Bab 7 Tempat Bertugas

3 2 0
                                    


Anna yang lebih berani dari Kamila, melepaskan pelukannya dan gegas menuju jendela. Gadis itu, menyibak tirai dan mengintip siapa yang sedang tertawa di luar.  Terlihat seorang polisi sedang berdiri menenteng jaketnya dan memandang ke segala arah, termasuk kontrakan Kamila. Sedangkan di depannya tampak seorang wanita dewasa terlihat tertawa. Tawanya berderai di keheningan malam, membuat Kamila beranjak mengikuti Anna dan mengintip ke luar jendela.

“Bikin takut saja, tidak tahunya tetangga kamu tuh, sama temannya,” ucap Anna kemudian membuka pintu.”

Kamila yang mengintip, hanya mengendikkan bahunya karena tidak melihat siapa-siapa kecuali polisi, tetangga kontrakannya. Kedua gadis itu pun ke luar rumah memerhatikan tetangga Kamila yang terlihat masih seperti orang kebingungan. Sedangkan  temannya, si wanita dewasa sudah tidak terlihat lagi.
“Aneh, cepat banget perginya teman, tetangga kamu Mil!” seru Anna menggaruk hidungnya.

“Orangnya masih ada tuh, lagi melihat ke arah kita,” seru Kamila yang membuat Anna mengibaskan tangannya, gemas dengan Kamila.

“Wanita temannya tadi, itu berdiri  di sana!” seru Anna.
“Temannya siapa maksudnya?  Yang berdiri hanya tetanggaku, tidak ada siapa-siapa!” protes Kamila.

“Serius Mil!”

“Seriuslah!”

Anna yang penasaran mendekati si polisi yang telah berjalan menuju rumahnya. Gadis itu pun menyapa,  “Temannya sudah pulang, Pak?”

Firz yang tengah berjalan kemudian tersenyum dan membalas, “Teman yang mana?”

“Teman yang mengobrol dengan Bapak tadi,” ucap Anna yang membuat Firz menggaruk kepalanya.

“Maaf, saya hanya sendiri, tidak ada teman mengobrol.  Tadi memang ada teman yang mengantar, tetapi menurunkan saya di depan karena sedang buru-buru,” ucap Firz yang membuat Anna membulatkan matanya.

“Terus wanita yang saya lihat tadi bukan teman Bapak?”
“Saya hanya sendiri dan tidak ada  siapa-siapa?”

Kamila yang menyaksikan percakapan Anna dan Firz, kemudian  mendekat dan berucap lirih, “Saya juga hanya melihat Bapak ini, Na. Tidak ada siapa-siapa tadi,” jelas Kamila yang membuat Anna  menggeleng berulang kali.

“Begini saja, yuk, kita mengobrol di dalam biar lebih enak,” ucap Kamila menawarkan pada tetangganya, kemudian mendahului masuk rumah. Merasa sungkan Firz, terlihat diam, tetapi Anna kemudian mengajaknya bergabung.

“Aman Pak, kita bertiga jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Firz pun melangkah mengekori kedua gadis tersebut.

Segera Kamila menyiapkan minuman dan cemilan serta membawanya ke ruang tamu. Kamila tertunduk malu saat menawarkan  apa yang disuguhkannya. Untuk sesaat matanya tersesat di bawah tatapan  Firz yang masih mengenakan seragam. Jaket yang sejak tadi di tentengnya kini berpindah di sandaran kursi yang ia duduki.

Firz pun membuang pandangannya, sebelum menatap Kamila, ia memandang ke segala penjuru kontrakan. Sudah beberapa hari ini, sejak menginap di kontarakan juragan Kardi, tidurnya gelisah karena suara kekerasan terdengar dari kontrakan Kamila, tetangganya.

Setelah meyakinkan kalau tidak ada siapa-siapa dan berbincang ringan, Firz pun pamit setelah menandaskan minuman yang disajikan Kamila. Pria itu pun berjanji hari Minggu akan membahasnya dengan Kamila, tentang sesuatu hal yang membuatnya masih penasaran.

Tiba di rumahnya, Firz segera membersihkan tubuhnya dan menunaikan Salat Isya, setelah itu berbaring di atas kasur. Tubuhnya sangat lelah, seharian bertugas, ditambah lagi dengan waktu istirahatnya yang berkurang karena selalu terganggu dengan keributan tetangganya.

Kamar di bawah TanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang