Apa itu Impian?

8 5 0
                                    

Banyak diantara kita yang berpikir bahwa impian itu sesuatu yang indah, yang bagus, yang cantik dan bentuk keindahan lain.
Padahal disetiap impian itu, butuh perjuangan hebat dalam meraihnya.

Lihat saja kupu-kupu, dia begitu indah dan menawan. Tapi dalam prosesnya, dia harus menjadi ulat dulu, yang itu menjijikan bagi sebagian orang.
Lihat pula anak bayi, yang imut, yang lucu juga menggemaskan. Tapi taukah kamu, bagaimana proses kelahiran normalnya? Begitu menyakitkan.

Itulah kata-kata yang selalu saya ingat setelah mengikuti beberapa seminar.
Membuat saya siap menghadapi segala proses menuju sukses. Ku tempelkan gambar-gambar tentang impian di kamar ku. Agar alam bawah sadar semakin merekam dan mengafirmasinya setiap saat.

Memulai usaha itu ibarat bayi belajar berjalan.
Ketika kita merangkak, orang lain belum bergerak.
Ketika kita berjalan, mereka baru ikut mencoba.
Ketika mulai berlari, mereka akan berusaha mengejar.
Walaupun mengalami jatuh bangun, tetap harus terus berjalan. Menuju titik dimana kita ingin tuju. Karna ketika berhenti, bersiaplah untuk jatuh lagi.

Dalam menjalankan usaha angkringan di tempat baru yang Alhamdulillah bisa sampai 6 tahun, saya juga mengalami beberapa kali pasang surut. Pernah sampai membuka 3 cabang baru, dengan masing-masing 1 karyawan penjaganya. Kemudian satu persatu digulung juga. Lalu bangkit lagi dengan hanya satu lapak, sampai berkembang dari yang tadinya hanya beratapkan terpal, kemudian dibuat semi permanen.

Dan mengalami gagal lagi, karna kurang teliti dalam memilih partner kerjasama.

Menjadi pelajaran berharga buat saya untuk terus berusaha.

Awal tahun sebelum usaha saya tutup, saya sempat berusaha memindahkan lapak ke halaman rumah. Walau hanya beberapa bulan saja. Dan kemudian ada tawaran kerja di kedai makan milik bos besar.

Saya tertarik dan sampai sekarang masih bekerja pada beliau.

"Lah angkringanmu gimana Gil?" Tanya seorang teman sekaligus pelanggan lama.

"Lagi tekan tombol 'pause' dulu bro, sekalian cari modal lagi buat buka lagi nanti." Jawabku.

Dalam bekerja, saya niatkan mencari ilmu lebih dengan tetap digaji.
Kebetulan di outlet kedai makan ini, saya termasuk jadi senior, yang harus mengajari junior yang baru masuk. Otomatis saya harus belajar lagi.

Tentang persiapan perdapuran, peracikan, pengolahan menu, penyajian sampai pembukaan detail.
Terkadang merasa berat, tapi terus dinikmati. Inilah prosesnya. Aku yakin bisa. Karena aku harus bisa.

Tidak ada yang instan di dunia ini, selain namanya saja.
Karna mie instan saja masih harus diproses dulu.
Karna kopi instan pun juga harus diproses.

Kalaupun ada, hasilnya pasti instan juga kan?

Orang yang makan mie instan akan cepat merasa lapar lagi pastinya.

Karena bagi siapa yang ingin sukses, haruslah SUKa ProSES.

Siang itu bercuaca panas menyengat di kulit, sampai terasa walau di dalam ruangan. Kendaraan lalu-lalang di depan kedai. Namun belum satupun pembeli yang mampir. Oh ini ternyata sedang ujian kesabaran.

"Monitor, Gil. Kedai rame gak?" Tanya Bos saya melalui WA.

"Belum Bos. Moga aja bentar lagi rame. Kan malam ini malam minggu bos." Balasku

Dalam berdagang, tidak ada istilah sepi, hanya Belum Rame. Karna itu artinya doa, nanti pasti rame.

Kebetulan benar, malamnya pas hampir tutup, datang rombongan sekitar 3 mobil. Saya kebetulan berempat bersama denga 2 orang baru training.

3 mobil jadi 3 rombongan
Ternyata jadi 5 meja. Masing-masing meja cukup untuk 4 orang pelanggan. Dan 1 meja hanya berdua, jadi total 18 orang dalam waktu mepet hampir tutup. Untung saja masing-masing rombongan memesan menu yang hampir sama karna salah seorang dari tiap meja kompak.

Dua orang karyawan training mengambil posisi menawarkan ke tiap meja, mencatat tiap pesanan. Dan dua senior termasuk saya, mulai meracik dan memproses tiap menu. Alhamdulillah berjalan lancar, walau sedikit lebih lama karna antrian.

Usai para rombongan selesai makan, mereka segera pulang setelah membayar. Karna sadar, kedai hampir tutup.

Kami berempat mulai menutup kedai. Ada yang membereskan meja, ada yang menghitung stok, ada juga yang menghitung omset malam itu. Otomatis sisanya membereskan perabotan kotornya. Malam itu kami pulang 30 menit lebih lambat dari biasanya.

Dan kami melaporkan hasil jualan oada hari itu pada bos kami, dan bos pun bangga akan kerja keras dan positive thinking para karyawan.

Inilah sebagian proses kami dalam menuju impian kami masing-masing.

........
=>>>>

--------------------------------
Ah.. cukup menyenangkan proses menulis bagian ini, cukup panjang karna masih pemula. Semoga di bagian selanjutnya lebih seru dan lebih menyenangkan lagi. Yuk tungguin kelanjutannya..
Lakukan saja! Just do it!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stop asking. Just Do It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang