01

3.4K 160 6
                                    

Setelah insiden Vanya yang disuruh keluar oleh Rayfan, Vanya langsung bergegas menuju kantin. Ia memesan segelas es teh manis dan sepiring nasi goreng untuk mengisi perutnya yang masih kosong karena tidak sempat sarapan. Dan yang ia lakukan di kantin setelah makan hanyalah duduk sambil bersandar di tembok sambil streaming film sampai tak terasa sudah satu jam setengah ia di kantin. Ia melihat jam yang menunjukan pukul 10. Menandakan bahwa setelah satu jam setengah berarti mata kuliah dosen yang tadi mengusirnya berakhir. Dari kejauhan terlihat Kirana, dan Kayla kedua sahabat Vanya sedang menuju tempat ia duduk.

"Van lo gila ya hari pertama pertemuan sama Pak Rayfan udah telat." Kirana langsung duduk di hadapan Vanya yang masih sibuk melanjutkan film yang sedang ia tonton.

"Lupa pasang alarm semalem Ki. Lagian tu dosen apa apaan si? masa iya hari pertama pertemuan gak bisa dimaklumin kalo telat."

"Ya lo kira lo mahasiswa baru yang bisa gitu aja di maklumin telat? udah deh, jangan lagi lo nyari gara-gara sama Pak Rayfan ngeri gue tadi liat doi di kelas pas nyuruh lo keluar."

"Iya Kay iya gue tau gue salah. Tapi ya seharusnya tu dosen gak usah sampe permaluin gue kaya tadi lah. Kurang ajar banget si. Kalo cuman disuruh keluar doang si gue bodo amat tapi ini gue segala dicontohin jadi contoh yang gak baik. Harga diri gue woy. Malu gue. Lagian ya, ini tuh pertemuan pertama anjir. Ga waras kali tuh dosen. Atau lagi stress gajinya belom turun." Kayla dan Kirana yang duduk di hadapan Vanya saling bertatapan saat melihat ada seseorang yang tiba-tiba datang lalu menatap Vanya dari arah belakang.

"Eh, kenapa si lo pada berdua diem aja. Gue bener kan? Coba gimana perasaan kalian kalo ada di posisi gue? Malu kan?" Vanya masih melanjutkan ocehannya tak sadar jika seseorang di belakangnya sudah siap menerkam Vanya dengan tatapan dinginnya.

"Kalau kamu tidak mau dipermalukan seperti tadi seharusnya kamu juga jangan mempermalukan diri kamu sendiri." Seseorang itu akhirnya membuka suara.

"Yaelah, tu dosen aja yang rese gitu doang aja. Eh apaan si lo berdua gak jelas banget ngedip ngedipin mata ke gue."
Vanya masih belum menyadari kode yang diberikan kedua sahabatnya.

"Dosen rese yang kamu maksud itu ada di belakang kamu."

Mati.
Hanya itu yang dapat batin Vanya katakan.

Sambil menepuk jidat, Vanya membalikan badan dengan takut-takut.

"Pak Rayfan.... hehehe saya cuman bercanda kok Pak, maafin saya lagi Pak."

"Kamu berani bercanda seperti itu kepada saya? Saya suruh keluar kelas bukannya ke perpus untuk tetap mendapatkan ilmu malah ke sini." Vanya mati kutu. Benar-benar dosen nya yang satu ini.

"Sebagai hukuman, saya beri kamu tugas untuk membuat makalah tentang mata kuliah saya. Kumpulkan besok di ruangan saya. Kalau tidak, di mata kuliah saya selanjutnya kamu tidak diperbolehkan masuk."

"Loh Pak, saya kan belum bapak ajarin tentang materi bapak masa udah dikasih tugas aja." Vanya akhirnya memberanikan diri untuk menatap Rayfan.

"Tidak ada alasan. Banyak referensi buku tentang mata kuliah saya. Dan jangan coba-coba untuk mengambil materi dari wordpress, blogspot, atau wikipedia." Setelah memberikan hukuman itu pada Vanya, Rayfan pergi meninggalkan mahasiswinya yang terdiam meratapi nasib sialnya.

"Anjir anjir anjir. Ngapain si Rayfan segala ke kantin. Sialan. Gue benci pokoknya sama dia." Vanya terlihat sangat frustasi. Namun kedua sahabat nya malah tertawa melihat bagaimana Vanya mati kutu.

"Lo doa'in aja biar tu dosen jadi jodoh lo, siapa tau pas jadi jodoh lo dia gak se-sadis ini ke lo Van." Goda Kirana.

"Stress lo Ki. Bisa gila gue punya jodoh kaya dia. Bisa mati kedinginan kalo udah di tatap sama tatapan dingin nya. Cepet-cepet kelar kek ni semester biar gue gak ketemu dia lagi." Kirana dan Kayla semakin tertawa mendengar celotehan Vanya yang benar-benar terlihat mewakilkan hati terdalamnya.

"Kay, Ki... Bantuin gue ya buat ngerjain makalah si dosen rese."

"Dosen ganteng, apa dosen rese?" Kayla mencolek dagu Vanya

"Rese. Gantengnya dia udah ketutup semua sama nyebelinnya."

-TBC-

Kebayang gak tuh punya dosen kaya Pak Rayfan? Atau, emang udah ada yang pernah ngerasain? Semoga kita dijauhin dari dosen-dosen yang kaya gitu sadis nya lol

Gimana part 1 nya? udah bikin baper belum? ya belum lah ya..
Jadi kalian tunggu part-part selanjutnya ya. Keep vomments y'all😘

My Impeccable LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang