3. Day One in Dufan

74 6 0
                                    

Hai! i'm back wkwkwk gaada yg nunggu pasti :" yang udah mau ngebaca ini aku ngucapin makasih bangett! *mukaterharu*

---------------------

Athaya's Point Of View

Tidurku yang nyenyak terganggu oleh Alarm yang berbunyi. Aku menyibakkan selimutku lalu merapikan kembali tempat tidurku.

Aku menuju meje rias dan menyisir rambut coklatku yang tidak terlalu panjang. Aku duduk di meja rias sambil menatap wajahku. Dengan kulit kuning langsat, Hidung Mancung, dan mata berwarna coklat seperti rambutku.

Itu semua ku dapatkan dari ibuku. Ibuku orang Canada dan ayahku campuran Indonesia dan Nigeria.

Tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku, Hari ini aku berencana untuk membantu Febrian untuk mencari kekasihnya sambil ia mengajariku berbahasa Jerman.

Se-segera mungkin aku menuju walk in closet dan segera membersihkan diri.

-----------

Sekarang aku sudah rapi. Aku mengunci kamar hotelku dan segera turun, karena kemarin aku sudah berjanji akan bertemu dengan Febrian di Lobi hotel.

" I'm sorry, I'm late, huh?" Tanyaku. Aku merutuki diriku sendiri karena telah membuat orang menunggu, padahal aku sendiri paling tidak suka dengan yang namanya menunggu.

"No problem, let's go!" Kulihat ia Jalan mendahului ku.

" Wait, Where we goin'? " Tanyaku bingung.

"I don't know, Maybe Dufan. Soalnya aku lihat location di sosmed dia kalo ke Indo suka ke dufan."

"Oh. Okay. Ayo kita pergi bersama," Ajakku.

-----------------

"Welcome to Dufan" Ucapku sambil ber-hivi ria.

" One of the place of recreation, which was packed arena to play the child, a suitable place to vacation" ucapku sambil menulis sesuatu dibuku kesayanganku.

" Verdammt!" (Sialan!) Aku menoleh, menaikkan salah satu alisku.

"What do you say?" Tanyaku masih bingung. Kulihat ia tersadar. lalu ia kelihatan salah tingkah.

"Eumm... No."

"Apakah itu bahasa jerman?" Tanya ku.

Ia kelihatan ragu untuk menjawab.

"Iyaa" Aku mulai bersemangat mendengar jawabannya. "Arti-nya apa?"

"Eummm... Panas. Iyaa artinya panas." Aku mengangguk antusias.

"Mau kah kau tuliskan kata tadi di buku ku?"

"Oh-Baiklah." Dia mengambil buku yang berada di tangan ku. Lalu menuliskan sebuah kata dengan gambar dua orang di bawahnya dan sebuah matahari.

"Finish."

"Danke" (Terima kasih) senyum ku tulus. Aku sangat ingin bisa berbahasa Jerman. Karena aku akan berencana ingin tinggal disana suatu saat.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 11.45 sudah 3 jam kita berdua disini dan tidak mendapatkan hasil apapun. Berkeliling di dufan, ternyata sangat melelahkan. Sesekali aku meminta ke Febrian untuk menaiki salah satu wahana, Baru 3 wahana yang kita berdua mainkan.

"Feb, kita istirahat dulu yuk, i'am hungry, please" Ucapku dengan wajah memelas. Dia menatapku. Sedetik kemudian ia mengangguk.

"Okay! Mau duduk dimana?"

"Di kedai itu aja yuk?" Ajakku sambil menarik tangannya.

"Rencana selanjutnya ngapain nih? Masih lanjut nyari?" Kutatap wajahnya.

"Yaa gitu, Aku harus dapat nemuin Kanya, Sebelum hari pertunangan ku. Kalo sampe di hari itu aku tidak menemukannya. Kayaknya aku harus merelakannya."

"Duh, sorry, udah bikin kamu jadi murung gini. Aku siap kok bantuin kamu. Asalkan kamu juga siap ngajarin aku bahasa Jerman yaa?" tanya ku sambil menyodorkan kelingking ku. Yang biasanya disebut orang pinky promises.

"Oke. Ayuk mumpung kita lagi istirahat. Let us begin to learn the German language." Ajaknya bersemangat

"Ayo! Ini bahasa jermannya apa?" Tanya aku antusias sambil menunjuk jus melon ku." Dia kelihat berpikir sebentar. Sedetik kemua dia ia mejentikkan jarinya tanda bahwa ia sudah tau.

" Melonensaft. " (Jus melon.) aku menyuruhnya menuliskan itu di buku ku.

Dengan teliti aku memandangi wajahnya yang tampan itu tengah serius menggoreskan tinta hitam ke dalam selembar kertas putih yang kosong.

Hidung mancungnya sangat membuatku memukau. Senyun manisnya buatku terbang melayang. Tatapan matanya membuat ku tahu bahwa masih ada yang lebih indah dari bintang di malam hari.

Aku tersadar lalu menggeleng-gelengkan kepalaku. Kulihat ia telah selesai menggambar sebuah gelas dengan warna hijau, dan sebuah buah, yg menyerupai melon.

Ia mengembalikan buku-ku. Aku tersenyum dan berterima kasih.

How lucky you are. Kanya. His love you so much.

"Hei. Are you okay?"

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ayo dimakan, kama harus membantu ku lagi. Okay?" Ucapnya sambil mendorong pesanan tadi kearahku.

"Okay boss!" kutegaknnya badanku dan menaruh tangan ku dekat kening. Menunjukan tanda kehormatan.

Dia hanya terkekeh.

"Btw, ini bahasa jermannya apa?" Tanyaku lagi sambil menunjuk setangkai mawar merah di atas meja.

"this? Rote Rosen." (Ini? Mawar merah.)

"Oh baiklah terima kasih. Would you like to write and draw a book of me again ?"

"Of course, beauty." Ucapnya sambil mengedipkan matanya ke arahku. Damn. Pasti wajahku sudah merona.

melihat wajahku yang merona, Ia hanya tertawa.

Siapapun, take me, please. I am so ashamed

Tbc....

Thanks guys!

Sudah mau baca cerita yang bahasanya ancur ini. Tolong maklumi. Typo bertebaran. Btw di mulmed ada Kanya ya.

Bhay!

Bima, March 21th 2015

Copyright by ©D.

Heartbeat [Coming Soon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang