🕊️Awal menuju perdamaian ✨

312 94 288
                                    

Suasana kelas MIPA-2 begitu heboh saat mendengar bahwa hari ini jamkos dari jam 8 pagi hingga jam 12 siang. Sebenarnya itu berlaku untuk semua kelas.

Berhubung ada pemberitahuan dilarang memulangkan murid sebelum waktu pulang. Semua guru setuju bahwa hari ini siswa-siswi dari kelas 10 sampai kelas 12 melakukan kegiatan ekstrakurikuler.

Ting
Ting
Ting
Ting
Ting

Notifikasi pesan masuk bermunculan dari benda pipih nan mungil itu. Membuat sang empu membuka pesan tersebut tanpa minat.

Girlsdays ²⁷⁷⁵ pesan

Farah Elizabeth: Heh jadi kumpul gak nih?

Queesya Serra: Jadi dong

Avera Selvina: Di ruang padus kan?

Larasati Widia Andrean: Iya

Avara Selviana: Okey deh

Me: Ngapain? √

Deana Vinka Andrean: Ngepet

Diana Sella Andrean: Latihan, Na

Jeana Reanna: Buruan gue dah di ruang latihan nih

Setelah membaca pesan Alnana mematikan ponsel dan memasukkannya ke dalam tas.

"Na, buruan kita harus ke ruang padus," ujar Serra sambil membereskan peralatan belajar.

"Buru-buru amat sih. Lagian gak semuanya ke ruang padus."

"Jangan molor kita kudu latihan buat persiapan pensi ultah SMA," tegur Farah.

Alnana memutar bola matanya malas. "Ya, ya, gak boleh telat." Kemudian dia memakai tas selempang nya.

Alnana mengikuti keduanya dari belakang. Belum sampai keluar dari kelas tangannya ditarik oleh seseorang.

"Na, ikut gue bentar. Pacar lo ngamuk ditengah lapangan."

"Hah? Siapa?" ujar Alnana bingung.

"Pacar lo dodol."

"Hah?" Alnana ngebug seketika. "Pacar darimana? Aku aja gak punya pacar."

"Geblek, Aldan woy."

"Dia mantan aku, Farid."

"Sama aja," ujar Farid tak mau mengalah.

"Emang dia ngapain lagi sih? Kenapa aku juga yang harus nengahin."

"Biasalah nak cowok. Kan lo pawangnya dia."

"Dimana-mana tuh adanya pawang hujan bukan pawang macan!" protes Alnana kesal.

"Heh, kalo jalan pelan-pelan dong. Kasian anak orang diseret kek gitu. Kalo dia lecet yang ada lo dihajar sama maung nya," teriak Serra membuat Farid menghentikan langkahnya.

Sontak aja membuat Serra yang berjalan cepat tak bisa menghindari dan dalam sekejap dahinya menabrak punggung Farid.

"Anjrit, kalo berhenti bilang dong," maki Serra seraya mengelus-elus dahinya yang memerah.

"Makanya kalo jalan pakai rem jangan ngegas terus," ketus Farid melanjutkan langkahnya.

"Parit, dasar parit. Pantesan gak laku orang aja kasar gitu," gerutu Serra tetap mengikuti mereka berdua dari belakang.

"Serat, dasar serat. Pantesan aja mantannya banyak. Kelakuan aja kayak Saiton."

"Astaghfirullah, naudzubillah min dzalik."

MANTRASA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang