilaan terpendam wanita itu. Memang cocok jika disandingkan dengan Sanzu. Seolah sepaket, memiliki kegilaan yang sama.

Satu psikopat kejam, satunya lagi masokis yang tak mudah ditebak pemikirannya. Suatu perpaduan aneh. Peluang terjadi perselingkuhan 0%.

Pengeculian, Sanzu masih sering bermain dengan wanita lain.

Sekedar bermain, setelahnya kematian menanti. Sebab (Name) kadang terlalu picik, malas mengotori tangan demi jalang yang menggoda miliknya.

Suara berasal dari pintu apartemen terbuka mengalihkan atensi (Name). Setelan jas berantakan disertai beberapa bekas lipstick wanita.

(Name) tersenyum menahan amarah yang sewaktu-waktu membuncah. Membunuh beberapa orang dalam semalam bukan hal sulit baginya.

"(Name)." Sanzu meraih pinggang kekasihnya, sebelah tangan menekan tengkuk, memperdalam lumatannya. Tangan mulai bergerak remasi bongkahan padat milik (Name).

Terengah-engah menghirup oksigen sehabis melakukan ciuman kasar dan bergairah. (Name) berada di atas Sanzu. Milik lelakinya mengeras di dalam sana.

Meski demikian, Sanzu tampaknya belum mau melakukan lebih jauh. Kelereng berbeda warna saling mengunci. Sanzu menekan pinggang (Name) agar semakin rapat dengan dirinya.

Jemari terangkat mengelus pipi mulus (Name). "Kenapa kau sangat terobsesi padaku?"

Aroma alkohol pekat mengenai indra pengciuman. Sanzu berada dalam pengaruh alkohol dalam artian mabuk. Taruna selama ini tak pernah peduli, baru kali ini bertanya.

(Name) lantas tersenyum lembut. "Nanti Haru akan tahu sendiri."

Perlahan durja mulai mendekat. Mengulang hal yang sama seperti beberapa menit lalu. Hingga berakhir di atas ranjang.

Malam panjang dihabiskan dengan merengkuh kehangatan dalam kenikmatan tiada tara. Kegilaan panas nan mematikan saling beradu. Bertemu ruah ciptakan atmosfir berbeda.



***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Favorite Crime || SanzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang