Chapter II

323 55 3
                                        

"Kenapa sayang?", tanya Bunda Wendy yang masih sesenggukan menangis. Setelah mendengar Jiya meminta ijin dan menceritakan situasi mereka, Bunda Wendy dan Mama Seli tidak berhenti menangis.

"Bunda, sejak awal.. pernikahan kami ada dengan cara, maaf, keliru. Maaf bukan Jiya menyalahkan Ayah dan Papa karena menjodohkan kami, tapi Jiya rasa kami belum siap untuk melanjutkan ini. Kami punya jalan masing-masing. Kami tahu kami membuat kalian kecewa, tapi kami juga tidak bahagia. Tolong, satu permintaan Jiya, kabulkan ini".

Berbeda dengan mama dan bunda, ayah dan papa hanya diam sejak tadi. Tatapan tajam menghiasi wajah tampan mereka. Meski ada rasa bersalah karena menjodohkan mereka, tapi rasa kecewa lebih besar mereka rasakan.

"Kamu hanya akan diam Jevan? Dimana sikap laki-lakimu? Kamu yakin hanya Jiya yang setuju berpisah?", Jiya bergidik. Ayah menyeramkan kalau marah. Lalu ia menoleh ke arah Jevan. Ingin tahu seberapa jauh ia akan mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Jevan yang memutuskan berpisah. Pagi ini Jevan katakan pada Jiya. Dan disini kami sekarang. Maaf, Jevan gagal menjaga Jiya", Jiya akui, Jevan bukan laki-laki penakut.

"Hanya itu?", keras kepala Jevan turun dari Ayah ternyata.

"Jevan memiliki perempuan lain. Kami saling mencintai. Jevan akan menepati janji Jevan untuk menikahinya. Dia sudah terlalu lama menunggu", masih menunduk. Jevan sama sekali tidak mengangkat pandangannya sejak duduk.

Jiya menelan ludah susah. Ternyata Jevan berani juga menantang maut. Ayah mengangguk, tapi kemudian memandang Jiya. "Jiya? Kamu tahu Jevan berselingkuh? Kamu tidak cinta Jevan?".

"Eh?", kaget. Hanya itu yang bisa Jiya gambarkan untuk keadaannya sekarang. Otaknya mulai berpikir keras. "Begini Ayah, kalau Ayah bilang Jevan berselingkuh, menurut Jiya itu keliru. Karena hubungan mereka ada lebih dulu. Dan untuk perihal cinta, Jiya rasa itu bukan satu hal yang penting saat ini untuk dipermasalahkan, karena keputusan kami sudah bulat. Kami akan berpisah".

Jevan memandang Jiya. Pertanyaan yang sejak tadi tidak ada dikepalanya tiba-tiba datang tanpa henti. Kenapa ia tidak terpikirkan perasaan Jiya? Apa Jiya sudah mencintainya? Apa ia sudah mencintai Jiya? Apa perasaan nyamannya selama ini adalah tanda ia mencintai Jiya? Jevan mulai mencari jawaban.

"Nak", keduanya menoleh. Papa akhirnya bersuara, "Jiya siap dengan status baru? Bukankah itu menyakitkan?".

Status baru? Aaaah, janda maksud papa. "Ya. Kenapa Jiya harus tidak siap, Jiya mungkin bisa bahagia dengan itu". Jevan masih memandang Jiya. Kenapa hatinya yang sakit mendengar pertanyaan papa? Ia tidak rela, tapi ia tidak bisa menyuarakannya. Egoiskah keputusannya?

"Sayang.. nak.. apa tidak ada jalan lain? Kalian bisa pikirkan lagi, jangan terburu-buru", Mama Seli ikut menyuarakan keberatan. "Mama, Jiya sudah cukup dengan satu tahun ini. Jiya tetap pada keputusan awal. Maaf", Jiya menunduk, hatinya sakit melihat mama dan bunda menagis.

"Papa ijinkan", secepat cahaya kepala Jiya terangkat. Menatap pemilik suara, matanya membola kaget. Jevan yang sedari tadi memandangi Jiya disampingnya juga tak kalah cepat menatap papa. Sungguh? Papa mengijinkan? Secepat ini?

"Ayah juga mengijinkan", hanya itu. Setelahnya ayah pergi dan menghilang dibalik pintu ruang kerjanya diikuti Bunda.

"Mama dan Bunda tidak punya pilihan lain. Kami juga memberi ijin, tapi Jiya tetap disini. Jiya tidak akan ikut Jevan pulang. Karena Jevan sudah mengantar Jiya kembali kepada kami, orang tuanya. Ayo nak, kita pulang", Mama berdiri, menggandeng tangan Jiya menuntun pulang.

Rumah Jiya dan Jevan, rumah orang tua mereka, hanya bersebelahan. Papa Jeri dan Ayah Malik adalah sahabat sejak mereka kuliah. Mereka selalu bersama, bahkan menikahpun hanya terpaut berbeda 2 hari saja. Jevan dan Jiya juga bukan lagi termasuk dalam orang asing. Mereka cukup dekat. Mungkin karena status suami istri yang membuat mereka seperti orang asing. Sampai akhirnya, mereka benar-benar menjadi orang asing hari ini.

Daisy (For You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang