Hasna

157 15 1
                                    

Hidup memang sudah ditakdirkan, yang perlu kita lakukan hanya melaluinya dengan sabar

Hasna gadis cantik yang bernama lengkap Hasna Andila. Nama yang cantik, tentu saja rupanya pun juga cantik, kata orang yang hanya berjumpa sekali dengan Hasna.  Bagaimana dengan menurut orang orang terdekatnya?.

"ARAKA PUTRAAAA! BANGUN!!". Ucap perempuan dengan rambut panjang yang selalu diikat tinggi, omong omong soal rambut, mungkin hanya perempuan itu sendiri yang pernah melihat rambutnya terurai. Rambut panjang halus miliknya tak pernah sekali pun ia urai di depan orang-orang, lagipula untuk apa ia melakukannya kan?

"emghhh, Apa sih kak, pagi-pagi teriak mulu" Araka, adik laki-laki Hasna yang saat ini baru menginjak sekolah menengah pertama atau SMP di kelas 8. Araka satu-satunya anggota keluarga yang Hasna miliki, tinggal berdua di rumah susun tentu cukup sulit untuknya. Ia dan Araka hanya beda beberapa tahun saja, jika Hasna sekolah Hasna harusnya duduk di kelas 11 SMA, namun naluri Hasna sebagai kakak sangatlah tinggi.

Hasna, tidak melanjutkan sekolahnya, ia putus sekolah semenjak kedua orang tuanya meninggal 3 tahun lalu, tidak ada anggota keluarga paman atau bibi yang mau menampung mereka berdua.

Dengan modal keyakinan dan semangat Hasna mulai mengiklaskan takdirnya, berusaha menyekolahkan sang adik hingga sukses, hanya itu tujuan hidupnya saat ini.

"lo gak sekolah hari ini?? udh jam setengah 7 gilaaa aja lo!" Hasna dengan mulut pedasnya memang sudah menjadi ciri khas tersendiri. Namun ia lakukan hanya kepada orang terdekatnya saja, yang telah mengenalnya lama.

"iya-iya sekarang aku siap-siap" Araka mulai menyiapkan segala keperluannya, tidak butuh lama untuk laki-laki bersiap cukup sepuluh menit ia langsung berangkat, dengan sepeda merah yang di belikan sang kakak, saat ia berhasil sekolah di sekolah favorite hanya untuk siswa berprestasi dan siswa yang kaya tentunya.

Setelah Hasna membersihkan kamar dan rumah yang hanya sepetak itu, Hasna bersiap berangkat bekerja, yah seperti itulah hari-harinya, tidak ada yang spesial namun tetap ia lalui dengan senyuman.

08.00 am

Hasna tiba ditempat pertama, ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kawasan yang terbilang elit, Hasna sangat di terima dan di hargai bekerja disini.

Hasna memarkirkan sepeda abu berkaratnya di garasi belakang, khusus untuk para maid di rumah ini.

Hasna hanya bekerja sampai sore, setelah itu ia akan bekerja di cafe, sebagai barista. Hasna mulai bekerja sebagai maid sudah setaun, dan itu memberi dampak yang baik untuk ekonominya. Gaji yang diberikan lumayan untuk menambah tabungan kuliah untuk Araka.

"haii Hasna, baru dateng?" Nyonya Tia, atau sering Hasna panggil Ibu, Tia yang memintanya. "Iya bu, Mas Reno udah kesekolah bu?" tanya Hasna.

"baru banget berangkat, dia nungguin kamu, tumben banget katanya bukan kamu yang nyiapin dia baju sama sarapan" Adu Tia, Hasna hanya menggaruk leher yang sebenarnya tidak gatal. Ia hanya agak malu terlambat kerja, itu gara-gara Raka yang susah sekali dibangunkan.

"maaf ya Ibu, Hasna ngurus adik Hasna dulu, sampai terlambat datang ke sini" jujur Hasna. Tia hanya tersenyum memaklumi, Hasna itu anak yang baik dan jujur, namun takdir hidupnya terlalu berat untuk gadis 17 tahun itu.

Tia memegang bahu Hasna pelan. "Hasna gak mau sekolah aja? biar Ibu yang biayakan, Hasna tinggal sekolah seperti biasanya" yakin Tia. Namun Hasna adalah Hasna, bukannya ia menolak rejeki, jika ia sekolah lalu apa? pada akhirnya setelah lulus sekolah pun ia akan bekerja seperti ini, tidak ada bedanya, bedanya hanya sekolah membuang sedikit waktunya untuk bekerja.

Lantas | Markhyuck GsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang