“Vin.. kita bisa perbaikin hubungan kita. Kenapa sih kamu nyerah gitu aja?"
"Gak bisa. Kita itu udah terlalu rusak buat diperbaikin."
"Ya kita coba dulu Vin buat perbaikin. Aku mohon, aku gak mau kita udahan sepihak gini. Aku masih pengen berjuang, dan aku masih sayang sama kamu. Kalo berhenti gitu aja harus diapain perasaan aku yang masih utuh ini?"
"Van, tolong ya. Cinta itu gak harus memiliki. Kalo emang kamu sayang sama aku, lepasin aku. Lagian udah berkali-kali kan selama ini kita coba buat perbaiki tapi hasilnya tetep aja gak membaik."
"Vin kamu jahat banget. Pasti ada perempuan lain kan? jujur aja daripada aku harus nebak-nebak terus salah aku dimana."
"Gak ada Van. Gak ada perempuan lain. Harus jujur apa lagi sih? udah ya, kita pasti bisa kok saling melepas pelan-pelan."
"Hampir 5 tahun ya Vin kita udah bareng, terus dengan semudah ini kamu minta aku untuk lepasin kamu?"
Gadis itu terus menangis di hadapan laki-laki yang sedang mengenggam tangannya. Ia sama sekali tidak mempedulikan ramainya Café pada malam itu. Yang Ia pedulikan hanyalah hubungannya yang hancur begitu saja padahal sudah bertahun-tahun lamanya mereka bersama.
"Van dengerin aku. Aku akan tetap menjadi Arvin yang kamu kenal kok. Aku akan jadi yang selalu ada untuk kamu yang beda cuman status kita aja. Jangan khawatir ya?" Semakin erat genggaman Arvin, semakin menjadi pula tangis Vanya.
"Aku gak mau kamu tetap memperlakukan aku sama padahal status kita udah beda."
"Vanya please... aku udah capek ributin ini terus. Kita ini udah gak bisa lagi dilanjutin. Udah ya sekarang kita pulang, aku anterin kamu."
Langit malam di bulan April pada saat itu menyaksikan momen terakhir mereka. Sepasang kekasih yang selama hampir 5 tahun selalu bersama namun takdir sepertinya memang tidak memihak mereka untuk terus bersama. Laki-laki itu mengantarkan sang gadis pulang sampai depan rumahnya. Tidak ada yang tahu bahwa ternyata malam itu adalah malam terakhir mereka. Setelah malam itu berakhir, mereka hanyalah sepasang orang asing seperti dahulu. Yang membedakannya adalah kini mereka membawa kenangan masing-masing.
-Flashback Off-
Alunan lagu No One yang dinyanyikan oleh Tory Kelly menemani Vanya yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Lagu tersebut merupakan lagu yang sepertinya sangat pas untuk menggambarkan suasana hati Vanya saat ini. Menceritakan tentang seorang perempuan yang sedang merasakan kenyamanan akan kesendiriannya namun tetap membutuhkan kasih sayang dari seseorang, entah seseorang itu siapa.
drrrt drrrt
Terdengar getaran dari ponsel Vanya yang ternyata itu adalah sebuah panggilan masuk
"Halo?"
"Assalamu'alaikum, Selamat malam. Benar ini dengan Vanya?"
"Waalaikumsalam iya benar saya Vanya. Ini dengan siapa ya?" Meskipun suaranya terdengar tidak asing, Vanya tetap tidak mengenali siapa yang sedang berbicara dengannya di telepon.
"Saya Pak Rayfan. Sebelumnya maaf jika saya mengganggu waktu kamu malam-malam begini tapi sepertinya flashdisk saya terbawa sama kamu sewaktu kamu selesai membantu saya membuat materi tadi siang." Mendengar hal tersebut membuat Vanya langsung berdiri mengambil tas nya. Benar ternyata, flashdisk milik Rayfan itu terbawa olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Impeccable Lecturer
ChickLit"Don't hate too much or you'll get love so much." Mungkin, kata-kata itu cocok untuk Vanya Ayrina Clarinta yang seringkali menaruh rasa benci pada Rayfan Adrian Melviano yang merupakan dosennya. Sikap Rayfan yang galak dan dingin selalu saja berhasi...