Bab 1 Terbangun di Tengah Malam

18 5 0
                                    


Kamila duduk di tepi ranjang dengan menggunakan dua bantal sebagai sandaran. Berulangkali gadis itu, menutup telinganya. Racauan yang terdengar bersahut-sahutan dari kontrakan tetangga, membuat dirinya berkali-kali menggeleng. Usianya yang sudah dewasa, paham apa yang tetangganya tengah lakukan.

“Apa memang harus seperti itu? Dih ngenes banget nasib jomlo,” ucap Kamila kemudian meng-on-kan gawainya.  Benda pipih yang dipegangnya, sedikit mengalihkan perhatian Kamila dari keributan yang dibuat tetangganya.  Rasa kantuk yang dirasakannya  pun sudah menghilang.

  Guru SMA itu, kemudian asyik berselancar di dunia maya, mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang lingkungan barunya. Tiga bulan sejak diterima menjadi abdi negara, Kamila hanya berkutat dengan aktivitas mengajarnya dan lingkungan sekolah.  Hanya sekolah, pasar, dan toko yang baru dijelajahinya, itu pun berkunjung ke sana karena ada keperluan.

Saat membaca informasi di internet tentang kecamatan yang di tempatinya bertugas, Kamila menggeleng.  Sepertinya beberapa informasi yang disuguhkan membuatnya tertarik dan terus membaca. Mulut gadis itu, terus meracau karena kagum dan mungkin beruntung di tempatkan di kota kecamatan, yaitu Kecamatan Sukaraja.

“Ya ampun,  hampir seratus hari  menetap di sini, kenapa baru mengetahui kalau Kelurahan Sukaraja ini menyimpan banyak tempat wisata dan hak-hal menarik lainnya. Kulinernya juga sangat menggoda.”

Kamila baru menyadari, kalau bukit sekaligus lembah di belakangnya, sejajar tempatnya kontrakannya menjadi lokasi paling asyik menyaksikan matahari tenggelam dan menjemput senja yang perlahan menghilang ke dalam kali yang merupakan pecahan  dari aliran Sungai Sukaraja.

Segera Kamila mengirim pesan WA pada Anna, hari Minggu besok berencana mengajak sahabatnya itu, rekreasi ke sungai. Cukup membeli makanan di pasar Sukaraja, kita seharian mengembara. Musim dirian masoh lama. Ayo, berburu kuliner dan menyantapnya  di tepi sungai. Pasti menyenangkan.    Kamila terus mengoceh dan mengirimkan pesannya pada Anna. Aktivitas tetangganya, tidak lagi membuatnya menggerutu.    

“Aduh!” seru Kamila terkejut karena terdengar jeritan dan tawa melengking suami istri tersebut yang membuatnya  menyumbat telinganya dengan kapas.

“Dasar kurang peka!” umpatnya, kemudian kembali berselancar mencari informasi sebanyak-banyaknya tetang destinasi apa saja yang dimiliki oleh Kecamatan Sukaraja. Namun, telinga Kalima, masih saja mendengar tawa dan racauan tetangganya.

“Astaga! Ini sudah berapa menit? Sampai kapan keduanya berisik?” tanya Kamila pada dirinya.  Ternyata kapas tidak cukup menulikan telinganya. 

“Masa bodoh! Mau semalaman, buat keributan, terserah!” Gadis itu kemudian kembali berselancar di dunia maya, berusaha mengabaikan tetangganya.    

Semua informasi yang diperoleh Kamila, hanya Sungai Sukaraja, Rawa Sukaraja dan Buntu Durian[1] yang membuatnya tertarik. Walaupun, banyak berita yang membahas tentang prestasi Kecamatan Sukaraja, sehingga dimekarkan.

Buntu Durian dengan beberapa rumah kebun dibuat berjejer sepanjang punggung gunung untuk menjajakan buah durian saat musimnya dan kuliner khas Sukaraja, sangat menarik perhatian kamila.  Tempat yang penuh pengunjung saat musim durian tiba itu, berada pada bagian selatan, Kelurahan Sukaraja karena berbatasan langsung dengan gunung. Cukup menempuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di sana.

Daya tarik Buntu Durian karena di sana mengalir Sungai Sukaraja yang membelah Kelurahan Sukaraja. Selain itu, sungai  yang terkenal dengan air jernih dan batu-batu cantiknya, menghasilkan ikan dan udang segar yang dijajakan sepanjang rumah kebun di Buntu Durian.
Kamila baru tahu kalau pada musim durian, rumah kebun penuh pengunjung, terutama saat akhir pekan. Namun,  saat bukan musim durian, rumah  kebun pun tetap ramai karena kulinernya yang khas banyak dijajakan di sana.  Aneka masakan ikan tawar segar dengan sambal karaka[2] banyak dijajakan di sana.

Kamar di bawah TanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang