Part 1 | Perkenalan

17 2 0
                                    

.....

"Krriectk"
Suara pintu tua itu, membuat pikiran horor Abidar mulai menggentayangi isi pikirannya.

Seorang laki-laki berbadan kekar dan tinggi yang hampir melebihi tinggi pintu tua itu, sering dijuluki sebagai laki-laki yang pemberani.
Teman-temannya tidak mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah laki-laki yang super penakut.

Malangnya, dia selalu dijadikan awalan setiap kali teman-temannya ketakutan. Walaupun tidak menampakkan ketakutannya, yang sering membuat dirinya takut adalah pikirannya sendiri.

"Dar.. Bidarr, cekkk. Itu ada apa di dalam?" suara Nadira sedikit teriak. Berdiri sedikit membungkuk dengan kedua tangannya berpegangan erat ke tubuh Salwa yang berada tepat di depannya.

"Tenang gays. Di dalam cuman ada benda-benda dan tulisan besar flecha"

Flecha. Kumpulan 5 pemuda yang sering titip absen saat kuliah. Tidak untuk bermalas-malasan, flecha yang setujuan ini sangat gemar mengunjungi pertunjukan untuk bahan keseruannya.
Kata flecha berasal dari bahasa Spanyol yang artinya panah. Tidak heran, kenapa flecha yang terpilih menjadi nama kelompoknya.
Selain mengemari pertunjukan, salah satu anggota dari flecha membawa panah kemanapun. Hal tersebut yang menjadikan salah satu ciri khas kelompok flecha.

Terdengan geretan kursi dari sisi ruangan yang sunyi. Nadira dan yang lain mulai meletakkan dirinya di atas kursi yang mulai menua. Tidak sama dengan Abidar.
Bersamaan dengan itu, dia masih melihat seisi ruangan yang sudah dimasukinya. Memutarkan badannya membentuk lingkaran kecil, memandang ruangan dengan sangat fokus.
Mulai berjalan pelan menuju benda yang sedang di pandangnya.

"Berdebu sekali" ucapan Abidar, melihat jarinya setelah memegang meja kecil yang berdiri tegak di bawah tulisan flecha.

Berbalik arah, melihat temannya yang duduk tenang di meja kotak tengah ruangan itu.

"Heh kok malah santai? bersihkan dulu yuk?"

"Jiwa-jiwa pemimpinnya keluar dikit nihh." Ledek Salwa sambil mendorong badannya untuk berdiri dari kursi yang didudukinya.

Abidar langsung memalingkan wajahnya dan berjalan menuju lorong kamar mandi.

"Jika tidak mendapatkan kenyamanan pada tempat ini, bagaimana bisa berpikir jernih untuk rencana kita kedepan" Balas Abidar yang keluar dari kamar mandi, membawa peralatan pembersih di kedua tangannya.

Menempati ruangan yang kosong setelah 2 tahun, tidak kebayang bagaimana sesosok tak terlihat mulai nyaman di dalamnya.

Ruangan yang selama 2 tahun itu hening, dan tidak tersentuh dengan tangan manusia. Semenjak kehadiran flecha, alunan musik mulai terdengar dari speaker meja tengah. Musik menjadi teman,

ketika flecha membersihkan ruangan itu. Namun seketika, musik yang terdengar merdu mulai tidak terdengar sedikitpun.

Sorot mata Abidar mulai tertuju pada mata Nadira yang berdiri di sampingnya, berganti menatap mata Salwa yang duduk di bawah sepatu Revan, berganti ke mata Alia yang duduk di samping Revan, dan berhenti di mata Revan yang duduk di samping kanan Alia.

Entah bagimana bisa musik itu berhenti tiba-tiba, tanpa ada yang mengutik sekalipun. Ketika Alia mau memeriksa speaker yang terletak di meja tengah bercampuran dengan tas-tas kecil. Tiba-tiba, pandangannya gelap.

.....

Terakhir di Alam Bawah Sadar (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang