Lion Lesmana
Lion bergegas masuk ke dalam mobil setelah sadar jika ada pekerjaannya yang sudah menanti, di dalam Gavin sudah menunggunya tengah duduk di kursi mengemudi, tatapannya hanya lurus kedepan, enggan menoleh karena ia merasa berdosa sudah mengucapkan kalimat terlarangnya tadi pagi maka jalan terbaiknya adalah bungkam.
"Kamu bisu?" Lion nampak memperhatikan gerak-gerik Gavin yang nampak tak nyaman.
Gavin menggeleng sebari menoleh ke arah Lion.
"Aku memaafkanmu, sekarang buka mulutmu itu."
"Terima kasih." Akhirnya ia merasa lega setelah Lion memaafkan kesalahanya yang tak sengaja.
Gavin mulai menjalankan kendaraan mereka sedangkan Lion justru mulai sibuk dengan ponsel miliknya, "Sialan di blok!" Ia bergumam dengan geram membuat Gavin yang duduk disampingnya sebari menyetir mulai curi-curi pandang.
Lion nampak prustasi dari nada bicaranya yang menjelaskan jika pria itu tak suka atas apa yang ia lihat, "Sialan!"
"Apa semuanya baik-baik saja?" Gavin memberanikan diri untuk angkat suara, "Baik-baik saja kan?"
"Wanita sialan itu kembali berulah." Lion meremas pelipis dan mendesah berat untuk pertama kali dalam hidupnya ada seorang wanita yang dengan terang-terangan menolak keberadaannya dengan cara memblok akun instagram pribadi miliknya, Lion tak akan tinggal diam.
Sesampainya di sebuah gedung pencakar langit, Lion bergegas turun diiringi langkah terseok-seok dari Gavin yang harus segera mengimbangi langkah Lion yang terburu-buru, dengan gagah dan tampan Lion masuk ke dalam membuat para karyawati di dalam sana memandangnya penuh harap sebari saling berbisik, untuk Gavin semua kejadian saat ini sudah menjadi makanananya sehari-hari.
"Ini ruangannya." Gavin segera membuka pintu, di dalam ada dua orang wanita dan seorang pria.
Lion duduk santai di ikuti Gavin yang duduk di sebelahnya, mereka saling bersalaman untuk menyambut tamu jauh mereka dan takdir memang tak main-main kali ini, mereka di pertemukan tanpa sengaja.
Lion menyalurkan tangan kanannya menggantung sesaat karena sang wanita di hadapannya justru tengah terkejut melihatnya, manik mereka kembali bertemu dan mencoba untuk tak saling menyapa.
"Senang berjumpa kembali dengan anda." Lion berucap dengan nada berat, pria itu bahkan terkekeh menyebalkan.
Dilra dengan ragu menaikkan satu tangannya untuk membalas sapaan Lion, sial memang kenapa takdir begitu mempermainkan perasaanya, berpuluh kali ia berdoa untuk tak dipertemukan dengan si pria bajingan ini, Tuhan justru mengabulkan doanya dengan bekerjasama dengan dia.
"Senang bisa berjumpa kembali." Dengan nada terpaksa akhirnya Dilra menyalami tangan Lion dengan waktu cukup lama karena Lion malah mempermainkan jemari tangannya.
"Kalian sudah saling kenal rupanya, bagus akan lebih mempermudah acara kita kali ini." Ucap seorang pria paruh bayabyang duduk di sebelah kanan tubuh Lion, "Seperti yang anda ketahui, Tuan Lion jika Dj Prao ini akan menjadi penghibur di acara kita, bagaimana lihatlah penampilan dia sangat cantik dan menarik."
Lion memainkan dagunya sebari bersandar dikepala kursi, tatapannya liar dengan sangat terang-terangan. "Anda memang tahu selera saya." Matanya tak mampu fokus ke objek lain, Lion hanya mengunci satu objek di hadapannya.
Sesil menepuk punggung Dilra untuk sedikit mengganggu pandangannya, Dilra menoleh sesaat dan Sesilpun akhirnya berbisik. "Kenapa si bajingan ini berada di sini?"
Dilra mengangkat kedua bahunya, lagi pula untuk apa ia tahu siapa pria itu sebenarnya.
"Jadi Tuan Lion setuju?"
Lion mengangguk cepat dengan tatapannya yang hanya tertuju kepada Dilra, "Berikan wanita ini bayaran dua kali lipat."
Perbincangan itupun selesai dengan tanpa banyak protes setelah setiap orang mulai berniat meninggalkan ruangan, Lion dengan sigap mencekal tangan Prao. "Mau kemana? Gadis murahan."
Plakkk!
Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Lion membuat Lion harus memalingkan wajahnya karena tamparan Prao, pria itu terkekeh menjengkelkan. "Akhirnya dia melawan juga."
Lion mengusap sudut bibirnya, "Lancang sekali anda!" Satu kali tarikan berhasil menyudutkan tubuh Prao, Lion dengan cepat menjepit kedua pipi Prao. "Tak ada satu wanita pun yang boleh bersikap lancang kepadaku!"
"Kau memang pantas mendapatkannya!" Dengan bersusah payah Dilra berucap sarkas, pria dihadapannya memang pantas mendapatkannya, "Pria bajingan!"
"Apa kau bilang?" Lion menekan jepitan jemari tangannya, "Aku suka wanita pemberontak sepertimu."
Lion berniat untuk memgecup hangat leher Prao, namun sebelum tercapai wanita itu kembali melawan dengan berniat memberikan junior miliknya sebuah tendangan cukup keras dan usaha Dilra tentu berhasil, si pria bajingan itu nampak kesakitan menahan nyeri.
"Seharusnya aku potong milikmu itu!"
Dilra merasa senang, seketika kedua pipinya terlepas dsri rasa sakit yang Lion berikan, pria itu meringis kesakitan karena kebanggaan miliknya mendapatkan sikutan dari lututnya yang sangat pas mengenai milik Lion, Dilra tertawa sebari membungkukkan tubuhnya. "Jangan salah masuk! Dan membuat orang yang tak tahu apa-apa menderita.""Kau!" Lion menggeram dengan mengepalkam tangan, "Aku yakin kau selingkuhan Dirga!"
Prao menghentikan langkahnya di ambang pintu, ucapan Lion barusan membuat Dilra membulatkan netranya sempurna, "Apa kau bilang?"
"Kau! Wanita perusak rumah tangga orang!"
"Rebbeca adikku, dan dia adalah istri sah dari kekasihmu Dirga, kau pikir seorang kakak akan selalu tinggal diam melihat adiknya terus menerus mengeluh?"
Dilra menunduk di dalam dadanya ada rasa sesak luar biasa, jadi pria ini berpikir jika aku selingkuhan Dirga? Dilra bergumam sebari meremas dadanya kuat-kuat.
Lion beranjak bangun dan membenarkan posisi tubuhnya, "Sekarang kau mulai menerima kedudukanmu sebagai wanita paling murahan di dunia ini bukan?"
"Jika kau masih mengganggu pernikahan adikku, bukan hanya memperkosamu lagi, aku ...," ucapan Lion tergantung sejenak, suasana dalam ruangan hening hanya derap langkah yang mulai terdengar mendekat, "Aku bahkan berniat untuk menghamilimu dan membuat kariermu hancur, sehancur-hancurnya!"
Plakkk!!!
Dilra dengan penuh tenanga kembali menampar pipi Lion, pria di hadapannya sudah sangat kelewatan batas menuduh tanpa bukti yang akurat, sekarang ia tahu kenapa pria bajingan itu selalu membuat masalah dengannya.
"Asal anda tahu tuan Lion Lesmana, saya bukan wanita murahan! Jika aku benar wanita murahan kau sudah tahu jawabannya di saat kau memperkosaku!" Dilra berteriak dengan emosi, ia harus membenarkan harga dirinya sebelum semakin jauh di injak.
"Saya tegaskan jika saya bukan wanita yang anda pikirkan!" Dilra memalingkan wajahnya berniat untuk menarik knop pintu namun urung karena dengan kasar Lion justru mengamit pinggangnya sampai mereka terjatuh bersamaan dengan posisi Lion berada di bawah tubuh Dilra, suasana semakin canggung setelah manik mereka saling berpautan satu sama lain.
Terlepas dari kejadian itu, waktu terasa berhenti berdetik dalam posisi yang salah.
Dilra mendekatkan wajahnya, menyisakan beberapa centi meter dari batang hidung Lion, "Sebaiknya kau selidiki dulu sebelum menuduh seseorang! Bisa saja Dirga berselingkuh dengan wanita lain bukan saya!" Setelah mengucapkannya Dilra segera beranjak bangun dan meninggalkan Lion yang masih terkejut atas kejadian yang menimpanya barusan, Lion melentangkan tubuhnya dan hanya menatap langit-langit ruangan itu dengan terus meremas pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri, mendengarkan ucapan dan manik indah dari Dilra membuat Lion sedikit goyah, apa mungkin ia salah masuk?
Tidak!
Perlakuannya sudah sangat pantas dan bisa ia pertanggung jawabkan, wanita murahan itu memang harus mendapatkan hal yang setimpal dengan perbuatannya, Lion tersenyum licik setelah ide buruknya muncul, jika merusak tubuhnya tidaklah cukup maka Lion akan mulai merusak kariernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH MASUK
RomanceDilra baru saja tiba di sebuah nightclub di New York, gadis itu berprofesi sebagai disjockey yang tengah penomenal akibat aksinya yang sangat memukau dengan lekuk tubuh yang seksi. Namun, karena sebuah insiden salah paham gadis itu harus merasakan o...