Bab 4 Tertidur di Ruang Guru

6 2 0
                                    

Tiba di rumah menjelang magrib, gegas Kamila membersihkan tubuhnya dan makan malam. Lampiran dokumen berupa foto ujian praktik dan foto ujian Penilaian Akhir Semester (PAS), membuatnya harus lembur. 

Mencari dokumentasi berupa foto kegiatan per jurusan bukanlah hal mudah karena ribuan file foto harus dibuka satu per satu.

Tidak ingin bekerja sendiri, apalagi mengumpulkan dokumen foto bukanlah tugasnya. Guru sekaligus Tim Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan adalah tugas Anna. Hanya  saja karena rasa kasian, sehingga Kamila membantu Anna.

Anna mengumpulkan foto-foto ujian praktik, sedangkan Kamila mencari dan mengedit foto-foto kegiatan  PAS. Beruntunglah saat PAS, warna pakaian siswa berbeda setiap jurusan pada hari Rabu dan Kamis.  Sehingga dengan mudah Kamila mendapatkan bukti pendukung tersebut untuk melengkapi dokumen standar dua.

Kamila pun merebahkan tubuhnya di atas kasur karena rasa kantuk yang tidak bisa lagi ditahannya. Sudah seminggu sejak tinggal di kontrakan juragan Kardi,  jadwal tidurnya makin berantakan. Setiap malam, tetangganya terus membuat keributan yang membuat wajah Kamila, seperti mata panda.

Baru saja Kamila memejamkan matanya, suara berisik tetangganya kembali hadir. Ia juga selalu lupa untuk membunyikan murrotalnya.

Akhirnya suara itu menghilang, tetapi Kamila tidak mampu lagi memejamkan matanya.
Tidak ada yang bisa dilakukan gadis itu, sehingga gegas duduk dan menyalakan laptopnya. Memeriksa apa saja yang sekiranya kurang pada setiap komponen standar. Kamila meregangkan tubuhnya, rasanya sangat lelah. Saat melirik jam pada layar komputer sebelah kanan bawah, ia mengatupkan mulutnya. Ternyata sudah pukul  saru dini hari lewat sepuluh menit.

Kamila memang menyelesaikan pekerjaannya, tetapi harus dibayar dengan jadwal tidurnya yang berkurang. Dipastikan gadis itu akan tertidur kembali di atas mejanya dan menjadi ledekan rekan-rekan guru, esok harinya.

Setelah meng-off-kan laptopnya dan menyimpan semua data yang dibutuhkan dalam flashdisk, gadis itu pun tertidur pulas ditemani suara murrotal yang terus saja berbunyi. Suara azan subuh, membuat Kamila gegas bangun, menunaikan kewajiannya. Itu pun diwarnai adegan, Kamila yang bersumpah serapah karena terlambat bangun. Padahal, dirinya ingin berangkat ke sekolah sebelum pukul tujuh.

Sebenarnya jarak rumah kontrakan Kamila, sangat dekat dengan sekolah. Cukup ditempuh Kamila dengan berjalan kaki, tetapi karena gadis itu mengajar pagi dan ingin segera menyelesaikan semua butir yang ada pada komponen akreditasi, membuatmya naik darah.

Tepat pukul enam lewat tiga puluh enam menit, Kamila meninggalkan rumahnya. Saat akan mengunci pintu kontrakannya, bertepatan juga dengan tetangganya yang juga mengunci pintu kontrakannya dengan mengenakan seragam kerjanya. Kamila tidak paham tentang kepangkatan dalam dunia kemiliteran, tetapi saat tetangganya mengenakan seragam abdi negara berwarna cokelat, membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

“Astaga! Sadar Kamila, tetangga kamu sudah beristri!” seru hati Kamila saat gadis itu, bertatapan mata, walaupun hanya seper sekian detik.

Setelah melempar senyum terpaksa karena mengingat perbuatan tetangganya yang terus mengganggu istirahat malamnya. Kamila pun segera meninggalkan rumah kontrakannya berjalan ke arah utara menuju sekolah. Melewati bukit yang menjadi tempat nongkrong penduduk Kelurahan Sukaraja, saat sore hari.

Kamila sepanjang jalan terus saja menggeleng sembari tersenyum kala mengingat kelakuan tetangganya.  Sejak menempati rumah kontrakan juragan Kardi pada bagian dalam  petak kedua dari kiri, istirahat malamnya selalu terganggu. Aktivitas siang sudah membuatnya kelelahan karena menyiapkan dokumen akreditasi sekolah.

Seharusnya ia tidur nyenyak saat malam hari, tetapi aktivitas tetangga pada sebelah kiri kamar yang ditempatinya membuatnya terganggu.

Mereka sangat berisik saat malam hari, sebagai gadis dewasa, Kamila maklum. Hanya saja suara yang  terdengar membuatnya kesulitan tertidur kembali. Mungkin karena indra pendengarannya yang sensitif. Bahkan seekor nyamuk yang terbang pun akan membuatnya terjaga sepanjang malam, apalagi suara yang lain.

Benar saja  setelah salat Duhur setelah istirahat makan siang, gadis pemilik lesung pipi dan gemar memasak itu, kini terlelap di atas meja kerjanya.  Setelah sebelumnya Kamila terlihat beberapa kali menguap karena tidak tahan gadis itu pun pasrah. tertidur kembali di ruangan guru karena kelelahan. Padahal, pekerjaan masih menumpuk dan harus segera dirampungkan agar bisa mengetahui dan melengkapi secepatnya dokumen yang masih kurang.

Tinggal dua Minggu lagi, tim asessor akan berkunjung.  Pekerjaannya pun belum selesai, selain itu  Kamila juga sudah berulangkali didesak oleh Pak Raihan—kepala sekolahnya untuk segera menyelesaikan semua dokumen beserta lampirannya 

Akhir pekan ini. Tingkah Kamila,  membuat Raihan yang mengawasinya lewat CCTV, tersenyum semringah. Tidak tahan melihat tingkah gemas Kamila, membuat Kepala Sekolah SMA Sukaraja, itu pun berjalan menuju ruangan guru.
   
Saat tangannya akan membuka pintu ruangan guru, terdengar derap suara stilleto yang sangat dihapal Raihan.

Ia pun pura-pura memijit kepalanya dan berucap lirih, “Mampus! Aku fokus pada monitor empat dan lupa menormalkannya!”

Monitor empat adalah monitor yang dipasang untuk memantau wilayah ruangan guru yang paling sering ditonton Raihan saat mengunci di dalam ruangannya. Segera lelaki itu tersenyum manis dan berbalik karena tidak ingin Dinda membuat keributan di sekolah yang dipimpinnya.

Berbagai cara dipikiran Raihan agar bisa mengalihkan Dinda untuk tidak masuk ruangannya. Hari ini, Dinda memang memintanya menemani menemui klien yang bertetangga dengan Raihan. Ia benar-benar merasa tertangkap basa karena melupakan pesan dari Dinda.

Kalau aura di dalam ruang guru, dipenuhi tawa yang dipastikan menertawakan tingkah Kamila yang tertidur. Lain halnya dengan aura di luar, di mana Raihan  terpaksa memasang senyum manis agar Dinda tidak curiga.

Segera dirinya berbalik menghampiri Dinda dan mengajak tunangannya itu menunggu di tempat parkir. Beruntunglah Dinda menuruti kemauannya, mungkin karena akan kembali ke tempat kerjanya. Segera Raihan mematikan CCTV dan menutup pintu ruangannya.

Kedua pasangan itu melaju menggunakan kendaraan yang dikemudikan Dinda. Satu hal yang membuat pasangan ini terlihat aneh karena Dinda selalu tersenyum, sangat jauh berbeda dengan Raihan yang selalu menampakkan wajah datarnya.

Raihan mengembuskan napas leganya karena urusannya dengan Dinda telah selesai, hanya sekitarsejam mereka meninggalkan sekolah. Ia pun berpisah dengan Dinda di sekolah.

Tunangan yang tidak pernah dicintainya itu melambaikan  tangan dengan senyum semringah membuat dada Raihan  terasa sakit karena merasa bersalah.   

“Maaf  Din, kamu memang baik dan cantik, tetapi aku bisa apa karena cinta di dalam sini belum ada,” ucapnya lirih saat tunangannya itu sudah menghilang dari pandangannya.
Rasa bersalah terus menghantuinya, sehingga Raihan tetap mengurung dirinya di dalam ruangannya.

Ruang guru yang diamatinya lewat CCTV, tidak lagi menarik perhatiannya. Bahkan Kamila yang tertidur cantik pun tidak lagi bisa meredakan rasa bersalahnya.

“Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Apakah tetap melanjutkan hubunganku dengan Dinda?” berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya. Rasa bersalah dan utang budi menjadi pemicu, sehingga saat ini Raihan merasa dirinya menjadi lelaki pengecut.

“Baiklah, Din, aku akan mencoba mencintaimu,tetapi beri aku waktu,” ucap Raihan kemudian mengusap foto pertunangannya dengan Dinda yang terpajang di atas meja kerjanya.

Segera lelaki berumur tiga puluh tahun itu menuju ruang guru. Suara azan Asar membuatnya  ingin berjamaah dengan bawahannya. Mungkin dengan melaksanakan ibadah awal waktu pikirannya lebih jernih dan pekerjaannya pun cepat selesai.

Raihan hanya bisa tersenyum menyapa bawahannya saat membuka pintu. Di ruangan guru paling belakang, tampak Kamila masih tertidur di atas mejanya. Sepertinya gadis itu masih kelelahan. Sedangkan guru yang lainnya, sedang sibuk memeriksa standar yang sudah mejadi tanggung jawab mereka masing-masing.

Kamila wajahnya memerah, selain habis tertidur, juga karena tertangkap basah kepala sekolahnya tertidur di ruang guru. Gadis itu pun segera kabur ke toilet diiringi tawa semua guru dan kepala sekolahnya.

Kamar di bawah TanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang