Chapter 6

20 1 0
                                    

Win sudah siap-siap sejak satu jam yang lalu. Tentu saja untuk menghindari hal yang tidak-tidak. Berurusan dengan mereka, ia harus jeli dan berhati-hati.

Win menyampirkan tas ransel di pundaknya. Setelah mengunci pintu apartemen, ia berjalan menyusuri lorong sebelum menuruni tangga.

Setelah keluar dari gang sempit yang menghubungkan bangunan dengan jalan raya, Win kemudian menuju ke toko rental mobil. Gang ini yang membuatnya ketakutan setengah mati gara-gara mereka. Dikala siang hari jalan kecil ini ramai dengan orang-orang yang jalan kaki. Memang malam itu Win sedang sial,  bisa-bisanya mereka muncul saat talisman di tangan sudah hangus terbakar.

"Paman Sangwoo, selamat pagi." Sapa Win nada ceria kepada laki-laki paruh baya si pemilik rental mobil.

Sangwoo yang sedang memeriksa mesin kemudian menengok ke arah sumber suara, "Oh, Win. Pagi...mobilnya sudah siap. Ayo, Paman antar ke garasi." Ia lalu mengajak pemuda ini ke garasi lalu menyerahkan kunci mobil.

Setelah menerima kunci, Win langsung menyalahkan mobilnya.

Sangwoo amat penasaran karena pemuda ini memilih tujuan keluar kota dan ke sebuah pegunungan yang terkenal dengan kuilnya bertanya, "Kau jauh-jauh kesana, memang ada urusan sangat pentingkah?"

Win mengangguk, "iya, aku harus bertemu dengan seorang biksu, Paman." Jawabnya. Ia lalu melihat jam yang kini menunjukkan jam enam pagi. "Sudah ya, Paman, Win harus berangkat sekarang. Takut pulang kemalaman."

"Hati-hati, Win. Jalanan di sana kurang bagus. Kau harus jaga konsentrasi dan jangan tertidur." Pesannya sebelum menjauh dari jendela mobil yang terbuka.

"Daa...Paman..." Win berpamitan, lalu memacu mobilnya perlahan. 'Hari ini aku masih ingin hidup. Jaga aku dari mereka.' Doanya dalam hati.

***

Win telah melewati kota terakhir sebelum hutan menyambutnya. Meski sepi karena jalan ini hanya menuju ke kuil, namun ia tak merasa takut. Sebab sinar matahari masih bisa menembus barisan pepohonan yang rindang.

Hanya ada satu tempat yang ia merasa kekuatan jahat mereka sangat besar. Di jembatan yang sebentar lagi akan dia lewati. Sekitar dua ratus meter lagi.

Detak jantungnya mulai tak nyaman. Meskipun ia harus yakin, tetapi mereka adalah energi yang tak terlihat. Bisa mencelakai bahkan menguasai tubuhnya.

Hinga lima menit kemudian langit mulai mendung. Rasa cemas dan panik kini menghampirinya. Bagaimana ini? Ramalan cuaca mengatakan hari ini cerah hingga malam hari. Tetapi tiba-tiba langit mulai gelap. Dan kabut gunung perlahan turun dari lereng, memperpendek jarak pandangnya.

Win tak tenang duduk di kursi kemudi. Matanya gelisah menatap rintik hujan yang membasahi kaca mobilnya. Kini ia memperlambat lanju kendaraannya.

Di depan sana ia samar-sama melihat kerangka besi jembatan, sebagian tertutup kabut tebal. Pohon-pohon berguncang tertiup angin, layaknya mereka yang menyambut kedatangannya. Suasana amat sangat mencekam.

Sekarang jembatan itu sudah di depan mata. Kerangka besi yang menjulang membuatnya tak sadar menatap ke atas. Dari pandangannya ia melihat sesuatu menggantung dari balok besi.

Semakin dekat, semakin jelas pula matanya melihatnya. Itu adalah kaki! Win mulai takut. Sepasang kaki hitam, pada ujung jarinya mengalir air hujan. Menetes di kap mobilnya.

Win tak bisa berkedip. Tubuhnya kaku. Dan ia dipaksa melihat dengan jelas makhluk itu bergelantungan pada seutas tali. Bajunya kusam, dan kepalanya tertunduk. Makhluk itu mendongak, lalu memberi senyum mengerikan kepada Win yang masih terpaku dikursi kemudi.

Ghost Marriage | Bright x WinWhere stories live. Discover now