Seumur-umur, Kenal tak pernah menyangka bahwa ia bisa jatuh cinta pada wanita karena hewan satu itu.
Never. Ever. Ever.
Kenal benci kecoa. Entah sudah di tahap phobia atau bukan, yang jelas Kenal benci pada serangga cokelat berkaki enam itu. Terutama jika hewan itu sedang terbang.
Hih! Kenal bergidik. Kenapa sih kecoa harus eksis di dunia ini?
Maka ia hanya bisa terpana ketika seorang wanita mungil yang ada di depannya, menginjak kecoa semudah meniup debu.
“Mas, maaf saya ngotorin lantainya. Soalnya gemes liat kecoa, jadinya saya refleks nginjek.”
Kenal masih bengong.
“Mas?”
Wanita di hadapannya itu mengayunkan telapak tangannya di depan mukanya.
“Eh? Eh—iya, Mbak.” Mata Kenal mengerjap. “Oh, nggak apa-apa. Biarin aja. Nanti biar pegawai saya yang ngebersihin.”
Gimana sih Manto, kok bisa-bisanya kelolosan ada kecoa masuk ke sini. Umpat Kenal dalam hati.
“Jadi gimana pesanan saya tadi? Bisa kan, Mas?”
“Bisa, bisa. Nanti saya hubungi Mbak lagi untuk pengajuan desainnya. Boleh saya tahu nama dan nomer kontak Mbak?”
Nirina.
Bahkan namanyapun cantik. Cocok sekali dengan sosoknya yang mungil. Yang Kenal heran, bagaimana tubuh mungil yang tampaknya rapuh itu berani menginjak kecoa tidak sopan yang masuk ke distronya tanpa merasa jijik. Perempuan kan biasanya takut ke serangga, ya?
Bukannya Kenal tak menyadari kalau ada kecoa lewat di samping mereka tadi. Kenal sudah ingin kabur, tapi gengsi. Masa di depan klien tidak bersikap profesional?
Dan sebelum Kenal sempat memanggil Manto, palugada di distronya, Nirina sudah menginjak kecoa itu.
Iya, palugada. Sebutan mereka semua untuk Manto. Karena tugas Manto selain bersih-bersih juga bisa disuruh apa saja. Membelikan rokok, mengganti lampu, memasak mie instan, termasuk urusan menangani bangkai kecoa seperti tadi.
Palugada. Apa yang lu mau gua ada.
Kenal tersenyum pada kartu nama ungu muda di tangannya.
Nirina.
La Fort Patisserie
***
“Jadi sekarang lo suka kue yang manis-manis?”
“Ssstt!” desis Kenal.
Yuvin terkekeh.
“Emangnya Ken nggak suka yang manis-manis?” Rei, pacar Yuvin, mencicip krim di choco fudge cakenya. “Hm, enaak—”
KAMU SEDANG MEMBACA
Spoken Love [ON GOING]
Short StoryTW // Adult Romance 21+ 🔞⛔🔞 [Metropop] [Kumpulan Oneshot] [Chicklit] Warning : Bukan bacaan untuk yang belum cukup umur. >>> <<< Cinta memang tak bisa diukur oleh waktu. Tak peduli sebentar, atau lama, cinta selalu menentukan sendiri kelahirannya...