We Found Love In A Hopeless Place

2.5K 70 3
                                    

Yuvin Sebastian hanya ingin mabuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuvin Sebastian hanya ingin mabuk.

Entah sudah berapa gelas yang ia minum.

Ditatapnya Kenal yang tengah menari dengan beberapa wanita. Suasana remang-remang, lampu di kelab berkilat-kilat cepat, musik berdentum keras, tapi ia masih bisa mengingat jelas.

"Aku mau putus."

Yuvin tersedak. "A-apa???"

"Aku. Mau. Putus."

Restoran tempatnya makan ramai oleh suara gelak tawa, tak peduli dengan ketegangan yang terjadi di mejanya.

"Aku jenuh. Kamu nggak pernah ada waktu buat aku. Sibuk kerjaan, sibuk distro, sibuk sama Kenal. Selalu, selalu, sibuk yang jadi alasan!"

Mulut Yuvin setengah ternganga. Lima tahun mereka berpacaran, baru kali ini ia mendengar kata "putus" dari kekasihnya.

"Aku tahu kamu sibuk demi masa depan kita. Tapi aku merasa.... Makin lama hubungan kita makin hambar. Aku capek begini terus."

Wanita itu mengusap sudut matanya. "Mungkin aku yang nggak pantes buat kamu, Vin.... Kamu terlalu baik buat aku."

Kamu terlalu baik buat aku.

Kamu terlalu baik buat aku.

Entah kenapa Yuvin ingin tertawa.

Selama ini ia banting tulang untuk membiayai kuliah kekasihnya. Bekerja di kantor dan mengurus distro membuatnya beruntung jika ia bisa tidur selama empat jam sehari. Apa kekasihnya kira, uang saku, biaya hidup, dan uang kuliahnya itu hanya lelucon?

Belum cicilan apartemen, mobil, dan semua asuransi yang sudah Yuvin persiapkan untuk mereka berdua.

Dan apa katanya tadi?

Kamu terlalu baik buat aku?

Ada kilatan di mata kekasihnya. Kesedihan? Luka? Entah. Yuvin memilih untuk mengabaikannya. Seharusnya ia yang marah di sini. Ia korbannya!

"Barang-barangku udah aku keluarin," ujar kekasihnya seraya menyorongkan sebuah kunci di meja, "ini kunci apartemenmu."

"Udah?" Pertanyaan Yuvin mengandung sindiran, andai kekasihnya sadar. "Kamu mau ninggalin aku gini aja? Hanya karena aku terlalu baik buat kamu? Tanpa alasan lain?"

Kekasihnya tak menjawab.

Yuvin menyambar pergelangan tangan wanita itu. "Kamu mau pindah ke mana?"

"Kamu nggak perlu tahu."

Genggaman Yuvin makin mengerat. "Tapi harusnya hari ini kita merayakan kamu diterima kerja."

Kekasihnya, ah, mungkin lebih tepatnya sudah menjadi mantan kekasih, menarik tangannya dari genggaman Yuvin-menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti kata maaf-lalu pergi.

Spoken Love [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang