Babak 6

10 1 0
                                    

"Nitip aja nggak apa-apa, Al" saran Helen. "Beneran deh,"

Alma menggeleng dan tersenyum. Untuk apa menghindar lagi? Toh semua orang dikantor tahu kalau Alma dicampakkan dan ditinggal menikah oleh Gara. Dengan tidak datang di pernikahan Gara akan membuat orang-orang berasumsi kalau Alma tidak ikhlas dan belum move on. Meski mereka benar tapi Alma tidak ingin terlihat lemah. Meski apa yang ia dan Gara miliki tidak bernama dan seolah tidak nyata, Alma tidak ingin terlihat sebagai perempuan yang lemah dan patah hati. Biarlah itu semua ia rasakan sendiri tanpa perlu orang lain tahu.

"Al, are you sure?" tanya Mbak Dini yang memilih datang bersama Alma dan Helen daripada bersama suaminya. Padahal bisanya Mbak Dini lebih suka datang bersama suaminya.

"Sure Mbak." Jawab Alma. "Yuk kasih selamat ke Gara sama istrinya,"

Perempuan itu begitu cantik. Hanya itu yang mampu Alma pikirkan diantara rasa sakitnya saat ia menjabat tangan halus istri Gara. Pantas saja Gara lebih memilih perempuan itu daripada Alma, karna jika dibandingkan dengan perempuan itu, Alma tidak ada apa-apanya. Tapi meski hatinya begitu sakit, Alma tetap tersenyum bahkan saat bersalaman dengan Gara dan mengucapkan selamat pada laki-laki itu, Alma masih tersenyum. Senyum yang langsung ia tanggalkan begitu ia keluar dari gedung tempat resepsi pernikahan Gara.

"Al," panggil Mbak Dini lembut.

"Aku hancur mbak, kenapa... kenapa..." Alma memeluk Mbak Dini dan menangis. Mbak Dini balas memeluk Alma dan membelai punggung Alma lembut, sementara Helen menepuk-nepuk pundak Alma sembari berumam berkali-kali kalau semuanya akan baik-baik saja.

"Nanti ketika kamu siap, Al, Mbak akan jelaskan kenapa,"

***

"Kenapa Mbak?" Dua kata itulah yang Alma ucapkan begitu Mbak Dini sampai di kafe tempat Alma meminta bertemu.

"Dia juga sayang sama kamu, Al. Dia cinta sama kamu. Bahkan dia sudah memiliki tujuan untuk masa depan kalian. Sebelum memberi tahu kamu dan memperjelas hubungan kalian, dia memilih untuk pergi ke Ibunya dulu, Al. Dia minta restu, restu untuk meminang kamu dan menjadikan kamu istrinya. Tapi rupanya Ibunya sudah memiliki rencana lain, Al. Ibunya tidak setuju kalau dia menikah sama kamu. Ibunya menolak. Dan dia, dia yang tidak pernah sekalipun mengecewakan ataupun menentang Ibunya memutuskan untuk mengikuti keinginan Ibunya yang sudah memilihkan jodoh untunya, Al. Dia memilih meninggalkan kamu dan menikah dengan wanita pilihan Ibunya." Jelas Mbak Dini panjang lebar.

Alma kehilangan kata-katanya.

Gara menyayanginya? Gara mencintainya? Rasanya begitu sulit mempercayai hal itu karna nyatanya Gara meninggalkannya bahkan tanpa mengatakan perasaannya pada Alma ataupun memberi kesempatan pada Alma untuk berjuang.

"Iya, Al, Mbak tahu." Tambah Mbak Dini saat melihat ekspresi terluka Alma yang begitu kentara. "Harusnya dia ngasih tahu kamu dan memberi kesempatan untuk hubungan kalian, memberi kesempatan untuk kamu berjuang. Walaupun Mbak juga marah dan kecewa, Al, Mbak nggak bisa nyalahin dia sepenuhnya. Bagi sebagian anak laki-laki, Ibunya adalah yang utama. Kebahagiaan Ibunya adalah segalanya bahkan diatas kebahagiaannya sendiri. Karna itu daripada memperjuangkan hubungan kalian dan berpotensi menyakiti ibunya, dia memilih menyakiti dirinya dan kamu dalam prosesnya. Mbak nggak akan meminta kamu untuk mengerti Al. Mbak hanya ingin kamu tahu dan berhenti bertanya-tanya alasan kenapa dia pergi agar kamu bisa melanjutkan hidupmu,"

Alma terdiam. Melanjutkan hidup dan berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa?

Ingin rasanya saat ini Alma tertawa terbahak-bahak. Darimana logika itu berasal? Bagaimana mungkin Gara berpikir seperti itu? Apa dia pikir dengan meninggalkan Alma begitu saja Alma tidak akan sakit hati dan akan melanjutkan hidup tanpa pernah merasa terluka?

"Setelah kamu tahu kenyataannya Mbak berharap kamu akan berhenti bertanya-tanya. Kalau kamu ingin membenci dia, silahkan Al. Dia pantas mendapatkannya. Dan kamu pun pantas mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari dia. Yang mau memperjuangkan kamu."

Sekali lagi Alma tertegun. Hatinya sakit. Sakit karna kisah cintanya bahkan kandas sebelum dimulai tapi diatas semua itu rasa kecewa lah yang mendominasi semuanya. Alma kecewa karna ternyata laki-laki yang ia cintai sama sekali tak memberinya kesempatan. Kesempatan untuk tahu perasaannya dan kesempatan untuk berjuang.

Tapi apa yang bisa Alma lakukan sekarang? Bahkan kenyataan bahwa Gara menyayangi dan mencintainya tidak lagi membuatnya bahagia. Yang tersisa hanyalah kecewa. Dan stau-satunya hal yang bisa Alma lakukan saat ini adalah hidup dengan rasa kecewa sampai ia bisa berdamai dan maafkan.

Cinta Satu BabakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang