cerita Atlas

414 61 5
                                    

Leana keluar dari kamar mandi, ia kini memakai kaos pink dan celana rumah sakit serta baju pasien yang ia kenakan sebagai outer. Ia berjalan ke-ranjang nya dengan handuk yang ia selempangkan di pundak. Ia kesal karena lelaki yang tadi mengatakan "mau di mandiin?" itu sudah tidak ada.

Ia menaruh handuk yang tadi diselempangkan di pundak nya di sofa kamar nya. Lalu ponsel nya bergetar menandakan ada telepon masuk.

"Lea" suara berat terdengar setelah dia mengangkat telepon itu

"Apa, kak?"

"Gimana? Kamu udah baikan?" tanya seorang kakak dari Leana

"Baik, udah nyampe?"

"Barusan sampe hotel"

"Omo! Kak, jangan sampe hamilin anak orang ya," Leana bercanda

"Dih, tidak mungkin wahai adik ter-laknat"

"HUAHHAHHA becanda kak"

"Yaudah bye-bye kakak ganteng, muah" Leana langsung menutup telepon nya.

Ia merebahkan tubuhnya di ranjang tiba tiba. "Heyy manusiaah!" panggil seorang laki-laki dari pintu

"CURUT!!" kaget Leana kemudian sadar akan keberadaan Atlas

"Wahai bambang, jika kesini minimal ketuk pintu, yach. Karena dapatt menyebabkan serangan jantung" jelas Leana dengan jantung yang berdetak kencang karena kaget.

Atlas tertawa keras. Sudah lama ia tak tertawa akan hal se-sederhana itu. Sekitar 6 tahunan sejak SMP.

Atlas, anak yang tampak ceria dan bahagia ternyata menyimpan banyak luka. Tapi dia percaya bahwa ada senyuman di setiap tangisan.

"Ayo kebawah, udah di tunggu sama kak Luna" ucap Atlas ketika sudah puas tertawa

Lantas Leana bertanya-tanya. "Siapa kak Luna?"

"Perawat yang udah nemenin gue bertahun-tahun dirumah sakit" jawaban Atlas membuat Leana merasa aneh. Dia merasa bahwa ada maksud tersembunyi dari kata-kata nya.

Dia melamun sejenak sebelun Atlas menarik tangannya pelan. "Ayo!"

————°•

Di taman rumah sakit itu terdapat pertunjukkan tari daerah. Mulai dari tari Saman, tari Remo, tari Jaipong, tari Serimpi, tari kecak, serta tarian daerah lainnya. Atlas mengajak Leana duduk dan menikmati sarapan nya sambil melihat acara kecil-kecilan yang di-adakan setiap bulan.

"Atlas" panggil Leana

Atlas menoleh ketika ia merasa nama nya dipanggil. "Hm?"

"Kamu sakit apa?" Leana bertanya setelah mengumpulkan beribu-ribu keberanian.

Atlas tersenyum tipis, lalu menjawab. "AML, leukimia mieloblastik akut stadium 2"

Wajah sendu terpasang di wajah Atlas. Dia tidak ingin seperti ini, dia juga tidak memilih akan seperti ini. Dia hanya berdoa sebelum tidur agar esok ia sudah sehat, di pagi hari ketika ia menyadari bahwa ia masih belum sembuh. Itu terjadi selama 3 tahun, ia merasakan sakit, dia harus kemoterapi fase induksi dan lainnya, ia harus merasa bahwa tulang-tulang nya remuk pada saat ia masih berumur 15 tahun hingga 18 tahun.

"Atlas.." lirih Leana

"Gapapa, percaya sama tuhan. Dia punya rencana yang lebih indah buat lo" ucap Leana menguatkan Atlas dan berharap Atlas akan lebih baik

"Leana" panggil Atlas yang ditanggapi Leana dengan menatap Atlas

"Lo tau mitos tentang manusia yang udah meninggal bakal jadi bintang?" tanya Atlas

"Tau" jawab Leana

"Gue selalu berharap buat Tuhan ambil gue secepat mungkin, karena gue ga tahan dengan semua rasa sakit yang gue alamin selama 3 tahun, dan gue berharap jadi salah satu bintang itu. Makaya juga gue suka bintang,"

Atlas mengatakan itu dengan menatap pada langit dan Leana menatap Atlas sendu, ia mendengarkan dengan seksama cerita Atlas. Mencoba memahami tiap kata yang ia ucapkan. Serta berusaha memberi respon baik, tak berlebihan, dan dia berusaha agar bisa memberi semangat di akhir cerita Atlas.

"Gue kadang suka liatin bintang-bintang sama dengerin musik. Itu bantu nenangin banget,"

"Tapi juga kadang ga mempan. Tiap kemotrapi gue selalu ditemenin sama kak Luna. Mama sama papa gue sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan mereka gatau gue sakit. Mama gue selalu beranggapan kalo gue anak nakal yang di d.o dari sekolah karena ga masuk, padahal gue lagi sakit,"

Leana terpikirkan sesuatu setelah mendengar kata mama papa, ia lalu bertanya. "Yang kemarin bertengkar di depan kamar lo itu orang tua lo bukan?"

"Iya"

"Tapi mereka gatau apa-apa soal hidup gue," Atlas berhenti sejenak, memberi jeda atas kalimat yang ingin ia ucapkan.

"Mereka gatau gue dibully di SMP dari kelas 1 sampe 2, mereka gatau setiap hari anaknya selalu dapet luka dari anak-anak yang ngebully gue, mereka gatau anaknya sakit Leukimia dan baru tau setelah 3 tahun anak nya dirawat di rumah sakit.. gue sampe rela kerja bantu-bantu staf buat cicil biaya kemoterapi, sampe-sampe direktur ikhlas bayarin semua perawatan gue,"

Atlas tak kuat melanjutkan ucapan nya. berat sekali mengatakannya. Mengingat semua kenangan pahit membuat bahu dan jemarinya bergetar, mata nya serasa memanas. Tergenang air di pelupuk mata yang membuat pandangannya buram sejenak sebelum setetes air turun dari matanya.

"Kenapa gue ga dikasih bahagia sama tuhan?" lirih Atlas

Leana merasa iba terhadap lelaki dihadapannya lantas memeluk lelaki itu. Atlas memang terlihat ceria dan nampak baik-baik saja, namun ternyata ia menyimpan 1001 luka.

"Nangis aja, sedih gaboleh dipendem. Nanti makin jadi sakit, kalo memang pengen nagis pergi ke gue. Gue siap dengerin setiap ocehan lo dan peluk lo kalo butuh" ucap Leana yang masih tetap memeluk serta mengelus punggung Atlas yang terisak.

Atlas menenggelamkan wajahnya dipundak Leana. Memang mereka baru beberapa hari kenal, namun Atlas merasa percaya terhadap Leana, dia merasa tenang didekapan Leana. Padahan dia buakn tipe orang yang gampang nyaman terhadap orang baru. Tapi menurutnya Leana berbeda dari yang lain. Dia spesial untuk Atlas.

"Makasih Leana"

"Tolong jangan pernah berpikir buat jadi bintang, ya? Cukup jadi pengagumnya"

"Iya" Atlas tersenyum dengan mata sembab dan hidung merahnya. Lucu><

Silahkan dipollow biar aku seneng ya, kawand😌👍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Silahkan dipollow biar aku seneng ya, kawand😌👍

Ada yang mau disampaikan untuk cast atau aku?

Gimana part ini? Seru?

Typo tandain ya kawand

Thankyou

Komen & vote sebagai support

AstrophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang