Babak 4

1 0 0
                                    


"Kok tumben Al pesen online? Gara kemana?" tanya Mbak Dini yang baru dari pantry untuk menghangatkan makan siangnya.

Alma yang baru saja kembali dari lobi untuk mengambil pesanan makannya sedikit tertegun. Iya, kemana Gara? Tanyanya dalam hati. Semua orang di kantor ini tahu kalau Alma dekat dengan Gara, bahkan tidak sedikit yang menganggap keduanya pacaran. Tapi sudah seminggu belakangan Gara susah dihubungi. Chat Alma pun butuh waktu lama untuk di balas. Bahkan seminggu belakangan Gara sering menghabiskan waktu makan siangnya diluar. Bertemu dengan klien, jelas Gara ketika Alma menanyakannya.

"Lagi ketemu klien mbak," jawab Alma berusaha tampak biasa. Alma tidak ingin orang kantor tahu kalau ia dan Gara ada masalah. Toh sebenarnya ia dan Gara juga bukan apa-apa. Teman bukan, apalagi pacar.

"Tiap hari banget? Semingguan ini kayaknya kamu sering pesen online deh," kejar Mbak Dini yang sepertinya sama sekali tidak mempan dengan tampang tidak-ada-masalah milik Alma.

"Lagi dikejar target mungkin mbak," jawab Alma.

Kamu sedang meyakinkan siapa, Al? Mbak Dini atau kamu sendiri? tanya suara hatinya mengejek.

Mendadak saja Alma kehilangan selera makannya. Apa mungkin hubungannya yang tidak jelas dengan Gara sedang ada masalah dan mungkin akan berakhir?

***

"Sorry ya Al, minggu ini aku mau nemenin Ibu arisan," tolak Gara.

Tadi tanpa sengaja Alma bertemu dengan Gara diparkiran dan dengan penuh semangat Alma menghampiri Gara dan mengajaknya untuk jalan minggu ini, seperti yang sering mereka lakukan. Tapi seperti minggu-minggu sebelumnya, Gara menolak ajakan Alma. Entah karna memang Gara benar-benar harus menemani ibunya atau semua ini sekedar alasan karna sudah sebulan lebih Gara seperti ini. Sok sibuk. Seperti tidak ada waktu untuk Alma.

"It's okay, Ga. Masih bisa minggu depan kok," gumam Alma yang mati-matian berusaha menahan agar suaranya tidak bergetar. Tanpa mengatakan apa-apa lagi Alma berbalik dan meninggalkan Gara. Alma tidak sanggup berdiri lebih lama lagi didepan Gara dan bepura-pura kalau semuanya baik-baik saja padahal Alma tahu kalau semuanya sedang tidak baik-baik saja.

Gara yang dulu begitu dekat seperti nadi, kini begitu jauh. Bahkan senyum dan tawa favorit Alma tidak pernah lagi Gara berikan.

Sembari berharap pengendara lain tak ada yang memperhatikan, Alma menangis disepanjang perjalanan pulangnya dengan scoopy karna hanya itulah satu-satunya kesempatan dimana ia bisa menangis sebebas-bebasnya. Alma tidak mungkin menangis dirumah karna resiko ketahuan abangnya terlalu besar. Sedangkan menangis dikantor pun juga bukan opsi yang bijak. Alma tidak ingin membawa masalah pribadinya di kantor, terlebih lagi Alma tidak ingin Mbak Dini khawatir.

Alma tahu dan sadar betul bahwa kedekatannya yang abu-abu bersama Gara selama ini telah menuju tahap akhir. Alma tidak tahu apa yang membuat Gara mendadak menjauhinya, pun Alma tidak memiliki hak untuk bertanya apapun pada Gara. Siapa memangnya Alma? Apa haknya menuntut penjelasan dari Gara? Teman tidak akan menuntut penjelasan apapun jika ia dijauhi. Dan Alma juga bukan pacar Gara yang bisa menuntut apapun dari laki-laki itu. Kenyataan itu melukai Alma begitu dalam, membuat air matanya menetes lagi dan lagi.

***

Cinta Satu BabakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang