"Tuhan, Aku berharap dinginnya air hujan membekukan hatiku, Aku berharap kuatnya air laut menghempas rasa ini, Aku berharap badai angin membawaku pergi. Di kehidupan selanjutnya semoga kami bisa merajut takdir cinta yang sama."
read and vote
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jika hujan adalah akhir dari segalanya di masa lampau, maka hujan adalah sebuah permulaan di masa depan"
🌊🌊🌊🌊🌊
Musim hujan telah kembali, di sepanjang akhir tahun hujan selalu mampir bak sepasang kekasih yang rutin merayakan anniversary mereka, Namun mereka tak akan merayakan apabila salah satu dari mereka lupa.
Bonnita namanya, gadis cantik berambut hitam legam yang akrab disapa Bonnie sedang menyeruput green tea favoritnya, dua hal yang disukainya sedang terjadi sekarang. Bonnie menyukai indahnya perpaduan green tea panas dan suara gemericik hujan, perpaduan itu membuat euforia tersendiri bagi sang gadis. Bonnie kembali menyeruput green tea panasnya kemudian menatap jam berwarna silver yang bertengger di tangan kanannya.
Dirinya kian resah karena hujan tidak berhenti mengguyur kota Jakarta sejak 3 jam yang lalu, hari sudah semakin gelap. Bonnie menyukai hujan dan segala tentang hujan akan tetapi gadis itu khawatir tidak bisa pulang.
Akhirnya dengan pertimbangan yang matang, Bonnie melangkahkan kakinya keluar dari kafe kemudian berjalan di tengah derasnnya hujan, dengan bermodal jaket yang diletakkan di atas kepalannya dia berusaha menahan hawa dingin dengan berjalan cepat.
Namun sepertinya karena dia berjalan terlalu cepat kakinya membentur sebuah batu yang menyebabkan dirinya tersungkur di samping selokan.
"Sial, nasibku sedang buruk"
Gadis itu menggerutu dan ketika ingin berdiri tiba tiba sebuah payung berwarna hitam sudah bertengger di atasnya,melindunginya dari dinginnya air hujan, Bonnie reflek menengok ke atas dan melihat lelaki bermata cokelat muda sedang memandanginya kemudian tanpa sepatah kata apapun pergi seolah tidak terjadi apapun antara mereka berdua, payung hitam itu berjalan dengan tenangnya di tengah badai hujan. Bonnie terdiam sesaat kemudian segera pergi sebelum dinginya air hujan menembus pakaiannya.
"Pria aneh"
🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊
"Bukankah kau sudah tau bahwa Ryan akan menikah dengan Tessa? beritanya sudah heboh dimana mana Bonnie! bisa bisanya kau tidak mengetahuinya! kau payah!"
Bonnie dengan tenangnya memejamkan matanya tiba-tiba sekelibat memori terlintas di kepalannya ketika mendengar kabar itu,penyatuan dari pahitnya kopi yang dia seruput selaras dengan kenangan itu, kenangan yang membuatnya menyukai senja di pantai menjadi membenci senja sore di pantai melebihi apapun.
"Kau tidak akan datang kan?" Ratwa, tetangga sekaligus sahabat akrab Bonnie yang terus mengoceh.
" Aku akan datang Ratwa kau pikir aku pengecut yang tidak bisa datang ke pesta pernikahan mantan tunanganku sendiri?" Bonnie menjawab sambil merapikan gelas-gelas yang ada di rak samping wastafel kemudian mengelap keringat dengan lengan kanannya.
"Jangan lupa kau akan bertemu dengan gengnya Cilla, kau masih ingat kan bahwa mereka membullymu saat SMA?"
"Aku tidak peduli" Bonnie kembali merapikan kue cupcakes dan menyusunnya di dekat mesin pembuat kue, harum aroma cupcakes vanilla menyerbak dari sana.
"Kau menyebalkan selalu saja dingin, tidak ada bedanya dengan dinginnya air hujan"
Bonnie reflek tertawa kecil kemudian mengambil satu buah adonan pie yang akan dibuat kemudian menatannya di samping tumpukan gelas dan bergegas menujukamar mandi untuk mencuci mukannya lalu bersiap pergi ke pesta pernikahan Ryan dan Tessa.
Sebuah gaun panjang dengan hiasan sederhana berwarna hitam sudah Bonnie siapkan sejak 2 jam yang lalu ketika tukang pos mengatakan bahwa Ryan mengundannya, oleh karena itu ia memiliki ide untuk menutup kafe miliknya lebih cepat agar bisa hadir di pesta pernikahan Ryan.
Bonnie dengan cepat memulas wajahnya dengan makeup sederhana dan memilih heels yang akan dipakainnya kemudian berkaca untuk memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. Bonnie berdecak kagum kemudian mendatangi Ratwa yang masih menggerutu.
"Ratwa aku pergi,kau tidak ingin menemaniku?"
"Tidak, jika aku ikut takutnya aku malah menghabisi Cilla dan gengnya yang menyebalkan itu"
Bonnie menghela napas kemudian melemparkan kunci kafe ke Ratwa yang sudah mendarat tepat di tangan kanannya kemudian pergi dengan taksi menuju alamat ballroom yang memang sudah ditulis di undangan.
Bonnie berdecak kagum melihat betapa indahnnya dekorasi luar ballrom yaang bercahaya dipadu gelapnya malam. Bonnie bergegas keluar setelah membayar taksi dan berjalan pelan pelan dan mulai merutuki dirinnya sendiri ketika melihat kenyataan bahwa dia terlambat.
"Bagaimana ini? aku terlambat" Bonnie merutuki dirinnya sendiri ketika melihat pintu ballrom yang tertutup.
Dia melihat batu bata yang ada di taman dan segera menyusunnya menjadi sebuah tangga kemudian mengintip dari luar kaca jendela Ballrom dan melihat bagaimana ramainya suasanya di dalamnnya, Mulutnya mengagah karena saking indahnya pemandangan di bawah sana.di saat asyik asyiknya mengintip tiba tiba sebuah mata tajam memergokinnya sedang mengintip, Bonnie yang sangat terkejut membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke pinggiran taman , Bonnie mendengus kesal sambil memegangi tangannya yang memerah tiba-tiba pintu ballroom terbuka dan menampilkan sosok lelaki bermata tajam sedang memandanginnya.
"Gadis payah, kau masih payah dan akan tetap payah" Bonnie menatap tajam sang pembuka pintu. Dia adalah Ryan, lelaki yang pernah membuat hidupnya semanis permen gulali dan dengan mudahnya juga merubahnya menjadi sedingin air hujan.
Bonnie merapikan dress nya yang terkena tanah kemudian masuk ke ballrom tanpa menoleh kembali ke arah Ryan. Seperti pepatah jika kau menghancurkan kaca maka kaca itu tak akan kembali seperti semula bahkan jika kau meminta maaf kepadanya.
"Kau masih membenciku ya?"
Pada akhirnya Bonnie akan selalu membenci senja dan perasaan itu tak akan berubah. sangat lucu berpikir bahwa dulu senja sore merupakan hal yang disukainnya .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.